KABARBURSA.COM - Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) telah menyusun sejumlah program yang akan diimplementasikan pada 2025.
Beberapa program yang dicanangkan KPEI di antaranya pengembangan produk dan layanan seperti pengembangan modul Triparty REPO untuk SBN, pengembangan sistem kliring dan sistem risk management untuk derivatif keuangan, pengembangan sistem e-IPO untuk Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), dan pengembangan sistem collateral management terintegrasi untuk berbagai produk pasar modal.
Sekretaris Perusahaan KPEI Lisda Sitohang, mengatakan KPEI juga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses operasionalnya melalui pengembangan penyelesaian level AK (omnibus) dalam transaksi ekuiti.
"Lalu, integrasi pelaporan Triparty REPO ke sistem BEI dan KSEI, pembaruan sistem kliring dan risk management, dan stratifikasi keanggotaan partisipan transaksi efek," kata Lisda dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip, Selasa, 31 Desember 2024.
Dari aspek penguatan pengawasan, nantinya, KPEI bersama-sama SRO lain akan mengembangkan sistem lanjutan untuk melakukan pengawasan terintegrasi.
Adapun dari teknologi informasi, organisasi dan human capital, KPEI akan fokus pada penyempurnaan infrastruktur, perangkat, dan teknologi informasi, serta peningkatan kompetensi karyawan dalam mendukung keandalan operasional dan perluasan bisnis Perusahaan.
Di sisi lain, hingga 20 Desember 2024 KPEI mencatatkan rata-rata nilai penyelesaian sebesar Rp4,31 triliun, dengan efisiensi penyelesaian di pasar reguler sebesar 57,40 persen.
Sedangkan rata-rata volume penyelesaian transaksi bursa di tahun 2024 tercatat sebesar 6,81 miliar lembar saham, dengan efisiensi penyelesaian di pasar reguler sebesar 61,45 persen.
"Total nilai transaksi PME hingga 20 Desember 2024 mencapai Rp53,18 miliar dengan volume sebesar 11,52 juta lembar saham," ujar Lisda.
Sebagai bagian dari manajemen risiko penyelesaian transaksi bursa dan pengelolaan risiko kredit, lanjut dia, KPEI mengelola agunan, yang per 20 Desember 2024 mencapai Rp33,12 triliun.
Nilai agunan tersebut terdiri dari agunan online sebesar Rp26,20 triliun dan agunan offline sebesar Rp6,92 triliun. Adapun total nilai Dana Jaminan tercatat sebesar Rp8,52 triliun, meningkat dari posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp7,74 triliun.
"KPEI juga telah menyisihkan sebesar 5 persen dari laba bersih Perusahaan tahun 2023 atau senilai Rp5,3 miliar untuk Cadangan Jaminan, sehingga total nilai Cadangan Jaminan yang dikelola KPEI hingga akhir Desember 2024 menjadi Rp199,44 miliar" jelasnya.
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki sejumlah target dalam menyambut tahun 2025. Salah satu ambisinya ialah menggaet investor.
BEI, dalam keterangannya menyampaikan, pada tahun 2025 menargetkan pertumbuhan 2 juta investor baru. Adapun target lainnya ialah rata-rata nilai transaksi saham harian mencapai Rp13,5 triliun, dan total jumlah pencatatan efek baru di pasar modal mencapai 407 efek.
“Pencapaian target tersebut tentunya memerlukan dukungan serta kontribusi dari seluruh stakeholders pasar modal demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tulis manajemen BEI di Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.
Di sisi lain, BEI juga akan tetap melaksanakan sejumlah inisiatif dalam rangka pendalaman pasar, mulai dari sisi peningkatan likuiditas pasar, pengembangan produk dan instrumen baru, hingga penyempurnaan teknologi dan infrastruktur.
Beberapa pengembangan baru yang akan dilakukan BEI di antaranya, Intraday Short Selling, Pembaruan Sistem Perdagangan dan Pengawasan (PSPP), Pembaruan Sistem Perdagangan (PSP) Surat Utang, Implementasi SPPA Repo, Pengembangan Liquidity Provider Saham, Pengembangan Derivatif Keuangan UU P2SK melalui Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) dan Implementasi Periode Non-Cancellation pada sesi pre-opening dan pre-closing.
Selain itu, BEI juga berencana untuk meluncurkan produk ETF Emas yang diharapkan dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor yang tertarik dengan produk berbasis emas.
“Seluruh pengembangan ini diharapkan dapat diimplementasikan pada tahun 2025 hingga tahun 2026” tulis BEI.
Merujuk laporan BEI, Senin, 30 Desember 2024, investor pasar modal, yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana meningkat menjadi 14,84 juta investor. Sementara itu, khusus untuk investor saham, terdapat peningkatan lebih dari 1 juta investor dengan total menjadi 6,37 juta investor saham.
Sementara dari sisi partisipasi investor, rata-rata investor yang aktif bertransaksi per 24 Desember 2024 mencapai 147 ribu per hari. Jika dilihat dari jumlah kepemilikan investor, porsi transaksi investor ritel masih stabil, yakni sebesar 32,8 persen.
Namun, terlihat peningkatan pada porsi transaksi investor institusi asing dengan porsi transaksi mencapai lebih dari 36,6 persen dari total rata-rata nilai transaksi harian per November 2024.
Peningkatan jumlah investor di pasar modal Indonesia merupakan hasil upaya edukasi dan sosialisasi pasar modal yang masif serta menjangkau masyarakat secara luas. Hingga 27 Desember 2024, di seluruh Indonesia telah berlangsung 33.955 kegiatan edukasi, dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 57,4 juta orang.(*)