KABARBURSA.COM - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) akan melaksanakan Penawaran Umum Terbatas III (PUT III) pada tahun 2025 dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
Berdasarkan keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) Dalam PUT III ini, perusahaan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 20.190.596.389 saham seri B dengan nilai nominal Rp50 per saham.
Andi Tenri Dala Fajar, Corporate Secretary IATA, mengatakan bahwa saham-saham ini berasal dari portepel dan akan dicatatkan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Setiap pemegang lima saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada 4 Maret 2025 pukul 16.00 WIB berhak memperoleh empat HMETD.
Setiap satu HMETD memberikan hak untuk membeli satu saham baru yang harus dibayar penuh saat pemesanan. Saham baru ini memiliki hak yang sama dengan saham yang telah diterbitkan sebelumnya, termasuk hak atas dividen.
HMETD dalam bentuk pecahan akan dibulatkan ke bawah. Apabila saham baru yang ditawarkan tidak sepenuhnya diambil oleh pemegang saham atau pemegang HMETD, maka sisa saham akan dialokasikan kepada pemegang HMETD lainnya yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya secara proporsional. Namun, dalam PUT III ini tidak ada pembeli siaga. Jika setelah alokasi masih terdapat sisa saham, maka saham tersebut tidak akan diterbitkan.
"HMETD dapat diperdagangkan di dalam maupun di luar BEI mulai 6 Maret hingga 19 Maret 2025. Saham yang dihasilkan dari pelaksanaan HMETD akan didistribusikan pada 10 Maret hingga 21 Maret 2025," ujarnya pada Selasa, 7 Januari 2025.
Batas akhir pembayaran pemesanan saham tambahan adalah 21 Maret 2025, dengan tanggal penjatahan pada 24 Maret 2025. Saham hasil penjatahan akan didistribusikan pada 25 Maret 2025, bersamaan dengan pengembalian uang pemesanan yang tidak terpenuhi.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 18 Desember 2024 telah menyetujui rencana ini. Dalam rapat tersebut, pemegang saham menyetujui penerbitan saham baru dengan mekanisme HMETD sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dewan Komisaris Perseroan diberi kuasa untuk mengeluarkan saham baru dan meningkatkan modal ditempatkan serta disetor.
Selain itu, Direksi Perseroan diberi wewenang untuk menentukan rasio pelaksanaan, harga pelaksanaan, dan penggunaan dana yang diperoleh dari PUT III. Direksi juga memiliki wewenang untuk menyesuaikan tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sebagai bagian dari PUT III, Pasal 4 ayat (2) Anggaran Dasar Perseroan akan diubah untuk mencerminkan peningkatan modal ditempatkan dan disetor. Hal ini telah disetujui oleh pemegang saham dalam RUPSLB. Seluruh proses PUT III ini diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan perusahaan dan mendukung ekspansi bisnis di masa mendatang.
IATA melaporkan laba bersih sebesar Rp208 miliar pada kuartal III-2024, turun 40,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp347,3 miliar. Penurunan ini juga berdampak pada laba bersih per saham yang kini tercatat sebesar Rp8,25 per lembar.
Pendapatan perusahaan selama sembilan bulan pertama 2024 tercatat sebesar Rp 1,5 triliun, turun 25 persen dibandingkan Rp 2 triliun pada periode yang sama tahun 2023. Penurunan pendapatan ini memengaruhi laba kotor yang turun 41 persen menjadi Rp 649,4 miliar, sementara laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) turun 17,6 persen menjadi Rp 394,3 miliar.
Dari sisi margin, perusahaan mencatatkan margin kotor sebesar 43,3 persen, margin EBITDA 26,3 persen, dan margin laba bersih 13,9 persen. Meskipun kinerja operasional melemah, EBITDA perusahaan mengalami kenaikan kuartalan sebesar 25,6 persen, mencerminkan upaya efisiensi operasional yang dilakukan perusahaan.
Dari laporan neraca, MNC Energy Investments mencatat total aset sebesar Rp 4,32 triliun dengan total ekuitas Rp 1,79 triliun. Kas perusahaan tercatat Rp 46,6 miliar, sementara total utang jangka pendek mencapai Rp 1,7 triliun dan utang jangka panjang Rp 823,3 miliar, menghasilkan rasio utang terhadap ekuitas sebesar 1,40.
Rasio-rasio keuangan lainnya menunjukkan nilai price-to-earnings ratio (PER) sebesar 4,61 kali dan price-to-book value (PBV) sebesar 0,53 kali, dengan return on equity (ROE) tercatat 11,57 persen dan return on assets (ROA) 4,81 persen. Rasio utang terhadap EBITDA sebesar 6,40 kali menunjukkan beban utang yang relatif tinggi, namun kemampuan EBITDA untuk menutup beban bunga masih cukup baik dengan rasio 6,50 kali.
Pada perdagangan kemarin, saham PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) ditutup pada harga Rp44 per lembar, stabil dibandingkan penutupan sebelumnya.
Selama sesi perdagangan, harga saham bergerak dalam rentang Rp43 hingga Rp44 per lembar. Volume transaksi mencapai 5,76 juta lembar saham, mencerminkan minat investor yang moderat terhadap emiten di sektor energi ini. Dalam setahun terakhir, saham IATA mencapai harga tertinggi di Rp61 dan terendah di Rp24 per lembar.
Stabilitas harga saham IATA menunjukkan bahwa investor masih mempertimbangkan prospek perusahaan di tengah dinamika industri energi. (*)