KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin, 6 Januari 2025 diprediksi bakal bergerak sideways. Secara teknikal, IHSG tertahan oleh resistance dinamis Moving Average 20 (MA20) yang berada di sekitar level 7.218. Selain itu, pergerakan sideways pada histogram indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) juga menjadi faktor yang menunjukkan perlambatan momentum pasar.
Pada akhir perdagangan Jumat, 3 Januari kemarin, IHSG mencatatkan kenaikan tipis sebesar 1,22 poin atau 0,02 persen, ditutup pada level 7.164. Sepanjang pekan lalu, IHSG membukukan penguatan signifikan sebesar 2,59 persen.
IHSG kemungkinan bergerak dalam kisaran 7.100 hingga 7.200 pada perdagangan Senin, 6 Januari 2025. Sentimen dari pasar global diwarnai dengan perhatian besar terhadap rilis risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), yang dapat memberikan sinyal terkait kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Selain itu, data Non-Farm Payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran yang akan dirilis pekan depan diperkirakan menjadi perhatian utama pelaku pasar. Perkiraan penurunan NFP menjadi 150 ribu dari sebelumnya 227 ribu dapat mencerminkan pelemahan di pasar tenaga kerja, sementara tingkat pengangguran diproyeksi meningkat menjadi 4,2 persen.
Jika data ini sesuai atau lebih buruk dari ekspektasi, pasar mungkin memandangnya sebagai indikasi perlambatan ekonomi AS, yang berpotensi memengaruhi sikap The Fed terkait kenaikan suku bunga.
Dari sisi domestik, sejumlah indikator penting juga akan dirilis pekan depan, termasuk indeks keyakinan konsumen (IKK), penjualan ritel, dan cadangan devisa. IKK bulan Desember diperkirakan turun ke level 120 dari sebelumnya 125,90, menggambarkan sedikit penurunan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi.
Namun, penjualan ritel Desember diharapkan membaik berkat momen pergantian tahun yang umumnya meningkatkan konsumsi masyarakat, meskipun daya beli secara keseluruhan masih relatif lemah. Pada bulan sebelumnya, penjualan ritel mencatat pertumbuhan sebesar 1,50 persen secara tahunan atau YoY.
Cadangan devisa Indonesia juga diproyeksikan mengalami peningkatan, tumbuh menjadi USD152 miliar dari sebelumnya USD150,2 miliar, yang mencerminkan posisi devisa yang aman, setara dengan 6,5 bulan impor, jauh di atas standar internasional sebesar tiga bulan.
Senada, Hendra Wardana, Founder Stocknow.id, juga memprediksi bahwa IHSG akan bergerak sideways pada perdagangan esok hari, dengan rentang support di level 7.063 dan resistance di 7.216. Sentimen utama berasal dari pembatalan rencana penerapan PPN 12 persen serta peningkatan Purchasing Managers’ Index (PMI).
Hendra menyarankan investor tetap selektif dalam memilih saham, fokus pada emiten dengan fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan yang jelas. Strategi diversifikasi investasi juga dinilai penting untuk mengelola risiko di tengah pergerakan IHSG yang terbatas.
Rekomendasi saham untuk pekan depan mencakup trading buy pada saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dengan target harga Rp10.200 per saham. Selain itu, saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) direkomendasikan untuk speculative buy dengan target harga masing-masing Rp1.710 dan Rp885 per saham.
Bagi investor yang ingin memanfaatkan volatilitas jangka pendek, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) disebut cocok untuk strategi day trading dengan target harga Rp450 per saham.
Sementara itu, Phintraco Sekuritas merekomendasikan beberapa saham seperti DOID, MAIN, PNBN, JPFA, ISAT, dan MBMA sebagai pilihan pekan depan. Dengan kombinasi faktor teknikal, sentimen global, dan indikator domestik, pekan depan diprediksi menjadi periode dengan volatilitas terbatas namun tetap menawarkan peluang strategis bagi para investor yang jeli membaca tren pasar.
Sementara, pada penutupan perdagangan Jumat sore kemarin, IHSG berhasil mencatatkan penguatan tipis meskipun bursa saham regional Asia mayoritas melemah. IHSG ditutup naik 1,23 poin atau 0,02 persen ke level 7.164,43, sementara indeks LQ45 menguat 0,07 persen ke posisi 837,78. Penguatan IHSG ini mencerminkan optimisme di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi pasar keuangan dunia.
Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia mencatat bahwa pelaku pasar mulai menyusun strategi alokasi aset untuk menghadapi tahun 2025 setelah menghadapi gejolak yang cukup besar di akhir tahun 2024. Dari sisi eksternal, dinamika perdagangan internasional turut memengaruhi sentimen pasar. Pemerintah China, misalnya, memasukkan 28 perusahaan Amerika Serikat, termasuk General Dynamics, ke dalam daftar pengawasan ekspor. Kebijakan ini juga mencakup pembatasan pada teknologi penting seperti pembuatan baterai dan pengolahan mineral, seperti lithium dan galium, demi menjaga kepentingan strategisnya.
Ketegangan politik di Korea Selatan menambah lapisan ketidakpastian di kawasan. Presiden Yoon Suk Yeol, yang dimakzulkan, menghadapi situasi dramatis ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) gagal menahan dirinya akibat intervensi Pasukan Pengawal Presiden. Meskipun proses pemakzulan telah berlangsung, insiden ini mencerminkan dinamika politik yang masih bergejolak.
IHSG dibuka menguat dan terus bertahan di zona hijau sepanjang sesi perdagangan hingga penutupan. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor mengalami penguatan dengan sektor teknologi menjadi yang tertinggi, naik 1,50 persen. Sektor infrastruktur dan transportasi & logistik juga mencatatkan penguatan masing-masing sebesar 0,96 persen dan 0,56 persen. Namun, tujuh sektor lain melemah, dengan sektor keuangan memimpin penurunan sebesar 0,83 persen. Sektor barang konsumen non-primer dan industri masing-masing turun 0,79 persen dan 0,68 persen.
Dalam perdagangan saham, beberapa unggulan yang mengalami kenaikan signifikan meliputi DART, MPXL, SEMA, SAPX, dan SMGA. Sebaliknya, saham-saham seperti MTFN, PTIS, INET, ANDI, dan INPS mencatatkan penurunan terbesar pada hari ini. Frekuensi perdagangan mencatat 994.700 transaksi dengan total volume saham yang diperdagangkan mencapai 19,02 miliar lembar saham senilai Rp7,80 triliun. Secara keseluruhan, terdapat 272 saham yang menguat, 355 saham melemah, dan 320 saham stagnan.
Sementara itu, bursa saham regional Asia menunjukkan performa yang beragam. Indeks Nikkei mengalami pelemahan 386,62 poin ke level 39.894,54, sementara indeks Kuala Lumpur turun 3,41 poin ke posisi 1.629,46. Di sisi lain, indeks Strait Times berhasil menguat tipis sebesar 1,02 poin ke level 3.801,83. Namun, indeks Shanghai merosot cukup tajam dengan penurunan 51,13 poin atau 1,57 persen ke posisi 3.211,43.
Meskipun tekanan global masih kuat, penutupan IHSG yang menguat tipis menunjukkan ketahanan pasar domestik, didukung oleh alokasi investasi yang cermat oleh para pelaku pasar. Penguatan sektor teknologi mencerminkan minat investor terhadap inovasi dan transformasi digital yang terus berkembang di Indonesia, sementara pelemahan sektor keuangan menandakan kehati-hatian dalam menyikapi risiko-risiko sistemik yang mungkin muncul. Di tengah situasi ini, pasar saham Indonesia memberikan sinyal stabilitas dan optimisme meski dihadapkan pada tantangan global yang kompleks.(*)