Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BSI Siap Optimalkan Bisnis Bullion Bank Menyongsong 2025

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 30 December 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
BSI Siap Optimalkan Bisnis Bullion Bank Menyongsong 2025

KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) siap menyongsong tahun 2025 dengan memaksimalkan potensi bisnis bullion bank (bank emas) yang diprediksi akan berkembang pesat. Prospek bisnis ini semakin menguat seiring dengan diterbitkannya Peraturan OJK No. 17 Tahun 2024 mengenai Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bullion, yang diharapkan menjadi pendorong utama.

Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, menyatakan bahwa emas telah lama dikenal sebagai instrumen investasi yang aman dan stabil, berfungsi sebagai pelindung nilai di tengah gejolak ekonomi. Hal ini tercermin dalam pencapaian BSI yang terus mengalami pertumbuhan signifikan dalam bisnis emas sejak bank syariah ini berdiri pada tahun 2021.

Lebih lanjut, Banjaran menyebutkan bahwa kebijakan baru mengenai usaha bullion ini juga berperan penting dalam memperkuat prospek bisnis tersebut. Ia memproyeksikan harga emas dunia akan naik pada tahun 2025, dari level USD2.590–USD2.630 per troy ounce pada 2024, menjadi USD2.705–USD2.830 per troy ounce. Sementara itu, harga emas Antam diperkirakan akan meningkat dari Rp1.510.000–Rp1.535.000 per gram pada 2024, menuju kisaran Rp1.560.000–Rp1.695.000 per gram pada 2025.

"Emas sudah lama menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia. Dengan adanya regulasi baru dari OJK, prospek usaha bullion ini semakin menjanjikan. BSI, sebagai salah satu bank yang diberi mandat oleh pemerintah untuk mengembangkan bisnis bullion, kini tengah mempersiapkan diri," ujar Banjaran.

Sebagai informasi, BSI bersama dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) sebelumnya mendapat arahan dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, untuk menjadi pelopor dalam bisnis bullion bank di Indonesia.

Peraturan OJK No. 17/2024 memberikan kesempatan bagi lembaga jasa keuangan, termasuk bank syariah, untuk menjalankan berbagai aktivitas dalam bisnis bullion, seperti simpanan emas, pembiayaan emas, perdagangan emas, penitipan emas, dan lainnya.

Banjaran menilai bahwa hadirnya peraturan ini akan menjadi kunci bagi pengembangan ekosistem bisnis emas di masa depan. Sejak berdiri tiga tahun lalu, BSI telah menunjukkan hasil yang sangat baik dalam produk-produk emas, baik itu cicilan maupun gadai emas. Oleh karena itu, BSI berkomitmen untuk menjadi motor penggerak dalam industri bullion yang diatur oleh POJK tersebut.

Salah satu daya tarik utama bisnis emas bagi nasabah bank syariah, menurut Banjaran, adalah adanya underlying atau cadangan emas yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi para nasabah. Selain itu, komoditas emas juga dapat diperdagangkan melalui bursa berjangka komoditas, termasuk kontrak berjangka dan pasar fisik emas.

Dalam menjalankan usaha bullion bank, BSI akan selalu mematuhi peraturan yang berlaku dalam POJK dan arahan dari pemerintah. Prinsip utama BSI adalah menyediakan layanan yang memudahkan, serta memberikan kenyamanan dan keamanan bagi nasabah yang berinvestasi dalam produk emas.

Jumlah Investor Saham Syariah

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor saham syariah di Indonesia mencapai 164.115 orang hingga Oktober 2024. Namun, dari angka tersebut, hanya sekitar 16 persen yang aktif berinvestasi.

Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh, menjelaskan bahwa pola ini serupa dengan total investor saham di Indonesia, di mana dari 4 juta investor saham, kurang dari 20 persen yang aktif melakukan transaksi.

Meski tingkat aktivitas rendah, jumlah investor syariah menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 31.891 persen sejak 2012 hingga 2024.

Sebagian besar investor syariah, yaitu 58 persen, berada di Pulau Jawa. Provinsi Jakarta menyumbang 15 persen dari total investor syariah, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 19 persen dan Jawa Timur sebesar 11 persen.

Dari sisi transaksi, Pulau Jawa juga mendominasi dengan kontribusi 81 persen. Jakarta mencatatkan kontribusi terbesar dengan 32 persen, diikuti oleh Jawa Barat (19 persen) dan Jawa Timur (11 persen).

Di luar Jawa, Kalimantan Timur menarik perhatian karena mencatatkan nilai transaksi saham syariah sebesar 3 persen, meskipun jumlah investornya tidak masuk 10 besar secara nasional.

Irwan juga menyoroti posisi Asia Tenggara sebagai kiblat pasar modal syariah global, dengan Indonesia dan Malaysia sebagai pemain utama.

“Jika bicara pasar modal syariah, kiblatnya adalah Asia Tenggara secara global,” tuturnya dalam acara edukasi wartawan di Jakarta, Jumat, 29 November 2024.

Pasar modal syariah Indonesia menunjukkan pertumbuhan pesat dalam jumlah investor, namun tantangan masih ada dalam meningkatkan partisipasi aktif.

Dengan dominasi transaksi di Pulau Jawa dan potensi besar di wilayah lain, upaya edukasi dan promosi menjadi kunci untuk mendorong lebih banyak aktivitas di sektor ini. (*)