KABARBURSA.COM - Sejumlah bank besar sedang mempersiapkan diri untuk memulai bisnis bullion bank. Bullion bank adalah lembaga keuangan yang menawarkan layanan terkait emas dan logam mulia lainnya. Bullion bank tidak hanya menjadi tempat untuk membeli atau menjual emas, tetapi juga menyediakan layanan seperti penyimpanan, perdagangan, peminjaman, hingga penyediaan kontrak derivatif berbasis logam mulia.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa rencana pembentukan bullion bank ini akan terealisasi pada semester I/2025. Untuk memuluskan rencana tersebut sudah ada undang-undang yang dibuat. Bullion Bank merupakan amanat yang tercantum dalam Pasal 130 Undang-Undang No 4/2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).
Namun, ada tantangan besar dalam pengembangan bisnis ini, yaitu harga emas global yang belakangan mengalami fluktuasi luar biasa.
Per Jumat, 27 Desember 2024, waktu setempat, harga emas mengalami tekanan, dengan harga emas spot turun sebesar 0,6 persen ke level USD2.619,33 per ons dan emas berjangka melemah 0,8 persen menjadi USD2.631,90 per ons. Penurunan ini terjadi di tengah tingginya imbal hasil Treasury AS, yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven. Dengan volume perdagangan yang rendah karena momen liburan akhir tahun, pasar mencermati berbagai faktor, termasuk potensi kebijakan ekonomi pemerintahan Donald Trump, yang kembali ke Gedung Putih, serta proyeksi inflasi dan langkah kebijakan Federal Reserve untuk 2025.
Imbal hasil Treasury bertenor 10 tahun diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak Mei 2024, yang semakin membebani harga emas. Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, menjelaskan bahwa selain imbal hasil Treasury yang tinggi, pasar emas juga terdampak oleh sepinya aktivitas perdagangan. Indeks dolar AS yang mengalami kenaikan mingguan keempat berturut-turut juga mengurangi daya tarik emas bagi investor internasional, terutama mereka yang menggunakan mata uang non-dolar.
Meski mengalami tekanan pada pekan ini, emas telah menunjukkan performa gemilang sepanjang tahun 2024 dengan kenaikan sebesar 28 persen, mencapai rekor tertinggi USD2.790,15 pada 31 Oktober. Kenaikan harga emas sepanjang tahun didorong oleh berbagai faktor, termasuk pelonggaran suku bunga oleh Federal Reserve dan meningkatnya ketegangan geopolitik global. Bank-bank sentral di seluruh dunia juga melanjutkan aksi pembelian emas dalam jumlah besar, memberikan dukungan fundamental yang kuat terhadap logam mulia ini.
Kendati demikian, proyeksi Federal Reserve menunjukkan pengurangan penurunan suku bunga pada 2025, yang dapat membatasi ruang gerak emas. Namun, para analis tetap optimistis, mencatat bahwa ketidakpastian politik yang menyertai pemerintahan Trump, termasuk kemungkinan kebijakan tarif dan proteksionisme, berpotensi memicu perang dagang baru yang akan mendorong permintaan emas sebagai aset lindung nilai.
Sementara itu, logam mulia lain juga mencatatkan tren penurunan pada perdagangan hari Jumat. Harga perak turun 1,3 persen menjadi USD29,41 per ons, sedangkan platinum melemah 2,1 persen ke level USD916,30 per ons, dan paladium turun 1,2 persen ke posisi USD913,71 per ons. Meskipun mengalami pelemahan jangka pendek, emas diperkirakan akan mencapai level psikologis USD3.000 per ons pada pertengahan tahun 2025 jika aksi beli dari bank sentral terus berlanjut dan ketegangan geopolitik tetap tinggi.
Dalam lanskap global yang penuh ketidakpastian, emas tetap menjadi salah satu pilihan utama bagi investor untuk melindungi aset mereka, mencerminkan perannya sebagai alat lindung nilai yang terpercaya terhadap ketidakpastian pasar dan dinamika politik.
Salah satu bank yang tengah mempersiapkan diri untuk menjalankan bisnis bullion ini adalah PT Bank Syariah Indonesia (BSI) atau BRIS. Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo, menjelaskan bahwa peraturan terbaru terkait bullion bank ini menciptakan ruang bagi BSI untuk memperluas ekosistem bisnis emas yang telah dibangun selama tiga tahun terakhir
Keunggulan utama bullion bank adalah keberadaan underlying asset, yaitu cadangan emas fisik yang mendukung semua transaksi, memberikan jaminan keamanan dan kepercayaan bagi nasabah. Di Indonesia, bullion bank berpotensi menjadi motor penggerak dalam pengelolaan logam mulia sesuai prinsip syariah, mendukung hilirisasi emas, serta memperluas akses masyarakat terhadap investasi berbasis emas yang aman dan transparan.
Hingga kini, BSI telah menunjukkan kinerja mengesankan melalui produk-produk seperti cicil emas dan gadai emas. Dengan modal pengalaman tersebut, Banjaran optimis BSI dapat menjadi pionir dalam kegiatan bullion yang sesuai prinsip syariah.
Salah satu keunggulan yang ditawarkan oleh bullion service BSI adalah kepastian adanya underlying gold dalam setiap transaksi, sesuatu yang menurut Banjaran kerap menjadi kelemahan platform perdagangan emas digital.
Dalam praktik syariah, semua investasi, termasuk komoditas seperti emas, wajib memiliki dasar berupa cadangan yang nyata, sehingga nasabah bisa merasa nyaman dan aman dalam berinvestasi.
Banjaran juga menyoroti daya tarik emas sebagai instrumen investasi masyarakat Indonesia. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan bahwa logam mulia, termasuk emas, berada di antara tiga besar pilihan investasi masyarakat. Bullion service dianggap sebagai langkah maju untuk mengintegrasikan finansialisasi emas dengan hilirisasi komoditas nasional.
Menurut Banjaran, emas memiliki multiplier effect hingga 1,48 persen, yang menjadikannya salah satu komoditas strategis dalam peta hilirisasi pemerintah. Dukungan perbankan melalui bullion service dipercaya dapat meningkatkan kontribusi emas bagi perekonomian nasional, sekaligus menguatkan posisi Indonesia sebagai salah satu produsen emas terkemuka.
Dari sisi perbankan syariah, pengembangan bullion service ini disebut sebagai “golden opportunity.” Banjaran menilai bahwa bullion service berpotensi mendorong pertumbuhan non-organik bank syariah secara signifikan, menjembatani gap pertumbuhan antara perbankan syariah dan konvensional.
Ke depan, ia berharap BSI dapat bertransformasi menjadi sebuah “gold bank” yang tidak hanya melayani investasi emas tetapi juga mendukung pengelolaan dan pengembangan ekosistem emas nasional.
Namun, Banjaran menekankan bahwa keberhasilan pengembangan bullion bank membutuhkan dukungan ekosistem yang kuat, termasuk sinergi antara perbankan, pemerintah, dan lembaga terkait lainnya. Hal ini sejalan dengan agenda hilirisasi komoditas dan target pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
Sementara itu, Direktur Utama BSI Hery Gunardi, mengonfirmasi bahwa BSI sedang mengajukan izin untuk memulai operasional bullion bank pada tahun depan. Ia optimis bahwa dengan dukungan peraturan dan komitmen internal, BSI dapat menjadi salah satu pemain utama dalam industri bullion.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.