KABARBURSA.COM - Pada perdagangan akhir pekan Jumat, 27 Desember 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan sebesar 29 poin, atau turun 0,14 persen, menutup sesi di level 7.036. Meskipun sempat mencapai level tertinggi 7.100 dan level terendah 7.024, IHSG menunjukkan pergerakan yang cukup variatif pada hari tersebut.
Sebanyak 322 saham berhasil mencatatkan penguatan, namun lebih banyak saham yang terkoreksi, dengan 251 saham bergerak turun dan 222 saham stagnan. Di antara saham-saham yang mengalami penguatan, saham PT Akhsa Setia Industri (AKSI) muncul sebagai top gainer dengan lonjakan 34,52 persen.
Disusul oleh PT Asia Sejahtera Mina Tbk (AGAR) yang melesat 34,05 persen, PT Polindo Utama Tbk (POLU) yang menguat 24,51 persen, serta PT Fireworks Tbk (FIRE) yang menguat sebesar 18,52 persen.
Namun, tidak semua saham mencatatkan hasil positif pada perdagangan hari itu. Saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IPAC) terpaksa terpuruk di posisi teratas top loser, merosot hingga 9,91 persen. Saham PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) juga mengalami penurunan tajam sebesar 9,82 persen, sementara saham PT Sofa Indah Tbk (SOFA) turun 9,80 persen, dan PT UFO Energy Tbk (UFOE) melemah 9,02 persen.
Sementara itu, meski IHSG mengalami penurunan, Indeks LQ45 juga terkoreksi dengan penurunan -0,64 persen, dengan saham-saham GOTO, AMMN, dan MAPI tercatat paling dalam terkoreksi dengan masing-masing penurunan mencapai -7,35 persen, -6,50 persen, dan -4,26 persen.
Namun, meskipun pasar saham secara keseluruhan melaporkan penurunan, sektor-sektor tertentu justru mengalami penguatan. Sektor transportasi mencatatkan kenaikan signifikan, diikuti oleh sektor kesehatan, properti, dan barang non-siklikal yang juga menunjukkan kenaikan yang mencerminkan antusiasme investor di tengah pergerakan pasar yang tidak menentu.
Sementara itu, IHSG pagi dibuka menguat sebesar 9 poin atau naik 0,14 persen ke level 7,075. Merujuk data perdagangan RTI Business, sebanyak 201 saham terpantau menguat, 71 saham berada di zona merah, dan 253 saham mengalami stagnan.
Sementara itu mengutip data perdagangan Stockbit, saham POLU memimpin di posisi teratas top gainer dengan 24,51 persen, diikuti JAST 15,79 persen, LION 15,76 persen, dan ISAP 11,11 persen.
Adapun saham-saham yang mengalami penurunan signifikan atau berada di top loser di antaranya SPRE dengan performa -9,82 persen, diikuti BMBL -7,69 persen, lalu ada MANG dengan -6,12 persen, dan BAPA dengan -4,29 persen.
Di sisi lain, indeks LQ45 turut mengalami penguatan pada pembukaan pagi ini dengan saham-saham penopangnya adalah TOWR 4,84 persen, PGAS 2,91 persen, ANTM 2,79 persen, dan ISAT 2,46 persen.
Tidak hanya IHSG, pada akhir pekan terakhir di 2024, nilai tukar rupiah juga mengalami pelemahan seiring dengan ketidakpastian yang terkait dengan kebijakan ekonomi Amerika Serikat setelah kepemimpinan Donald Trump yang dimulai pada 20 Januari 2025.
Rupiah ditutup melemah sebesar 46 poin atau sekitar 0,27 persen terhadap dolar AS pada hari Jumat, 27 Desember, mencapai level Rp16.235 per dolar AS.
Faktor utama yang menyebabkan pelemahan mata uang Garuda ini adalah penguatan dolar AS, yang dipengaruhi oleh kebijakan agresif Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga acuan hingga 2025.
Suku bunga yang lebih tinggi di AS meningkatkan daya tarik dolar AS, seiring dengan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan kinerja ekonomi yang lebih baik di bawah pemerintahan Trump yang akan datang. Para pelaku pasar merasa khawatir dengan dampak potensial kebijakan ekonomi Trump, yang mendorong dolar AS tetap kuat.
Di sisi lain, Asia juga mengalami dampak dari sejumlah peristiwa global yang turut mempengaruhi pergerakan mata uang, termasuk rupiah. Di Jepang, inflasi indeks harga konsumen untuk bulan Desember tercatat lebih tinggi dari yang diperkirakan, memicu harapan akan kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan. Di Korea Selatan, ketegangan politik yang dipicu oleh isu pemakzulan penjabat presiden juga memberi dampak pada stabilitas kawasan dan menambah kekhawatiran pasar.
Sementara itu, China memulai langkah fiskal besar-besaran dengan merilis rencana untuk menerbitkan obligasi senilai 3 triliun yuan (sekitar 411 miliar dolar AS) pada tahun depan, yang menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk merangsang ekonomi yang melambat.
Meski demikian, kebijakan pemerintah Tiongkok untuk memperluas investasi publik dan menyederhanakan proses persetujuan proyek lokal memberikan dampak positif bagi pasar domestik mereka. Namun, upaya-upaya besar ini masih tidak mampu menanggulangi gejolak pasar global yang memperburuk ketidakpastian ekonomi, yang berujung pada tekanan bagi rupiah.
Secara keseluruhan, melemahnya rupiah menjelang akhir tahun ini mencerminkan kompleksitas tantangan global yang dihadapi pasar mata uang, terutama dalam konteks kebijakan suku bunga yang ketat di Amerika Serikat, ketegangan geopolitik, dan langkah fiskal besar yang diambil oleh China. Situasi ini memunculkan kecemasan akan ketidakstabilan jangka pendek, yang mendorong pelemahan nilai tukar mata uang di Indonesia.
Ke depannya, pelaku pasar akan terus memantau perkembangan kebijakan ekonomi dari Amerika Serikat dan respons negara-negara besar lainnya untuk menilai dampaknya terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.