KABARBURSA.COM - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) semakin menunjukkan komitmennya dalam mendukung inisiatif transisi hijau dan keberlanjutan yang dapat memperkuat kinerja keuangan dan prospek saham perusahaan di masa depan.
Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella, memberikan prediksi yang optimis untuk harga saham BNI, yang diperkirakan akan mencapai Rp6.700 per lembar. Keyakinan tersebut muncul akibat dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh bank pelat merah ini dalam memperkenalkan dan memperluas program pembiayaan berkelanjutan di berbagai sektor industri.
Sejak 2019, BNI telah aktif melakukan identifikasi pembiayaan berkelanjutan di beberapa sektor strategis, seperti kelapa sawit, energi terbarukan, hutan sosial, dan penerbitan obligasi hijau, yang telah membuahkan hasil signifikan. Hingga saat ini, portofolio pembiayaan yang ramah lingkungan mencapai Rp188 triliun, yang setara dengan sekitar 26 persen dari total pinjaman yang disalurkan oleh bank. Adanya penerbitan obligasi hijau sebesar Rp5 triliun pada tahun 2022, yang telah digunakan secara efektif untuk proyek hijau, memperkuat komitmen BNI terhadap pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.
BNI juga memperkenalkan platform kredit bertajuk Sustainable Linked Loan (SLL), yang hingga September 2024 telah berhasil mengucurkan pinjaman sebesar Rp5,5 triliun ke berbagai sektor seperti agrifood, manufaktur, semen, baja, dan kemasan. Sektor-sektor ini merupakan pendorong utama dalam mempertahankan pertumbuhan kredit hijau BNI yang konsisten. Di samping itu, Bank Negara Indonesia mencatatkan perkembangan pesat dalam kredit hijau, dengan total portofolio mencapai Rp70,9 triliun pada September 2024. Angka ini menunjukkan kontribusi sekitar 10 persen terhadap total kredit BNI, yang menunjukkan peningkatan signifikan dari nilai sebelumnya sebesar Rp29,5 triliun pada akhir 2020.
Pertumbuhan sektor-sektor ramah lingkungan yang dibiayai oleh BNI juga sangat menjanjikan. Sektor energi terbarukan (EBT) menunjukkan laju pertumbuhan tahunan sebesar 21,4 persen sejak 2020, sementara sektor bangunan hijau mencatatkan pertumbuhan luar biasa dengan angka 78 persen per tahun. Yang lebih mengesankan lagi adalah sektor pencegahan polusi, yang mengalami peningkatan yang sangat tajam dengan pertumbuhan 109 persen per tahun. Angka-angka ini menegaskan komitmen BNI dalam memimpin perubahan ke arah yang lebih ramah lingkungan, yang seiring dengan kebutuhan global untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan.
Seiring dengan pencapaian tersebut, saham BNI terus mendapat perhatian dari para investor, terutama bagi mereka yang melihat potensi besar dalam sektor keuangan yang ramah lingkungan. Inisiatif pembiayaan hijau yang kuat dan diversifikasi dalam portofolio sektor-sektor berkelanjutan dipandang sebagai kunci utama bagi keberhasilan jangka panjang perusahaan ini. Sebagai sebuah institusi besar di Indonesia, BNI dengan platform dan komitmennya terhadap pembiayaan berkelanjutan berpotensi menjadi salah satu pilihan utama bagi investor yang menginginkan imbal hasil yang baik dalam kerangka keberlanjutan. Dengan proyeksi harga saham yang mencapai Rp6.700 per lembar, BNI memperlihatkan dirinya sebagai bank yang tidak hanya mementingkan laba, tetapi juga keberlanjutan dan kepedulian terhadap masa depan bumi.
Dari sisi kinerja keuangan, BBNI menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan meski ada beberapa tantangan di tengah penurunan harga saham yang terjadi sepanjang tahun 2024. Hingga November 2024, bank pelat merah ini berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp19,81 triliun, mengalami pertumbuhan 4,03 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, pendapatan bunga bersih (net interest income) tercatat mengalami penurunan sebesar 3,86 persen, turun menjadi Rp35,61 triliun, yang mengindikasikan adanya tantangan di sektor pendapatan bunga tradisional.
Sementara itu, meskipun ada penurunan pada pendapatan bunga bersih, BBNI berhasil mengimbangi penurunan tersebut dengan mencatatkan pendapatan dari komisi atau fee-based income yang mencapai Rp9,38 triliun, meningkat sedikit 1,11 persen dibandingkan tahun lalu. Pendapatan ini menjadi salah satu sumber pendapatan yang lebih stabil dan penting bagi bank. Selain itu, bank ini berhasil mengurangi beban pemulihan kerugian penurunan nilai aset keuangan, yang turun 18,72 persen menjadi Rp6,41 triliun, yang berkontribusi terhadap peningkatan laba secara keseluruhan.
Dari sisi kinerja intermediasi, BBNI telah menyalurkan kredit sebesar Rp739,53 triliun hingga November 2024, dengan pertumbuhan 10,96 persen dibandingkan tahun lalu. Aset bank ini pun tercatat tumbuh 9,83 persen menjadi Rp1.072,63 triliun pada periode yang sama. Pertumbuhan kredit yang cukup baik ini menunjukkan adanya kebutuhan akan pembiayaan yang masih kuat, sejalan dengan permintaan pasar yang stabil.
BBNI juga mencatatkan pencapaian yang baik di sektor pendanaan, dengan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp783,78 triliun, yang naik 6,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dana murah, yang mencakup current account saving account (CASA), memberikan kontribusi penting terhadap pendanaan bank, dengan CASA tercatat naik 11,08 persen menjadi Rp559,36 triliun, yang sekarang berkontribusi sekitar 71,37 persen terhadap total DPK bank tersebut.
Meski kinerja fundamental BBNI tercatat solid dalam banyak aspek, harga saham bank ini mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2024. Pada akhir pekan terakhir di bulan Desember 2024, harga saham BBNI ditutup di level Rp4.360, turun 0,46 persen. Di sisi lain, penurunan harga saham BBNI lebih tajam dalam jangka pendek, dengan penurunan mencapai 11,96 persen dalam sebulan terakhir dan 20 persen dalam tiga bulan terakhir. Bahkan sepanjang tahun 2024, harga saham BBNI tercatat turun hingga 18,88 persen, sebuah penurunan yang cukup tajam meski prospek fundamental tetap positif.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat penurunan harga saham BBNI yang signifikan, bank ini masih memiliki kekuatan yang baik dalam hal pertumbuhan kredit dan pendanaan. Jika BNI mampu terus mengoptimalkan pendapatan berbasis komisi dan beradaptasi terhadap dinamika pasar, maka kinerjanya di tahun-tahun mendatang bisa kembali menjanjikan.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.