Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pefindo Turunkan Peringkat WIKA, Bagaimana Stabilitas Finansialnya?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 31 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Pefindo Turunkan Peringkat WIKA, Bagaimana Stabilitas Finansialnya?

KABARBURSA.COM - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkemuka di sektor konstruksi, menghadapi tantangan besar dengan penurunan peringkat oleh Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Peringkat perusahaan kini melorot dari idBBB-/stabil menjadi idBB- dengan prospek Credit Watch berimplikasi negatif.

Tidak hanya itu, peringkat untuk sejumlah surat utang WIKA juga mengalami penurunan serupa. Surat utang tersebut meliputi Obligasi Berkelanjutan I, II, dan III serta Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I, II, dan III, yang semuanya kini berperingkat idBB- atau idBB-(sy) untuk sukuk.

Penurunan peringkat ini mencuat setelah WIKA gagal mendapatkan persetujuan dari pemegang Obligasi Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A senilai Rp593,9 miliar dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A senilai Rp412,9 miliar. Kedua instrumen tersebut dijadwalkan jatuh tempo pada 18 Februari 2025.

Dalam upaya untuk mengatasi tantangan ini, WIKA mengajukan usulan restrukturisasi pembayaran, termasuk membayar sebagian dari pokok utang, memperpanjang sisa pokok, membayarkan kupon dengan nilai yang sama, serta menambahkan opsi pembelian untuk Seri A, B, dan C.

Namun, Pefindo melihat risiko pembiayaan kembali yang tinggi, terutama mengingat kinerja keuangan WIKA yang lemah dan tekanan berat pada likuiditas perusahaan. Meski demikian, Pefindo mencatat bahwa WIKA memiliki posisi mapan di industri konstruksi nasional, yang mencerminkan pengalamannya sebagai pemain utama dalam proyek-proyek infrastruktur berskala besar.

Dalam pandangan Pefindo, ketidakmampuan WIKA untuk melunasi obligasi dan sukuk yang jatuh tempo dapat mengakibatkan penurunan lebih lanjut terhadap peringkat perusahaan. Sebaliknya, penyelesaian pembayaran sebelum jatuh tempo bisa memberikan peluang untuk peninjauan ulang terhadap prospek kredit. Kondisi ini menyoroti pentingnya langkah strategis yang harus diambil oleh manajemen perusahaan dalam mengelola likuiditas dan memperkuat kepercayaan investor.

Didirikan pada 1961, WIKA merupakan BUMN yang memiliki portofolio bisnis di berbagai sektor, termasuk investasi, properti, infrastruktur, energi, dan manufaktur. Hingga 30 November 2024, komposisi pemegang sahamnya terdiri atas Pemerintah Indonesia (91,02 persen) dan publik (8,98 persen). Namun, strategi ekspansi di masa lalu dan dinamika bisnis yang fluktuatif telah menekan profil keuangan perusahaan, sekaligus menambah risiko dalam operasionalnya.

Ke depannya, kemampuan WIKA untuk memenuhi kewajiban finansial dengan tepat waktu dan mengatasi tantangan likuiditas akan menjadi kunci keberlanjutan operasional perusahaan. Keberhasilan ini tidak hanya menentukan stabilitas finansialnya tetapi juga memengaruhi reputasi sebagai salah satu BUMN penting dalam pembangunan infrastruktur Indonesia.

Proyek PSN WIKA Cukup Strategis 

Sementara, Proyek Strategis Nasional (PSN) yang digarap oleh PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) terus menunjukkan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekonom Piter Abdullah menyoroti dampak positif jangka panjang yang dihasilkan oleh infrastruktur seperti bendungan, irigasi, jalan tol, hingga kereta api. Proyek-proyek ini tidak hanya mempercepat produktivitas tetapi juga membuka akses ekonomi yang lebih merata di seluruh penjuru negeri, memberikan pondasi kuat bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Sepanjang 2024, WIKA berhasil menyelesaikan sejumlah proyek infrastruktur strategis dengan kualitas tinggi, termasuk Bendungan Ameroro, Flyover Madukoro, dan Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3. Keberhasilan ini menjadi bukti komitmen perusahaan dalam mendukung program pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur nasional. Dukungan anggaran dari Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp6 triliun di tahun 2024 serta pengajuan tambahan sebesar Rp2 triliun untuk tahun 2025 juga menjadi katalis penting dalam mendorong kelancaran pelaksanaan proyek-proyek tersebut.

Dari sisi keuangan, WIKA menunjukkan pemulihan yang menjanjikan setelah mencatat kerugian besar di tahun sebelumnya. Pada kuartal III-2024, perusahaan berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp741 miliar, berbalik arah dari kerugian Rp5,84 triliun pada tahun 2023. Total aset perusahaan mengalami peningkatan sebesar 1,52 persen secara tahunan menjadi Rp66,98 triliun, sementara liabilitas turun signifikan sebesar 10,08 persen menjadi Rp50,72 triliun. Di sisi lain, ekuitas perusahaan melonjak tajam hingga 214,47 persen menjadi Rp16,26 triliun, mencerminkan penguatan fundamental WIKA dalam menghadapi tantangan bisnis.

Piter Abdullah menegaskan, infrastruktur yang dibangun oleh WIKA akan membawa manfaat besar bagi masyarakat dan perekonomian Indonesia. Proyek-proyek ini tidak hanya meningkatkan konektivitas antarwilayah tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru, mengurangi kesenjangan sosial, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, WIKA telah membuktikan kemampuannya sebagai salah satu BUMN yang mendukung realisasi visi pemerintah untuk membangun Indonesia yang lebih maju dan berdaya saing. Dengan pencapaian ini, WIKA tidak hanya memperkuat posisinya di industri konstruksi tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi kemakmuran bangsa.