Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Permintaan Mobil Bekas Melonjak, ASLC Yakin Penjualan Tahun 2024 Meningkat

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 27 December 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Permintaan Mobil Bekas Melonjak, ASLC Yakin Penjualan Tahun 2024 Meningkat

KABARBURSA.COM - PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) cukup yakin dengan penjualan pada 2024 yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Sikap optimistis ini didasari oleh pergerakan pasar mobil bekas yang terus melaju hingga menjelang akhir tahun.

Perlu diketahui, pada sembilan bulan pertama 2024, ASLC sukses  melelang sekitar 92.000 unit kendaraan bekas, yang terdiri dari kendaraan roda empat (4W) dan roda dua (2W). Sementara imelalui bisnis ritel Caroline.id, telah tercapai penjualan hampir 2.438 unit.

Pencapaian tersebut didorong oleh meningkatnya pasokan mobil tarikan leasing untuk lelang, ekspansi Caroline dan efisiensi  operasional.

"Melihat perkembangan hingga saat ini, kami optimis target ASLC di 2024, yaitu pertumbuhan kinerja dobel digit akan bisa dicapai," kata Presiden Direktur Autopedia Sukses Lestari Jany Candra, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 27 Desember 2024.

Berkaca dari capaian ini, Jany Candra pun optimistis jika industri mobil bekas masih akan tetap menjanjikan di tahun 2025.

Perseroan melihat, turunnya daya beli masyarakat akibat kondisi ekonomi yang belum stabil telah membuat banyak anggota masyarakat mengalihkan rencana pembelian, dari kendaraan baru ke kendaraan bekas yang harganya lebih terjangkau.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil  hingga November 2024 masih lesu dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut data terbaru Gaikindo,sepanjang Januari-November 2024, total penjualan mobil secara wholesales sebesar 784.788 unit atau turun 14,7 persen secara year-on- year (YoY) dari periode sama tahun 2023 yang sebesar 920.518 unit.

Sementara di tahun 2025, adanya kenaikan PPN, Opsen Pajak (pungutan daerah tambahan pada pajak kendaraan bermotor), dan lainnya yang diperkirakan akan menjadi tantangan tambahan yang memengaruhi penjualan mobil baru. Hal ini  tentu saja akan menghadirkan peluang yang semakin besar bagi pelaku industri mobil bekas.

Kinerja ASLC

Merujuk data perdagangan Stockbit, Jumat, 27 Desember 2024,  ASLC mencatatkan performa keuangan yang solid berdasarkan data keuangan terbaru yang dirilis. Berdasarkan rasio keuangan yang tercantum, perusahaan menunjukkan tingkat solvabilitas dan profitabilitas yang cukup baik.

Dari sisi solvabilitas, Current Ratio mencapai 4,17, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya.

Sementara itu Quick Ratio berada di angka 3,52, yang menegaskan kekuatan likuiditas perusahaan tanpa memperhitungkan persediaan.

Di sisi profitabilitas, Return on Assets (ROA) tercatat sebesar 5,79 persen, mengindikasikan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total asetnya.

Sedangkan Return on Equity (ROE) mencapai 7,14 persen, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian bagi pemegang saham.

Gross Profit Margin dilaporkan sebesar 30,93 persen, mencerminkan tingkat keuntungan kotor yang cukup tinggi dari pendapatan perusahaan.

Operating Profit Margin dan Net Profit Margin masing-masing berada di angka 8,17 persen dan 6,70 persen, memperlihatkan efisiensi operasional yang baik dalam menghasilkan laba bersih.

Dengan rasio keuangan ini, ASLC tampak berada dalam posisi yang sehat secara keuangan. Angka-angka ini mencerminkan manajemen keuangan yang baik, serta kemampuan perusahaan untuk bertahan di tengah berbagai tantangan ekonomi.

Performa ini dapat memberikan kepercayaan bagi para investor dan pemangku kepentingan terhadap keberlanjutan bisnis ASLC di masa depan.

Penurunan Daya Beli Masyarakat

Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu, mengatakan industri otomotif Indonesia pada akhir 2024 menghadapi berbagai tantangan dan tekanan akibat penurunan daya beli masyarakat. Kondisi ini pun membuat penjualan sejumlah perusahaan  kendaraan menurun drastis.

“Dampak tersebut bersumber dari dinamika makro dan mikro ekonomi. Kondisi ini berdampak kepada penurunan performa industri, baik dari sisi penjualan maupun produksi,” kata Yannes kepada KabarBursa.com di Jakarta, Senin, 23 Desember 2022.

Lemahnya daya beli masyarakat menjadi faktor yang krusial dalam memengaruhi lesunya pasar otomotif. Daya beli masyarakat yang tertekan, kata Yannes, merupakan konsekuensi dari beberapa variabel ekonomi, terutama dalam hal laju inflasi.

Meski ia mengakui jika laju inflasi menurun, namun efeknya masih butuh waktu untuk bisa benar-benar dirasakan masyarakat. Sementara untuk deflasi yang terjadi, meski dapat meningkatkan nilai riil uang, dalam jangka pendek dianggap menunjukkan kelesuan aktivitas ekonomi dan permintaan agregat yang rendah.

“Konsumen cenderung menunda pembelian barang tahan lama seperti mobil, mengantisipasi penurunan harga lebih lanjut atau karena ketidakpastian kondisi finansial mereka. Situasi ini memaksa pelaku industri untuk merevisi target penjualan mereka secara konservatif. Mengingat realisasi penjualan yang masih jauh dari proyeksi awal,” jelasnya.

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil secara retail (dari dealer ke konsumen) periode Januari-November 2024 sebesar 806.721 unit atau turun sebesar 11,2 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2023 (year-on-year/yoy).

Pada Januari, penjualan mobil tercatat 69.758 unit, yang kemudian naik tipis menjadi 70.772 unit pada Februari 2024. Momentum ini terus berlanjut hingga Maret dengan capaian 74.720 unit sehingga mencatatkan kinerja kuartal pertama yang solid.

Namun, di bulan April, pasar menghadapi tekanan yang membuat penjualan turun drastis menjadi hanya 48.762 unit. Meski demikian, perbaikan mulai terlihat pada Mei dengan angka penjualan yang melonjak ke 71.391 unit. Tren positif berlanjut pada Juni, di mana penjualan menyentuh 74.615 unit.

Memasuki paruh kedua tahun, Juli mengalami sedikit penurunan dengan angka 74.229 unit. Namun, pasar kembali menguat pada Agustus di mana tercatat penjualan tinggi selama periode ini sebesar 76.304 unit. Sayangnya, euforia ini tidak bertahan lama, karena pada September penjualan kembali menurun menjadi 72.667 unit.

Penjualan mobil kembali melonjak sebanyak 77.191 unit pada Oktober 2024. Sayangnya, penjualan kembali menurun pada November 2024 menjadi sebesar 76.053 unit atau turun sebesar 8,1 persen yoy.

Setali tiga uang dengan penjualan retail, penjualan secara wholesales periode Januari-November 2024 sebesar 784.788 unit atau turun sebesar 14,7 persen yoy. Kemudian penjualan pada bulan November secara wholesales juga ikut menurun menjadi 74.347 unit atau turun 11,9 persen yoy. Penjualan secara wholesales bulan November 2024 juga tercatat menurun sebesar 3,7 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Dari jumlah tersebut, Toyota masih menjadi market leader untuk penjualan mobil di Indonesia dengan total 262.315 unit secara wholesales dan total share sebesar 33,4 persen periode Januari-November 2024. Kemudian disusul oleh Daihatsu dengan total penjualan 149.375 dengan total share 19,1 persen periode Januari-November 2024.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.