KABARBURSA.COM - Harga emas dunia diperkirakan akan mengalami koreksi signifikan pada perdagangan pekan depan akibat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang terus membaik.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menyebut koreksi ini dipicu oleh rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang terus membaik, menandakan pertumbuhan ekonomi yang kuat, terutama di tengah spekulasi kebijakan proteksionis Donald Trump yang akan segera dilantik.
Ibrahim memprediksi harga emas akan diperdagangkan pada level support USD 2560 per troy ounce. Jika terjadi penguatan, harga emas diprediksi mencapai USD 2667 per troy ounce.
"Dalam perdagangan minggu depan, harga emas dunia kemungkinan besar masih akan mengalami koreksi, dan koreksinya pun cukup signifikan. Akan ditransaksikan di level support USD 2560 per troy ounce. Kalau menguat, itu di USD 2667 per troy ounce,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Minggu, 5 Januari 2025.
Ibrahim menjelaskan, penguatan ekonomi AS yang berkelanjutan menjadi faktor utama koreksi harga emas. Selain itu, ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed) juga turut memengaruhi pasar emas.
“Data Amerika yang terus membaik menunjukkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga ikut menguat, pasca pelantikan Trump. Namun, kebijakan suku bunga yang semula diharapkan turun empat kali dalam setahun kemungkinan besar hanya akan terjadi dua kali, itu pun jika inflasi terus menurun,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ibrahim menyoroti potensi kebijakan proteksionis dan perang dagang yang akan diambil oleh Trump. Menurutnya, kebijakan ini dapat memicu ketidakpastian pasar global, yang akan berdampak pada harga emas dan komoditas lainnya.
Artinya, dengan ketidakpastian kebijakan global ini, para pelaku pasar diimbau untuk tetap waspada terhadap volatilitas harga emas dalam beberapa pekan ke depan.
“Trump kemungkinan besar akan melakukan proteksi ekonomi dan perang dagang dengan negara-negara yang dianggap memiliki surplus neraca perdagangan, seperti Tiongkok, Eropa, Kanada, dan Meksiko,” tegas Ibrahim.
Tertekan Penguatan Dolar
Seperti diberitakan sebelumnya, harga emas dunia melemah dari posisi tertingginya dalam tiga minggu terakhir pada Jumat, 3 Desember 2024 atau Sabtu dini hari WIB karena tertekan oleh penguatan dolar AS.
Pasar bersiap menghadapi potensi perubahan ekonomi dan perdagangan di bawah presiden terpilih Donald Trump. Dilansir dari Consumer News and Business Channel International di Jakarta, Sabtu, harga emas spot turun 0,7 persen menjadi USD2.637,78 per ons (sekitar Rp42 juta per ons dengan kurs Rp16.000). Padahal, sebelumnya harga sempat mencapai level tertinggi sejak 13 Desember.
Meski demikian, logam mulia ini tetap mencatat kenaikan sekitar 1 persen dalam sepekan terakhir. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS turun 0,7 persen ke level USD2.651,10 per ons (sekitar Rp42,41 juta per ons).
Menurut ahli strategi komoditas di WisdomTree, Nitesh Shah, agenda Trump yang mendukung kenaikan tarif impor mendorong penguatan dolar, sekaligus memberikan tekanan besar pada pasar logam. “Ketika perdagangan global melambat, biasanya ekonomi ikut melemah, yang kemudian menekan permintaan logam,” katanya.
Indeks dolar menunjukkan performa mingguan terkuat sejak pertengahan November 2024. Hal ini yang membuat emas semakin mahal bagi pembeli internasional. Namun Shah menambahkan, meskipun dolar menguat, utang AS dan negara lain kemungkinan terus naik, sementara isu geopolitik tidak akan mereda dalam waktu dekat. Jadi, harga emas masih punya potensi bertahan.
Trump dijadwalkan dilantik pada 20 Januari 2025. Rencana kebijakan proteksionisnya diperkirakan memicu inflasi yang bisa memperlambat penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Setelah menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024, The Fed memperkirakan hanya akan ada dua penurunan lagi pada 2025 akibat tekanan inflasi yang bertahan.
Sebagai aset yang bersinar di tengah suku bunga rendah, emas saat ini mendapat dorongan dari permintaan musiman. “Januari secara konsisten mencatat kenaikan harga terbaik selama 20 tahun terakhir, karena investor dan pengelola aset biasanya membuka posisi baru, ditambah pembelian perhiasan untuk musim perayaan,” kata analis independen, Ross Norman,
Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga mencatat kenaikan. Harga perak spot naik tipis 0,2 persen ke USD29,619 per ons (sekitar Rp474 ribu), platinum menguat 1,7 persen menjadi USD938,25 (sekitar Rp15 juta), dan palladium bertambah 1,3 persen ke USD923 per ons (sekitar Rp14,76 juta). (*)