KABARBURSA.COM - Harga emas mencatat penguatan, seiring meningkatnya minat terhadap aset safe haven di tengah perdagangan tipis pasca libur Natal.
Pelaku pasar kini menanti kepastian terkait prospek ekonomi AS di bawah kepemimpinan Donald Trump serta arah kebijakan suku bunga Federal Reserve untuk tahun 2025.
Melansir Reuters, harga emas spot naik 0,9 persen ke USD2.635,29 per ons troi pada pukul 13:47 ET (18:47 GMT). Kontrak berjangka emas AS ditutup menguat 0,7 persen di USD2.653,90.
Penguatan harga emas turut dipengaruhi konflik di Ukraina, di mana Rusia terus melancarkan serangan terhadap infrastruktur listrik negara tersebut. "Ketegangan ini menjadi katalis kenaikan emas," ungkap Daniel Pavilonis, analis senior di RJO Futures.
Presiden Joe Biden sebelumnya menginstruksikan Departemen Pertahanan AS untuk meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina, langkah yang diumumkan setelah ia mengecam serangan Rusia terhadap kota-kota besar Ukraina pada Hari Natal.
Permintaan Emas Diproyeksi Meningkat
“Bank sentral masih aktif membeli emas, dan dengan inflasi yang terus berlanjut, permintaan dari sektor ritel diperkirakan akan naik,” tambah Pavilonis. Ia juga memproyeksikan bahwa harga emas dapat mencapai USD3.000 pada tahun mendatang.
Sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik, emas tetap menarik, meskipun kenaikan suku bunga kerap membatasi daya tariknya sebagai instrumen tanpa imbal hasil.
Logam mulia ini telah melonjak 28 persen sepanjang tahun 2024, bahkan mencapai rekor tertinggi di USD2.790,15 per ons troi pada 31 Oktober.
Direktur Kedia Commodities di Mumbai Ajay Kedia, memprediksi emas akan mengalami volatilitas tinggi pada 2025. "Ketegangan geopolitik diperkirakan mendorong harga pada paruh pertama, diikuti aksi ambil untung pada paruh kedua," jelasnya.
Saat Donald Trump bersiap kembali menjabat sebagai Presiden AS, pasar mencermati potensi tekanan inflasi akibat kebijakan ekonominya, seperti tarif, deregulasi, dan reformasi pajak.
Setelah serangkaian penurunan agresif pada suku bunga selama September dan November, The Fed kembali melonggarkan kebijakan di Desember. Namun, bank sentral tersebut mengindikasikan bahwa penyesuaian suku bunga pada 2025 akan lebih terbatas.
Logam Lain Beragam
Di pasar logam mulia lainnya, harga perak spot naik 0,4 persen menjadi USD29,72 per ons troi, sementara platinum melemah 0,9 persen ke USD935,25. Harga palladium anjlok lebih dalam, turun 3 persen ke posisi USD925,08.
Harga emas tergelincir tipis dalam perdagangan lesu menjelang libur akhir tahun, tertekan oleh penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Sementara itu, investor masih menanti arah kebijakan moneter Federal Reserve untuk 2025.
Menurut laporan Reuters, harga emas spot turun 0,4 persen ke posisi USD2.611,17 per ons troi pada pukul 13.42 ET (18.42 GMT). Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup melemah 0,6 persen di angka USD2.628,20 per ons troi. Seperti dikutip di Jakarta, Selasa 24 Desember 2024.
Indeks dolar AS menguat 0,4 persen terhadap mata uang utama dunia, mendekati level tertingginya dalam dua tahun terakhir. Kondisi ini melemahkan daya tarik emas bagi pemegang mata uang non-dolar. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turut mencatat kenaikan yang menambah tekanan pada pasar logam mulia.
Pasar masih mencerna hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu. Federal Reserve mengindikasikan jalur kenaikan suku bunga yang lebih datar untuk 2025, dengan kemungkinan jeda pada Januari atau Maret. Peter Grant, Wakil Presiden dan Strategis Senior Logam di Zaner Metals, menyebut ini sebagai faktor utama di balik pelemahan emas.
Pekan lalu, The Fed memotong suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi proyeksi pengurangan suku bunga yang lebih sedikit pada 2025 menekan harga emas ke titik terendah sejak pertengahan November. Kondisi ini memaksa investor untuk mengkalibrasi ulang ekspektasi mereka terhadap pasar logam mulia tahun depan.
Meski demikian, sepanjang tahun ini harga emas telah melonjak hingga 27 persen, mencetak rekor tertinggi beberapa kali dan menandai tahun terbaiknya sejak 2010. Lonjakan ini didorong oleh pembelian besar-besaran bank sentral, ketegangan geopolitik, serta pelonggaran kebijakan moneter global.
Michael Langford, Chief Investment Officer di Scorpion Minerals, mencatat bahwa kebijakan awal Presiden terpilih Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari, dapat memicu volatilitas pasar lebih lanjut. Hal ini berpotensi menjadi katalis positif bagi emas sebagai aset safe haven.(*)