KABARBURSA.COM - PEFINDO telah mempertahankan peringkat idA+ dengan prospek stabil untuk PT Bumi Resources Tbk (BUMI), mencerminkan kekuatan posisi bisnis BUMI serta cadangan dan sumber daya tambang yang memadai.
Namun, peringkat ini juga dibatasi oleh posisi biaya tunai yang relatif moderat, tantangan dalam pengembangan proyek baru, serta ketergantungan terhadap fluktuasi harga komoditas dan risiko lingkungan yang melekat. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat 27 Desember 2024.
Peringkat ini berpotensi dinaikkan jika BUMI berhasil menurunkan biaya tunai, yang akan berdampak pada peningkatan margin keuntungan dan penguatan manajemen operasional. Peringkat juga dapat ditingkatkan jika BUMI berhasil mendiversifikasi bisnis dan memperoleh pendapatan signifikan dari sektor selain batubara termal, dengan tetap mempertahankan level produksi batubara saat ini.
Sebaliknya, penurunan peringkat dapat terjadi jika perusahaan mengambil pinjaman yang signifikan tanpa disertai dengan penambahan pendapatan dan EBITDA, yang dapat memperburuk profil keuangan BUMI. Penurunan pendapatan atau EBITDA akibat turunnya harga atau volume penjualan batubara juga berpotensi memberikan tekanan terhadap peringkat perusahaan.
BUMI mengelola tambang batubara dan emas melalui anak usahanya, PT Arutmin Indonesia dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. Selain itu, BUMI memiliki saham mayoritas sebesar 51 persen di PT Kaltim Prima Coal (KPC), yang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia.
Hingga 30 September 2024, struktur kepemilikan BUMI terdiri dari Mach Energy (Hongkong) Limited sebesar 45,78 persen, HSBC-Fund SVS A/C Chengdong Investment Corp-Self sebesar 10,68 persen, Treasure Global Investment Limited sebesar 8,08 persen, dan publik sebesar 35,46 persen.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI), salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, melaporkan kinerja keuangan yang mengesankan pada kuartal ketiga 2024.
Laba bersih perusahaan mencapai Rp1,86 triliun, meningkat 110 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp904,6 miliar. Kenaikan laba bersih ini membuat laba per saham (EPS) tercatat sebesar Rp5,01 per lembar.
Meskipun mencatat penurunan pendapatan tahunan (yoy) sebesar 23,1 persen dari Rp18,2 triliun pada periode Januari–September 2023 menjadi Rp14 triliun di periode yang sama tahun ini, BUMI berhasil meningkatkan laba bersihnya. Penurunan pendapatan ini sebagian besar disebabkan oleh tantangan harga komoditas dan permintaan pasar global.
Namun, BUMI menunjukkan efisiensi operasional yang signifikan. Gross margin meningkat menjadi 10 persen, lebih tinggi dari rata-rata industri tambang. EBITDA tumbuh 39,1 persen secara tahunan menjadi Rp593,8 miliar, dengan EBITDA margin sebesar 4,2 persen
BUMI juga melaporkan posisi keuangan yang relatif stabil. Total aset perusahaan mencapai Rp64,68 triliun, dengan kas sebesar Rp854,8 miliar. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity Ratio) berada di level 0,47, menunjukkan tingkat leverage yang cukup sehat.
Namun, rasio Debt-to-EBITDA yang tinggi, yakni 34,8 kali, menandakan adanya tantangan dalam manajemen utang jangka panjang terhadap arus kas operasional. BUMI mencatat beban bunga sebesar Rp190,7 miliar pada kuartal ketiga ini, tetapi rasio EBITDA terhadap beban bunga tetap positif di angka 3,11, mengindikasikan kemampuan membayar bunga masih terjaga.
Dari segi valuasi, BUMI saat ini diperdagangkan pada price-to-earnings ratio (PER) sebesar 27,54 kali, sementara price-to-book value (PBV) tercatat di angka 1,16 kali. Dengan nilai buku per saham (BVPS) sebesar Rp118,55, saham BUMI menunjukkan minat investor yang stabil di pasar modal.
Market capitalization BUMI berada di Rp51,24 triliun, dengan harga saham terakhir tercatat di Rp138 per lembar. Meski demikian, perusahaan belum membagikan dividen, kemungkinan sebagai langkah konservatif dalam mengelola arus kas dan ekspansi di masa depan.
Meskipun hasil kuartal ini menunjukkan kinerja keuangan yang kuat, BUMI tetap menghadapi tantangan besar di sektor tambang. Fluktuasi harga komoditas, tekanan regulasi, serta dinamika pasar global menjadi risiko yang harus diantisipasi.
Namun, langkah efisiensi yang diambil BUMI menunjukkan potensi pertumbuhan di masa mendatang. Dengan rasio return on assets (ROA) sebesar 2,88 persen dan return on equity (ROE) sebesar 4,23 persen, perusahaan ini masih memiliki ruang untuk meningkatkan profitabilitas.
Kinerja kuartal ketiga 2024 menunjukkan kemampuan BUMI untuk mengatasi tantangan pasar dan memaksimalkan efisiensi. Meski pendapatan turun, laba bersih melonjak signifikan, menunjukkan manajemen yang efektif.
Investor akan terus memantau langkah strategis perusahaan dalam mempertahankan momentum positif ini di tengah kondisi pasar yang dinamis.(*)