KABARBURSA.COM – Harga emas dunia diperkirakan akan mengalami tekanan signifikan dalam beberapa waktu mendatang. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan bahwa harga emas berpotensi diperdagangkan di level support USD 2.560 per troy ounce. Jika terjadi penguatan, harganya kemungkinan mencapai USD 2.667 per troy ounce.
“Dalam perdagangan minggu besok harga emas dunia kemungkinan besar masih akan mengalami koreksi koreksinya pun juga kemungkinan besar cukup signifikan,” ujar Ibrahim melalui sambungan telepon, Jakarta, Minggu 5 Januari 2025.
Ibrahim lebih lanjut menjelaskan bahwa salah satu faktor utama yang memengaruhi harga emas adalah data ekonomi Amerika Serikat yang terus menunjukkan penguatan. Selain itu, prospek kebijakan Presiden AS terpilih, Donald Trump, dinilai turut memberikan dampak besar.
“Kebijakan Trump, yang cenderung proteksionis dan berpotensi memicu perang dagang dengan negara-negara seperti Tiongkok, Eropa, Kanada, dan Meksiko, bisa memperkuat dolar AS,” jelas Ibrahim.
Dia menambahkan bahwa Bank Sentral AS kemungkinan akan menurunkan suku bunga hanya dua kali pada tahun ini, jauh dari ekspektasi sebelumnya sebesar empat kali. Namun, dengan inflasi yang terus menurun dan tenaga kerja AS yang semakin kuat, tren suku bunga rendah ini bisa berubah menjadi kenaikan di akhir tahun.
Selain kebijakan Trump, dinamika geopolitik juga menjadi sorotan. Harapan perdamaian antara Rusia dan Ukraina, serta potensi berakhirnya konflik di Timur Tengah, diperkirakan mengurangi minat investor terhadap emas sebagai aset safe haven. Ibrahim memproyeksikan indeks dolar AS bisa mencapai level tertinggi USD 114 pada tahun 2025, menguat dari ekspektasi Januari di level USD 109,50.
“Jika konflik global mereda, fokus pasar akan kembali ke data fundamental ekonomi. Ini membuat emas kehilangan daya tariknya sebagai lindung nilai, sehingga harga emas cenderung lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Ibrahim.
Ibrahim mengingatkan bahwa tahun 2025 bisa menjadi periode yang genting bagi pasar global. Selain perang dagang yang diprediksi memanas, inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga AS diperkirakan akan memperketat kondisi likuiditas global. Hal ini semakin menekan harga emas, yang biasanya sensitif terhadap perubahan suku bunga dan kekuatan dolar.
“Bank Sentral Amerika kemungkinan bukan lagi menurunkan suku bunga tapi menaikan suku bunga, ini yang membuat harga emas dunia kemungkinan akan lebih rendah dan saya perkirakan harga emas dunia tahun 2025 tidak seindah harga emas tahun-tahun sebelumnya”, tutupnya.
Harga emas dunia melemah dari posisi tertingginya dalam tiga minggu terakhir pada Jumat, 3 Desember 2024 atau Sabtu dini hari WIB karena tertekan oleh penguatan dolar AS. Pasar bersiap menghadapi potensi perubahan ekonomi dan perdagangan di bawah presiden terpilih Donald Trump.
Dilansir dari Consumer News and Business Channel International di Jakarta, Sabtu, harga emas spot turun 0,7 persen menjadi USD2.637,78 per ons (sekitar Rp42 juta per ons dengan kurs Rp16.000). Padahal, sebelumnya harga sempat mencapai level tertinggi sejak 13 Desember.
Meski demikian, logam mulia ini tetap mencatat kenaikan sekitar 1 persen dalam sepekan terakhir. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS turun 0,7 persen ke level USD2.651,10 per ons (sekitar Rp42,41 juta per ons).
Menurut ahli strategi komoditas di WisdomTree, Nitesh Shah, agenda Trump yang mendukung kenaikan tarif impor mendorong penguatan dolar, sekaligus memberikan tekanan besar pada pasar logam. “Ketika perdagangan global melambat, biasanya ekonomi ikut melemah, yang kemudian menekan permintaan logam,” katanya.
Indeks dolar menunjukkan performa mingguan terkuat sejak pertengahan November 2024. Hal ini yang membuat emas semakin mahal bagi pembeli internasional. Namun Shah menambahkan, meskipun dolar menguat, utang AS dan negara lain kemungkinan terus naik, sementara isu geopolitik tidak akan mereda dalam waktu dekat. Jadi, harga emas masih punya potensi bertahan.
Trump dijadwalkan dilantik pada 20 Januari 2025. Rencana kebijakan proteksionisnya diperkirakan memicu inflasi yang bisa memperlambat penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Setelah menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024, The Fed memperkirakan hanya akan ada dua penurunan lagi pada 2025 akibat tekanan inflasi yang bertahan.
Sebagai aset yang bersinar di tengah suku bunga rendah, emas saat ini mendapat dorongan dari permintaan musiman. “Januari secara konsisten mencatat kenaikan harga terbaik selama 20 tahun terakhir, karena investor dan pengelola aset biasanya membuka posisi baru, ditambah pembelian perhiasan untuk musim perayaan,” kata analis independen, Ross Norman,
Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga mencatat kenaikan. Harga perak spot naik tipis 0,2 persen ke USD29,619 per ons (sekitar Rp474 ribu), platinum menguat 1,7 persen menjadi USD938,25 (sekitar Rp15 juta), dan palladium bertambah 1,3 persen ke USD923 per ons (sekitar Rp14,76 juta).(*)