Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Jelang IPO, HGII Umumkan Kemitraan dengan Perusahaan Energi Jepang

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 05 January 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Jelang IPO, HGII Umumkan Kemitraan dengan Perusahaan Energi Jepang

KABARBURSA.COM - Jelang IPO, PT Hero Global Indonesia Tbk (HGII) mengumumkan sebuah kemitraan strategis dengan sebuah perusahaan energi kondang asal Jepang, yaitu Shikoku Electric Power Company Inc atau Yonden. Perusahaan energi tersebut tercatat di Tokyo Stock Exchange.

PT Hero Global Investment Tbk (HGII) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di sektor energi baru terbarukan (EBT), tengah bersiap mencatatkan saham perdananya melalui initial public offering (IPO). Dalam proses ini, perusahaan menawarkan 1,3 miliar lembar saham atau setara dengan 20 persen dari modal yang ditempatkan, dengan harga penawaran Rp200 per saham.

Melalui IPO ini, HGII diharapkan mampu menggalang dana sebesar Rp260 miliar. Masa penawaran umum berlangsung pada 3 hingga 7 Januari 2025, dengan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 9 Januari 2025.

OCBC Sekuritas Indonesia dan UOB Kay Hian Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam aksi korporasi ini. Sementara itu, sebelum IPO, struktur kepemilikan HGII dikuasai oleh tiga pemegang saham utama, yaitu Rudy Chandra (34 persen), Robert Njo (33 persen), dan Hendrianto Thamrin (33 persen). Ketiganya sekaligus menjadi pengendali perusahaan.

Kembali ke kemitraan dengan Yonden, melalui anak perusahaannya, yaitu SEP International Netherlands BV (SEPI), Yonden telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat dengan pemegang saham pengendali HGII pada 8 November 2024. Melalui transaksi ini, SEPI akan menjadi salah satu pemegang saham HGII dengan kepemilikan sebesar 25 persen, sementara pemegang saham pengendali tetap memegang mayoritas sebesar 55 persen. Proses pengambilalihan saham oleh SEPI diharapkan selesai maksimal satu bulan setelah HGII resmi melantai di BEI.

Presiden Direktur HGII Robin Sunyoto, menjelaskan bahwa kemitraan strategis ini merupakan langkah penting dalam upaya memperkuat bisnis energi terbarukan di Indonesia.

Dengan pengalaman Yonden dalam pengelolaan lebih dari 1.000 MW pembangkit energi terbarukan, HGII optimis dapat mempercepat pengembangan pembangkit-pembangkit energi baru seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), minihidro (PLTM), surya (PLTS), biogas (PLTBg), dan biomassa (PLTBm). HGII telah menargetkan kapasitas hingga 100 MW pada tahun 2031, dengan dukungan teknis dari Yonden dalam proses pengembangan, pembangunan, dan operasionalisasi pembangkit.

Robin menambahkan bahwa kolaborasi dengan Yonden juga merupakan langkah konkret mendukung tujuan nasional Indonesia mencapai net zero emission pada tahun 2060. Seluruh dana yang diperoleh dari IPO akan dialokasikan untuk proyek pengembangan energi terbarukan. Sebagian besar dana akan digunakan untuk pengembangan PLTA dan PLTM di wilayah Sumatra Utara, sedangkan sebagian kecil akan dialokasikan untuk modal kerja dan studi kelayakan proyek-proyek energi baru lainnya.

Melalui strategi ini, HGII tidak hanya memperkuat posisinya sebagai pemain utama di sektor EBT, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan pengembangan infrastruktur energi berkelanjutan di Indonesia. Dengan dukungan dari mitra internasional seperti Yonden dan komitmen terhadap inovasi, HGII optimis dapat membawa dampak signifikan bagi sektor energi nasional serta menghasilkan kepercayaan investor pada pasar saham domestik.

Kinerja Keuangan HGII

Dari sisi keuangan, HGII menunjukkan dinamika keuangan yang fluktuatif selama tiga tahun terakhir. Pada semester pertama 2024, pendapatan turun 6,08 persen menjadi Rp56,5 miliar akibat absennya pendapatan jasa konstruksi. Namun, secara tahunan, pendapatan 2023 naik 12,46 persen menjadi Rp103,2 miliar berkat lonjakan penjualan listrik, meskipun jasa konstruksi menurun. Sebelumnya, pendapatan 2022 anjlok 61,77 persen karena selesainya proyek besar pada 2021.

Selain itu, HGII mencatat penurunan tajam pada beban pokok pendapatan sebesar 56,98 persen menjadi Rp5,7 miliar, mencerminkan efisiensi operasional. Sebaliknya, beban 2023 naik 14,72 persen menjadi Rp32,1 miliar karena lonjakan biaya perawatan. Tahun 2022, beban pokok turun 73,96 persen seiring berkurangnya aktivitas konstruksi.

Tren positif laba kotor terlihat dengan kenaikan 8,21 persen menjadi Rp50,8 miliar pada semester pertama 2024. Laba 2023 naik 11,47 persen menjadi Rp71,1 miliar, meskipun pada 2022 sempat turun 51,89 persen akibat berakhirnya proyek besar.

Lebih lanjut, beban umum dan administrasi HGII tercatat naik 19,39 persen menjadi Rp9,9 miliar, terutama karena peningkatan biaya karyawan. Sepanjang 2023, beban ini naik 22,42 persen menjadi Rp18,4 miliar akibat ekspansi, setelah sebelumnya menurun 46,24 persen pada 2022 akibat restrukturisasi.

Adapun dana IPO HGII mayoritas dialokasikan untuk sektor energi terbarukan. Hal ini menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan dan kontribusi pada target energi bersih Indonesia. Adapun proyek PLTA dan PLTM yang digarap HGII diharapkan tidak hanya meningkatkan kapasitas listrik, tetapi juga menciptakan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.

Namun demikian, Hero Global Investment juga menyadari bahwa meski peluang di sektor energi terbarukan menjanjikan, HGII menghadapi tantangan terkait kepastian perjanjian jual beli tenaga listrik dengan PLN. Namun, kesiapan perusahaan dalam memenuhi syarat administratif, teknikal, dan finansial menjadi modal kuat untuk memenangkan tender PPTL yang akan datang.(*)