Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Bitcoin Lanjutkan Pelemahan usai Capai Puncak di Atas USD108.000

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 31 December 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Bitcoin Lanjutkan Pelemahan usai Capai Puncak di Atas USD108.000

KABARBURSA.COM - Bitcoin, cryptocurrency terbesar di dunia, mengalami penurunan 1,6 persen menjadi USD93.869,0 atau sekitar Rp1,40 miliar pada Senin, 30 Desember 2024, mencerminkan tren pelemahan yang terus berlanjut di pasar aset digital.

Meskipun melemah dalam beberapa hari terakhir, Bitcoin tetap mencatatkan kenaikan tahunan sebesar 120 persen, didorong oleh optimisme mengenai potensi dukungan mata uang digital dari pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump.

Penurunan Bitcoin baru-baru ini terjadi akibat hilangnya momentum lonjakan harga pascapemilu. Menurut Chris Weston, kepala penelitian di broker online Pepperstone, Bitcoin saat ini diperdagangkan dalam rentang antara USD92.000 (sekitar Rp1,38 miliar) dan USD100.000 (sekitar Rp1,50 miliar).

“Penurunan harga di bawah USD92.000 dapat membuka jalan menuju level lebih rendah, yaitu sekitar USD81.000 (sekitar Rp1,21 miliar),” tulis Weston dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Wall Street Journal.

Secara historis, pergerakan Bitcoin cenderung berlawanan arah dengan Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama seperti euro.

Penguatan dolar baru-baru ini, yang didorong oleh ekspektasi kebijakan ekonomi dari Presiden terpilih Donald Trump, telah membuat aset tradisional seperti obligasi pemerintah AS dan saham menjadi lebih menarik dibandingkan cryptocurrency.

Akibatnya, harapan untuk reli crypto yang berkelanjutan memudar. Bitcoin mencatatkan penurunan hampir 4{9aa1bb259712806fa89468ca095aa3419cf9105023fc9dc50e5829db57ca82d5} sepanjang bulan ini, yang turut dipengaruhi oleh likuiditas pasar yang lebih rendah serta aksi ambil untung menjelang akhir tahun. Fenomena ini juga melemahkan “reli Santa” yang biasanya terjadi pada bulan Desember.

Selain itu, berkurangnya ekspektasi pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve menambah tekanan pada Bitcoin dan aset digital lainnya.

Meski demikian, beberapa investor tetap optimis bahwa kebijakan jangka panjang yang mendukung cryptocurrency dapat membantu pasar bertahan, bahkan di tengah penguatan dolar.

XRP Memimpin Penurunan Altcoin

Sebagian besar cryptocurrency lainnya mengikuti tren penurunan Bitcoin, dengan pergerakan harga yang sebagian besar datar atau sedikit lebih rendah. Namun, token XRP mengalami penurunan yang lebih tajam.

Cryptocurrency terbesar kedua, Ether, mencatat kenaikan tipis sebesar 0,4 persen menjadi USD3.418,90. Sementara itu, XRP, cryptocurrency terbesar ketiga, turun hampir 5 persen menjadi USD2.079.

Di sisi lain, Solana melemah 1,8 persen, Polygon turun 3,1 persen, dan Cardano kehilangan 2,5 persen nilainya, menjadi USD0,87 per token.

Token meme seperti Dogecoin juga tertekan, mencatat penurunan 1,7 persen.

Secara keseluruhan, pasar cryptocurrency terus berada di bawah tekanan, dengan berbagai faktor makroekonomi dan teknikal yang memengaruhi pergerakan harga.

Prediksi Harga Bitcoin dan Faktor Penggerak

Analis di Bitwise memproyeksikan harga Bitcoin akan mencapai USD200.000 (sekitar Rp3,2 miliar) pada akhir 2025, sementara VanEck mematok target di angka USD180.000 (sekitar Rp2,88 miliar).

Dulu, prediksi seperti ini mungkin terdengar muluk-muluk. Namun, dengan harga Bitcoin yang kini telah melewati USD100.000, proyeksi tersebut terasa lebih realistis.

Bitcoin memiliki pasokan terbatas—hanya 21 juta koin yang akan pernah ada. Dari jumlah itu, 19,79 juta sudah beredar di pasar. Sementara itu, permintaan terus meningkat, terutama dari investor institusional seperti pengelola ETF, korporasi, hingga negara-negara.

ETF spot Bitcoin telah menarik investasi senilai USD36 miliar (sekitar Rp576 triliun). Perusahaan seperti MicroStrategy (MSTR) menjadi contoh kepemimpinan dengan mengakumulasi 444.262 Bitcoin senilai sekitar USD42 miliar (sekitar Rp672 triliun) per 23 Desember.

Dengan momentum seperti ini, pasar kripto tampaknya akan menjadi perhatian utama dalam peta investasi global sepanjang 2025.

Siklus Halving Bitcoin dan Tantangan 2025

Secara historis, pergerakan harga Bitcoin—dan pasar kripto secara keseluruhan—cenderung mengikuti pola siklus empat tahunan halving Bitcoin. Jika pola ini tetap berlaku, pasar kripto kemungkinan akan mengalami koreksi pada 2025. Namun, kehadiran investor institusional berskala besar diprediksi mampu menahan penurunan yang terlalu dalam.

Menurut ekonom sekaligus pendiri Asgard Markets, Alex Kruger, Bitcoin saat ini berada dalam supercycle. Artinya, alih-alih mengalami penurunan tajam hingga 85 persen seperti sebelumnya, pasar Bitcoin kemungkinan akan mengalami koreksi berulang dalam kisaran 20-40 persen.

Namun, ancaman dari Federal Reserve tetap menjadi bayang-bayang besar bagi Bitcoin. Bank sentral Amerika Serikat ini baru-baru ini menurunkan proyeksinya terkait pemangkasan suku bunga untuk 2025, yang sempat menekan harga Bitcoin.

Jika Federal Reserve (The Fed) memperlambat pemangkasan suku bunga, imbal hasil Treasury berpotensi tetap tinggi, membuatnya lebih menarik bagi investor dibanding aset berisiko seperti Bitcoin. (*)