Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Suku Bunga Tinggi, BEI Pede Banyak Perusahaan yang IPO di 2025

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 03 January 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Suku Bunga Tinggi, BEI Pede Banyak Perusahaan yang IPO di 2025

KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengawali tahun 2025 dengan rasa percaya diri yang tinggi. Sebabnya, tahun ini sudah banyak perusahaan yang akan melaksanakan IPO (intial public offering) meski suku bunga sedang tinggi.

Direktur Utama BEI Iman Rachman, mengatakan melantai di bursa efek sebenarnya adalah pilihan masing-masing perusahaan. Karenanya, ia sangat mengapresiasi perusahaan yang memilih mempercayakan kinerja perusahaannya pada perdagangan di pasar bursa.

"Nah, tentu saja mereka (perusahaan) akan melihat dan berhitung. Kalau tingkat bunganya tinggi, apakah mereka ke pasar modal lewat suatu utang, perbankan, atau IPO. Itu kan pilihan," kata Iman kepada awak media di Jakarta, Kamis, 2 Desember 2024.

Intinya, menurut Iman, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan tingginya suku bunga. Namun, hingga kini masih ada 20 perusahaan di pipeline yang carry forward. Maksudnya, perusahaan-perusahaan tersebut belum menyelesaikan penghitungan saldo, transaksi, atau catatan lainnya.

"Tahun ini, kami menargetkan ada 66 perusahaan yang melakukan IPO," demikian Iman.

IPO Tidak Capai Target

Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi komentar terkait menyusutnya jumlah perusahaan yang Initial Public Offering (IPO) pada 2024 dibanding tahun lalu.

Kepala Divisi Riset BEI Verdi Ikhwan mengatakan hingga 17 Desember 2024 sebanyak 40 perusahaan telah tercatat sebagai emiten baru di BEI. Kata dia, angka ini mengalami penurunan dibanding tahun 2023 yang mencapai 79 emiten baru.

“Masih ada sekitar 25 (perusahaan) yang mengantri di pipeline, dan mudah-mudahan bisa mencatatkan di tahun depan,” ujar dia dalam agenda “Edukasi Wartawan terkait Market Outlook” di Jakarta, Kamis, 19 Desember 2024.

Verdi melanjutkan, secara keseluruhan total emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia hingga saat ini ialah 942 hingga 17 Desember 2024.

Namun, angka tersebut bertambah setelah emiten MDIY resmi mencatatkan namanya di bursa efek akhir tahun lalu. Sehingga, total emiten tercatat kini menjadi 943.

Kendati menorehkan catatan menurun di tahun ini, Verdi menyebut pertumbuhan emiten baru di Indonesia termasuk yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara dalam rentan 5 – 6 tahun terakhir.

“Secara itu tumbuh sebesar 40,4 persen  kalau kita bandingkan dengan posisi  di tahun 2019,” jelas dia.

Menurut Verdy, angka tersebut masih lebih tinggi dibanding negara-negara tetangga seperti Malaysia yang tumbuh 9,8 persen, Thailand sebesar 18,5 persen, hingga Filipina dengan pertumbuhan 5,2 persen.

Di sisi lain, Verdy juga memaparkan terkait update mengenai posisi indeks Indonesia yang mengalami penurunan sebesar 1,58 persen secara year to date di tahun 2024.

“Kemudian untuk jangka menengah panjang kita masih tumbuh gitu ya sekitar 27,55 persen dalam 10 tahun terakhir,” pungkasnya.

Pemerintah Berharap Banyak Perusahaan IPO

Pemerintah berharap perusahaan yang Initial Public Offering atau IPO bisa meningkat pada tahun 2025. Untuk mencapai ini, diperlukan sejumlah hal yang harus dijalani.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku optimistis perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa meningkat pada tahun depan dengan beberapa syarat, salah satunya ialah memperkuat underwriter.

“Ya tentu kita tetap berharap bahwa IPO akan terus bisa ditingkatkan dan juga diharapkan underwriter diberi kekuatan,” ujar dia di Gedung BEI Jakarta, Jumat, 13 Desember 2024.

Perlu diketahui, underwriter adalah sebuah institusi yang berwenang untuk melakukan evaluasi risiko dan kelayakan suatu sekuritas. Dalam hal ini, yang dimaksud Airlangga ialah untuk melakukan penguatan terhadap dana IPO.

“Nah selama ini kan kita tahu bank asing menguasai itu. Itu tidak salah, tetapi juga kita harus memperkuat kemampuan dari underwriter di dalam negeri,” ujarnya.

Tak hanya itu, Airlangga juga menekankan untuk lebih fokus kepada struktur IPO di dalam negeri. Dia turut mengatakan keberadaan daripada industri asuransi juga sangat diperlukan.

“Karena industri asuransi kan itu kan untuk long term financing. Sedangkan market IPO juga butuh struktur financing,” pungkasnya.

Meskipun IPO pada 2024 turun dibanding tahun sebelumnya, Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan jumlah emiten yang cukup pesat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Pemerintah dan BEI optimis bahwa jumlah perusahaan yang melantai di bursa akan meningkat pada 2025, dengan harapan memperkuat kapasitas underwriter lokal dan memfokuskan perhatian pada struktur pendanaan domestik.

Keyakinan terhadap pasar modal Indonesia tetap tinggi, didukung oleh pertumbuhan yang positif dan upaya memperbaiki kondisi pendanaan serta potensi perbaikan pasar pada tahun yang akan datang. Dengan begitu, diharapkan kinerja perusahaan di Indonesia semakin terkontrol dengan baik.(*)