KABARBURSA.COM - Analis Stocknow.id Hendra Wardana, dalam catatannya mengatakan sektor komoditas menjadi salah satu investasi jangka pendek yang masih menarik diperdagangkan di sisa tahun 2024. Pergerakan saham Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGAS, sangat menarik diperhatikan, apalagi sejak asing, investor ternama Lo Kheng Hong, dan jajaran direksi memborong sahamnya.
Pada perdagangan bursa 25 Desember 2024, misalnya, saham PGAS mencuri perhatian para investor. Harga saham PGAS mengalami lonjakan signifikan sebesar 5,02 persen, menutup sesi perdagangan di level Rp 1.570. Lonjakan ini disertai dengan tingginya aktivitas transaksi. Tercatat, volume perdagangan mencapai 84,49 juta saham, frekuensi 9.554 kali, dan nilai transaksi total Rp131,29 miliar.
Hal menarik lainnya adalah aksi beli bersih dari investor asing yang mencatatkan nilai pembelian keseluruhan sebesar Rp99,5 miliar dengan net buy mencapai Rp90,1 miliar.
Dilihat dari sisi valuasi, saham PGAS masih tergolong murah. Rasio price to book value (PBV) hanya 0,92 kali, mencerminkan potensi harga saham yang masih undervalued. Selain itu, rasio price earning ratio (PER) berada pada level 7,15 kali, memberikan gambaran bahwa saham ini masih sangat menarik dibandingkan emiten lainnya dalam sektor sejenis. Kapitalisasi pasar PGAS saat ini tercatat Rp38,06 triliun, menempatkannya sebagai salah satu pemain utama di sektor gas di Indonesia.
Kinerja operasional PGAS selama periode 10 bulan pertama tahun 2024 (10M24) memperlihatkan beberapa tantangan dan pencapaian. Volume penjualan gas mencapai 853 BBtud, mencatatkan penurunan sebesar 8 persen secara tahunan (yoy) dan 11 persen lebih rendah dibanding target manajemen. Dari total penjualan tersebut, 54 persen berasal dari pengguna harga gas bumi tertentu (HGBT), sedangkan sisanya berasal dari non-HGBT.
Di sisi lain, volume transmisi gas menunjukkan pertumbuhan positif dengan peningkatan 5 persen yoy menjadi 1.529 MMSCFD, sedikit melampaui target 2024. Penjualan gas alam cair (LNG) juga mencatatkan kenaikan signifikan hingga 100 persen yoy menjadi 62 BBtud, meskipun masih 51 persen di bawah target tahun ini.
Aksi Lo Kheng Hong sebagai investor kawakan turut menambah daya tarik PGAS. Per 31 Oktober 2024, Lo menggenggam 257.696.100 saham atau 1,06 persen dari total saham PGAS, menempatkannya di peringkat ke-6 dalam daftar 10 besar pemegang saham terbesar. Ia bahkan melampaui nama besar seperti BlackRock, yang berada di peringkat ke-9 dengan kepemilikan 181.259.900 saham atau 0,75 persen.
Menariknya, jumlah saham yang dimiliki Lo Kheng Hong terus bertambah signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Dibandingkan akhir Agustus 2024, kepemilikannya bertambah 62.931.300 saham, sementara dibandingkan data per April 2024, ia telah menambah kepemilikan sebanyak 107.718.000 saham.
Konsistensi Lo Kheng Hong dalam menambah portofolionya di PGAS menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap potensi pertumbuhan jangka panjang perusahaan ini. Bagi investor lain, ini bisa menjadi sinyal penting untuk mencermati peluang investasi di saham PGAS, yang saat ini menawarkan valuasi menarik, didukung oleh prospek sektor energi yang tetap strategis di tengah pemulihan ekonomi global.
Tidak hanya asing dan Pak Lo, jajaran direksi juga ikut ambil bagian menyerok saham PGAS secara besar-besaran.
Pada 24 Desember 2024, jajaran direksi dan komisaris PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melakukan aksi pembelian saham perusahaan. Langkah ini, sebagaimana diungkapkan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dilakukan sebagai bagian dari program pembelian saham untuk tantiem tahun buku 2023 yang sebelumnya ditangguhkan, sekaligus untuk keperluan investasi. Harga pembelian saham ditetapkan pada Rp1.575 per saham, dengan status kepemilikan langsung.
Menurut keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, 26 Desember 2024, pembelian ini mencakup sejumlah nama penting dalam jajaran direksi dan komisaris PGN, termasuk Direktur Utama Arief Setiawan Handoko dan Komisaris Luky Alfirman. Total pembelian saham menunjukkan komitmen direksi dan komisaris terhadap kinerja jangka panjang perusahaan. Berikut adalah detailnya:
Direktur PGN Fadjar Harianto Widodo, membeli 678.300 saham dengan nilai pembelian mencapai Rp1,06 miliar. Setelah transaksi ini, kepemilikannya bertambah menjadi 1.861.300 saham dari sebelumnya 1.183.000. Sementara itu, Direktur Harry Budi Sidharta, yang sebelumnya tidak memiliki saham, kini menguasai 401.400 saham setelah membeli dengan nilai total Rp632,20 juta.
Langkah serupa juga diambil oleh Direktur Ratih Esti Prihatini dan Rosa Permata Sari, masing-masing membeli 95.900 saham dengan total nilai pembelian sebesar Rp151,04 juta per orang. Kini, keduanya memiliki jumlah saham yang sama, yaitu 95.900.
Direktur Utama Arief Setiawan Handoko membeli 472.200 saham dengan nilai pembelian Rp744,18 juta, menempatkan dirinya sebagai salah satu pemegang saham individu terbesar dalam jajaran direksi, dengan total 472.200 saham di bawah kepemilikannya.
Dari jajaran komisaris, Luky Alfirman menambah jumlah sahamnya menjadi 886.700 setelah membeli 323.100 saham dengan nilai total Rp508,88 juta. Sementara itu, Komisaris Warih Sadono menambah kepemilikannya menjadi 1.016.000 saham dengan membeli 452.400 saham senilai Rp712,53 juta.
Aksi ini terjadi di tengah fluktuasi harga saham PGAS. Pada perdagangan 24 Desember 2024, harga saham perusahaan ditutup melemah 0,96 persen ke Rp1.545 per saham, setelah sempat menyentuh level tertinggi Rp1.570 dan level terendah Rp1.540. Total frekuensi perdagangan pada hari itu mencapai 2.178 kali dengan volume perdagangan sebesar 180.636 saham, menghasilkan nilai transaksi Rp28,2 miliar.
Langkah pembelian saham oleh direksi dan komisaris dapat diartikan sebagai bentuk keyakinan terhadap prospek jangka panjang PGAS. Kendati saham mengalami penurunan pada penutupan perdagangan, aksi ini memberi sinyal positif kepada pasar bahwa para pemimpin perusahaan memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dukungan ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa PGN memiliki fundamental yang kokoh untuk mendukung pertumbuhan masa depan di tengah dinamika sektor gas bumi.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.