KABARBURSA.COM - Pada akhir pekan pertama tahun 2025, kurs rupiah tercatat menguat sangat tipis, meskipun ada optimisme yang muncul di pasar menyusul hasil positif yang ditunjukkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Desember 2024.
Berdasarkan data Bloomberg yang dirilis pada Jumat, 3 Januari 2025 pukul 15:00 WIB, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.197 per dolar AS, sedikit menguat sebanyak satu poin atau sekitar 0,01 persen dibandingkan dengan posisi pada Kamis, 2 Januari 2025, yang tercatat di level Rp16.198 per dolar AS.
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, penguatan rupiah yang tipis ini sebagian besar dipicu oleh kinerja positif PMI Manufaktur Indonesia. Indeks yang mencapai level ekspansif pada Desember 2024 ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia menunjukkan pemulihan setelah lima bulan sebelumnya mengalami kontraksi.
"Ini menjadi sinyal positif tentang optimisme dunia usaha terhadap prospek perekonomian Indonesia," ujar Ibrahim, yang menilai kinerja PMI yang menggembirakan memberikan harapan bagi kekuatan ekonomi nasional di tahun 2025.
Peningkatan PMI Indonesia ini mencerminkan keyakinan yang semakin besar dari pelaku usaha. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, juga mencatatkan bahwa ekspansi PMI menandakan bahwa sektor manufaktur Indonesia berada dalam posisi yang baik.
Dengan banyak perusahaan yang telah mempersiapkan diri untuk menghadapi peningkatan permintaan sepanjang 2025, ini menjadi indikator optimisme yang turut berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah.
Airlangga juga menyatakan bahwa hasil positif PMI menunjukkan prospek yang menggembirakan bagi sektor manufaktur Indonesia, terutama pada saat para pelaku usaha bersiap untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan yang lebih baik tahun ini.
Bahkan, kinerja PMI Indonesia pada Desember 2024 berhasil mengalahkan beberapa negara besar seperti Tiongkok (50,5), Jerman (42,5), Rusia (50,8), Inggris (47,3), Amerika Serikat (48,3), Jepang (49,5), Korea Selatan (49,0), Vietnam (49,8), Malaysia (48,6), dan Myanmar (50,4), yang banyak tercatat mengalami kontraksi.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia lebih tangguh dibandingkan beberapa negara lain yang mengalami penurunan.
Namun demikian, meskipun ada harapan, pasar masih diliputi oleh ketidakpastian akibat kebijakan ekonomi yang ditinggalkan oleh pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat. Ketegangan ekonomi global yang timbul dari kebijakan proteksionis tersebut masih menjadi ancaman bagi pasar domestik dan global.
Faktor inilah yang membuat penguatan rupiah terlihat terbatas, meskipun ada fundamental yang mendukung. Sentimen global yang lebih luas ini tetap mempengaruhi fluktuasi pasar, dan potensi risiko eksternal ini menjadi faktor pembatas dalam memperkuat daya beli rupiah secara lebih signifikan.
Secara keseluruhan, meskipun rupiah menguat tipis pada hari tersebut, adanya berita positif terkait pemulihan sektor manufaktur Indonesia memberikan tanda-tanda optimisme yang bisa menjadi katalis untuk penguatan lebih lanjut di masa yang akan datang.
Namun, pelaku pasar tetap perlu memantau kebijakan ekonomi global yang terus berkembang, serta menyesuaikan strategi investasi mereka di tengah dinamika pasar yang ada.
Kenaikan kurs rupiah pada penutupan perdagangan pekan pertama 2025 ini memang tidak terlalu tinggi. Namun, hasil ini cukup menggembirakan, karena di pembukaan perdagangan tadi pagi rupiah sempat diprediksi akan kembali melemah.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, mengatakan rupiah sepanjang Jumat, 3 Januari 2025, bergerak fluktiatif dan melemah di rentang Rp16.180 hingga Rp16.270 per dolar AS. Sementara, pada penutupan perdagangan Kamis, 2 Januari 2025, rupiah ditutup melemah 66 poin di level Rp16.198. Sedangkan pada Rabu, 1 Januari 2025, rupiah berada di level Rp16.132 per dolar AS.
Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia naik ke level 51,2 pada Desember 2024, masuk ke zona ekspansif untuk pertama kali dalam lima bulan terakhir. Ini menunjukkan peningkatan aktivitas produksi dan permintaan baru, baik dari pasar domestik maupun ekspor.
“Perekonomian manufaktur Indonesia mengakhiri tahun 2024 dengan catatan positif. Optimisme meningkat di kalangan pelaku usaha karena stabilitas makro ekonomi dan daya beli konsumen yang membaik,” ujar Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, sekaligus Presidium Ikatan Alumni Universitas Ibnu Caldun Jakarta, Kamis 2 Januari 2025.
Selain itu, inflasi Indonesia pada Desember tercatat hanya 1,57 persen (yoy), terendah dalam sejarah. Rendahnya inflasi ini didukung oleh stabilisasi harga bahan pangan pokok serta pelemahan daya beli masyarakat.
Meski terdapat sentimen positif dari domestik, tekanan global tetap mendominasi. Rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif pada perdagangan Jumat, 3 Januari 2025, di kisaran Rp16.180 hingga Rp16.270 per dolar AS.
“Tekanan eksternal, terutama dari gejolak AS-China dan krisis politik di Korea Selatan, masih menjadi tantangan bagi rupiah. Namun, prospek ekonomi domestik yang membaik diharapkan dapat memberikan penyangga,” tambah Ibrahim.
Dengan berbagai faktor ini, pasar diharapkan tetap waspada dan memperhatikan perkembangan global serta kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai tukar.(*)