KABARBURSA.COM - Tahun 2024 menjadi momen besar bagi Nvidia. Perusahaan pembuat chip ini mencatatkan kenaikan nilai pasar lebih dari USD2 triliun (sekitar Rp32.000 triliun), melonjak dari USD1,2 triliun (sekitar Rp19.200 triliun) pada akhir 2023 menjadi USD3,28 triliun (sekitar Rp52.480 triliun) pada penghujung 2024.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Kamis 2 Januari 2025, angka ini menempatkan Nvidia sebagai perusahaan dengan pertumbuhan nilai pasar terbesar secara global sepanjang tahun, didorong oleh minat luar biasa pada teknologi kecerdasan buatan (AI) dan permintaan tinggi untuk chip berbasis AI di berbagai industri. Nvidia kini menjadi perusahaan publik paling bernilai kedua di dunia.
[caption id="attachment_109974" align="alignnone" width="1800"] 20 Perusahaan Teratas Berdasarkan Kapitalisasi Pasar (nilai dalam miliar USD).[/caption]
Sementara itu, Apple tetap kokoh di posisi puncak dengan nilai pasar mendekati USD4 triliun (sekitar Rp64.000 triliun), rekor tertinggi sepanjang sejarah. Peningkatan ini dipicu oleh optimisme investor terhadap pengembangan fitur berbasis AI yang dirancang untuk membangkitkan kembali penjualan iPhone yang mulai melambat.
Microsoft mengikuti di posisi ketiga dengan nilai pasar USD3,1 triliun (sekitar Rp49.600 triliun), disusul Alphabet dan Amazon yang masing-masing mencatat nilai pasar sekitar USD2,3 triliun (sekitar Rp36.800 triliun). Kelima raksasa teknologi ini memberikan kontribusi besar pada kenaikan indeks saham global sepanjang 2024, dengan indeks S&P 500 melesat 23,3 persen dan Nasdaq melonjak 28,6 persen.
[caption id="attachment_109975" align="alignnone" width="1800"] 20 Perusahaan Teratas Berdasarkan Kapitalisasi Pasar (nilai dalam miliar USD).[/caption]
Meski harga saham teknologi sudah tinggi, sejumlah tantangan seperti ketegangan tarif Amerika Serikat (AS) - China dan potensi pelambatan pemangkasan suku bunga di AS tetap membayangi. Namun, para analis tetap optimis terhadap kinerja kuat sektor teknologi di tahun 2025.
Direktur Utama dan Analis Riset Ekuitas Senior yang menangani sektor Teknologi di Wedbush Securities, Daniel Ives, memperkirakan saham teknologi akan tumbuh hingga 25 persen pada 2025. Ia mengaitkan optimisme ini dengan lingkungan regulasi yang lebih longgar di bawah Donald Trump, inisiatif AI yang semakin kuat, serta fondasi stabil bagi raksasa teknologi dan Tesla.
"Kami percaya saham teknologi akan tetap kuat pada 2025 berkat Revolusi AI dan investasi tambahan senilai lebih dari USD2 triliun (sekitar Rp32.000 triliun) dalam AI selama tiga tahun ke depan," kata Ives.
[caption id="attachment_40189" align="alignnone" width="2136"] Pengunjung memperhatikan HP iPhone di gerai Apple. foto: KabarBursa/abbas sandji[/caption]
Optimisme terhadap langkah besar Apple di dunia AI menjadi pendorong utama lonjakan saham perusahaan ini. Harapan investor juga mengarah pada kebangkitan penjualan iPhone yang sempat melemah. Sejak awal November 2024, saham Apple melesat sekitar 16 persen dan menambahkan hampir USD500 miliar (sekitar Rp8.000 triliun) ke kapitalisasi pasarnya. Dengan pencapaian ini, Apple unggul dari Nvidia dan Microsoft dalam perlombaan menuju tonggak nilai pasar berikutnya.
“Lonjakan saham Apple mencerminkan antusiasme investor terhadap AI dan ekspektasi akan siklus pembaruan besar iPhone,” ujar Tom Forte, analis di Maxim Group, yang memberikan rekomendasi hold untuk saham Apple, dikutip dari Reuters.
Hingga penutupan terakhir, valuasi Apple mencapai sekitar USD3,85 triliun (sekitar Rp61.600 triliun), jauh melampaui gabungan nilai pasar saham perusahaan-perusahaan utama di Jerman dan Swiss. Sebagai perusahaan AS pertama yang mencapai tonggak USD1 triliun, USD2 triliun, dan USD3 triliun, Apple sebelumnya telah menunjukkan keunggulannya yang didorong oleh fenomena supercycle iPhone.
Namun, jalan Apple menuju dominasi AI tidak sepenuhnya mulus. Selama beberapa tahun terakhir, perusahaan ini menghadapi kritik karena dianggap lambat dalam menyusun strategi AI yang konkret. Kompetitor seperti Microsoft, Alphabet, Amazon, dan Meta Platforms telah lebih dulu memimpin di ranah teknologi ini, memberikan tantangan berat bagi Apple untuk mengejar ketertinggalan.
Di samping itu, Nvidia terus menunjukkan dominasinya sebagai penerima manfaat terbesar dari lonjakan minat terhadap AI. Dalam dua tahun terakhir, saham perusahaan cip ini melonjak lebih dari 800 persen, jauh melampaui kenaikan saham Apple yang hanya berlipat ganda dalam periode yang sama. Perbandingan ini menegaskan posisi Nvidia sebagai pemimpin dalam revolusi AI yang sedang berlangsung.
Namun, Apple tidak tinggal diam. Langkah baru perusahaan ini di ranah AI dimulai pada Desember 2024, ketika mereka mengintegrasikan ChatGPT dari OpenAI ke dalam perangkat mereka. Langkah ini melengkapi pengumuman sebelumnya pada Juni 2024, di mana Apple menyatakan rencana untuk menyematkan teknologi AI generatif ke seluruh rangkaian aplikasinya.
Apple sempat menghadapi awal yang lambat untuk kuartal pertama 2024. Perusdahaan ini memproyeksikan pertumbuhan pendapatan keseluruhan hanya pada kisaran rendah hingga menengah satu digit persen, di mana ini mencerminkan perlambatan momentum selama musim belanja akhir tahun 2024. Sorotan kini tertuju pada daya tarik seri iPhone 16 yang memunculkan pertanyaan tentang seberapa besar antusiasme pasar terhadap flagship terbaru Apple ini.
Meski begitu, harapan untuk kebangkitan tetap ada. Data dari LSEG mengindikasikan analis memperkirakan pendapatan iPhone akan kembali pulih pada 2025.
“Permintaan iPhone dalam waktu dekat masih lesu, tetapi hal ini terkait dengan fitur Apple Intelligence yang terbatas dan jangkauan geografisnya. Ketika keduanya diperluas, permintaan iPhone akan membaik,” kata analis Morgan Stanley, Erik Woodring. Ia pun tetap merekomendasikan Apple sebagai pilihan investasi utama selama 2025.(*)