Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Wall Street Ditutup Merah, Saham Teknologi Terpukul Profit Taking

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 28 December 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Wall Street Ditutup Merah, Saham Teknologi Terpukul Profit Taking

KABARBURSA.COM - Wall Street menutup pekan dengan catatan suram, di mana ketiga indeks utama mencatat penurunan pada Jumat waktu Amerika atau Sabtu dini hari WIB. Penurunan ini terjadi secara luas, bahkan saham teknologi dan pertumbuhan yang sebelumnya mendorong pasar ikut terseret dalam aksi jual.

Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, 28 Desember 2024, Dow Jones Industrial Average menghentikan reli lima sesi berturut-turutnya yang sebelumnya menghapus penurunan 10 sesi, yang terburuk sejak 1974. Indeks Dow turun 333,59 poin atau 0,77 persen ke 42.992,21. Sementara itu, S&P 500 melemah 66,75 poin atau 1,11 persen ke 5.970,84, dan Nasdaq Composite terjun 298,33 poin atau 1,49 persen ke 19.722,03.

Wakil Presiden Strategi Investasi di Glenmede, Michael Reynolds, mengatakan aksi jual yang terjadi mencerminkan profit taking atau aksi ambil untung secara luas. Menurutnya, setelah lebih dari dua tahun berada dalam pasar bullish yang kuat, tidak mengherankan jika investor mulai merealisasikan keuntungan mereka dan menyeimbangkan kembali portofolio menjelang tahun baru.

Sebagai bukti kuat dari aksi ambil untung, 45 saham dengan performa terbaik di S&P 500 sepanjang tahun ini semuanya berakhir lebih rendah pada Jumat. Penurunan ini juga mengganggu pola musiman Santa Claus Rally, di mana saham biasanya menguat selama lima sesi terakhir Desember dan dua sesi pertama Januari. Sejak 1969, S&P 500 secara rata-rata naik 1,3 persen pada periode ini.

Sinyal melemahnya momentum mulai terlihat pada Kamis, saat S&P 500 dan Nasdaq membukukan penurunan kecil setelah serangkaian sesi kenaikan. Kenaikan imbal hasil obligasi AS juga menjadi perhatian investor.

Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan lebih pada sesi sebelumnya dan tetap mendekati level tersebut pada Jumat, berada di 4,63 persen.

Imbal hasil yang lebih tinggi dianggap membebani saham pertumbuhan, terutama kelompok teknologi besar yang dikenal sebagai Magnificent Seven.

Saham-saham ini, yang menjadi pendorong utama reli pasar tahun 2024, ikut terseret dalam aksi jual. Tesla memimpin penurunan dengan anjlok 5 persen, sementara Nvidia melemah 2,1 persen, dan Alphabet, Amazon, serta Microsoft masing-masing turun lebih dari 1,5 persen.

Reynolds menambahkan, kenaikan biaya modal akibat peningkatan suku bunga membuat investor mempertimbangkan ulang valuasi saham teknologi besar. Beberapa mungkin mulai mencari alternatif dengan valuasi yang lebih menarik.

Sebelas sektor utama di S&P 500 semuanya mencatat penurunan. Sektor konsumsi diskresioner, teknologi informasi, dan layanan komunikasi menjadi yang paling buruk performanya, turun antara 1,1 persen hingga 1,9 persen.

Meski demikian, ketiga indeks utama masih mencatat kenaikan mingguan. S&P 500 menguat 0,7 persen, Dow Jones naik 0,36 persen, dan Nasdaq meningkat 0,75 persen selama pekan ini.

Namun, tidak semua saham tertekan. Amedisys melonjak 4,7 persen, kenaikan terbaiknya sejak 1 Juli, setelah memperpanjang batas waktu untuk merger senilai USD3,3 miliar dengan UnitedHealth. Saham Lamb Weston juga naik 2,6 persen setelah laporan menunjukkan investor aktivis Jana Partners mendorong perubahan di dewan direksi pembuat kentang goreng ini.

Volume perdagangan selama pekan liburan ini lebih rendah dibanding rata-rata enam bulan terakhir dan diperkirakan tetap sepi hingga 6 Januari. Fokus utama berikutnya bagi pasar adalah laporan ketenagakerjaan Desember yang akan dirilis pada 10 Januari.

Tren Melemah

Wall Street sebelumnya juga mencatatkan penurunan pada pembukaan perdagangan Jumat, 27 Desember 2024. Volume transaksi terpantau sepi usai libur Natal, sementara para investor sibuk mengevaluasi portofolio mereka dan berharap dorongan akhir tahun dari fenomena Santa Claus rally.

Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 95,2 poin, atau turun 0,22 persen, ke posisi 43.201,85. Indeks S&P 500 turun 15,1 poin (0,25 persen) ke level 6.024,97, sedangkan Nasdaq Composite terkoreksi 51,9 poin (0,26 persen) ke 19.979,251.

Saham-saham megakapitalisasi mayoritas merosot. Saham Nvidia turun 0,8 persen dalam perdagangan prapasar, sementara Alphabet—induk Google—terkoreksi 0,5 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah menguat tipis. Obligasi acuan tenor 10 tahun tercatat bertahan di 4,6312 persen. “Kami berada pada titik kritis di imbal hasil Treasury, khususnya tenor 10 tahun. Setiap kenaikan imbal hasil cenderung memukul pasar ekuitas, dan itulah yang terlihat pagi ini,” ujar George Cipolloni, manajer portofolio di Penn Mutual Asset Management.

Pada sesi perdagangan sebelumnya, S&P 500 dan Nasdaq menorehkan kenaikan tiga hari berturut-turut, didukung saham-saham pertumbuhan besar. Saham Apple, Tesla, Alphabet, Amazon, Nvidia, Microsoft, dan Meta Platforms menyumbang lebih dari setengah kenaikan S&P 500 sebesar 28,4 persen sepanjang tahun ini.

Tanpa kontribusi dari Magnificent Seven, total pengembalian indeks acuan diperkirakan hanya 13,2 persen pada 2024, imbuh Silverblatt.(*)