KABARBURSA.COM - Indeks utama Wall Street mencatatkan penurunan pada pembukaan perdagangan. Volume transaksi terpantau sepi usai libur Natal, sementara para investor sibuk mengevaluasi portofolio mereka dan berharap dorongan akhir tahun dari fenomena Santa Claus rally.
Mengutip Reuters di Jakarta, Jumat 27 Desember 2024, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 95,2 poin, atau turun 0,22 persen, ke posisi 43.201,85. Indeks S&P 500 turun 15,1 poin (0,25 persen) ke level 6.024,97, sedangkan Nasdaq Composite terkoreksi 51,9 poin (0,26 persen) ke 19.979,251.
Saham-saham megakapitalisasi mayoritas merosot. Saham Nvidia turun 0,8 persen dalam perdagangan prapasar, sementara Alphabet—induk Google—terkoreksi 0,5 persen.
Imbal hasil obligasi pemerintah menguat tipis. Obligasi acuan tenor 10 tahun tercatat bertahan di 4,6312 persen. "Kami berada pada titik kritis di imbal hasil Treasury, khususnya tenor 10 tahun. Setiap kenaikan imbal hasil cenderung memukul pasar ekuitas, dan itulah yang terlihat pagi ini," ujar George Cipolloni, manajer portofolio di Penn Mutual Asset Management.
Pasar saham di Eropa, London, dan sebagian besar Asia tutup pada Kamis.
Pada sesi perdagangan sebelumnya, S&P 500 dan Nasdaq menorehkan kenaikan tiga hari berturut-turut, didukung saham-saham pertumbuhan besar. Saham Apple, Tesla, Alphabet, Amazon, Nvidia, Microsoft, dan Meta Platforms menyumbang lebih dari setengah kenaikan S&P 500 sebesar 28,4 persen sepanjang tahun ini, menurut Howard Silverblatt, Analis Senior S&P Dow Jones Indices.
Tanpa kontribusi dari Magnificent Seven, total pengembalian indeks acuan diperkirakan hanya 13,2 persen pada 2024, imbuh Silverblatt.
Namun, saham AS melambat bulan ini, menyusul reli yang didorong pemilu November dan menghadapi proyeksi The Fed terkait pemotongan suku bunga yang lebih sedikit pada 2025. Ketiga indeks utama sempat menyentuh beberapa rekor tahun ini berkat suku bunga rendah dan prospek kecerdasan buatan yang menjanjikan. Meski demikian, valuasi yang kian tinggi dan dominasi megacap mulai menimbulkan kekhawatiran akan keberlanjutan reli.
Investor tetap berharap pada pola historis reli Santa Claus di penghujung tahun. Menurut Stock Trader’s Almanac, S&P 500 rata-rata naik 1,3 persen selama lima hari perdagangan terakhir Desember dan dua hari pertama Januari sejak 1969. Namun, Desember tanpa reli Santa sering diikuti oleh kinerja pasar yang lebih lemah, berdasarkan data LPL Financial sejak 1950.
Data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan klaim tunjangan pengangguran baru turun menjadi 219.000 minggu lalu, lebih rendah dari perkiraan ekonom sebesar 224.000.
Di sisi lain, bank-bank besar dan kelompok bisnis melayangkan gugatan terhadap The Fed pada Selasa. Mereka menuduh uji stres tahunan yang diterapkan terhadap Wall Street melanggar ketentuan hukum.
Saham terkait kripto turut melemah seiring penurunan bitcoin lebih dari 3 persen. Coinbase Global terkoreksi 2 persen, sementara Riot Platforms dan Mara Holdings masing-masing turun lebih dari 2,5 persen.
Wall Street memasuki akhir tahun dengan catatan muram. Kamis, 26 Desember 2024, pagi waktu Amerika Serikat, indeks saham utama seperti Dow, S&P 500, dan Nasdaq melemah di tengah volume perdagangan yang tipis pasca libur Natal. Investor mulai meninjau kembali portofolio mereka, sembari berharap keajaiban Santa Claus rally bisa menyelamatkan sisa tahun ini.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Kamis, Beberapa raksasa teknologi yang selama ini menjadi penggerak pasar justru melemah di perdagangan pra-pasar. Nvidia turun 1,1 persen, sementara induk Google, Alphabet, tergelincir 0,5 persen. Pukul 05.03 pagi waktu setempat, kontrak berjangka Dow turun 146 poin (0,33 persen), S&P 500 merosot 26,75 poin (0,44 persen), dan Nasdaq tertekan 118,75 poin (0,54 persen).
Di sisi lain, pasar saham di London dan sebagian Asia tutup pada Kamis ini. Namun, Wall Street sempat menikmati angin segar pada sesi perdagangan Selasa, di mana indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatatkan kenaikan tiga sesi berturut-turut, didorong saham megacap seperti Apple, Tesla, Microsoft, hingga Meta Platforms.
Analis senior di S&P Dow Jones Indices, Howard Silverblatt, mencatat tujuh saham utama yang dijuluki Magnificent Seven— termasuk Nvidia dan Alphabet — menyumbang lebih dari separuh total pengembalian S&P 500 yang mencapai 28,4 persen sepanjang tahun ini. Tanpa kehadiran saham-saham ini, pengembalian S&P 500 hanya akan berada di angka 13,2 persen.
Meski begitu, Desember ini tampaknya menjadi ujian berat bagi pasar saham AS. Setelah reli pasca pemilu November, Wall Street kini dihadapkan pada proyeksi Federal Reserve yang memperkirakan lebih sedikit pemotongan suku bunga di 2025.
Investor kini menggantungkan harapan pada Santa Claus rally, pola historis di mana pasar cenderung menguat dalam lima hari terakhir Desember dan dua hari pertama Januari.
Namun, data dari LPL Financial menunjukkan, Desember tanpa Santa Calus Rally biasanya diikuti oleh tahun yang lebih lemah dari rata-rata.
Sementara itu, laporan mingguan klaim pengangguran dari Departemen Tenaga Kerja AS akan dirilis sebelum pembukaan pasar Kamis. Namun, volatilitas dalam data ini membuat gambaran pasar kerja menjadi sulit dibaca secara jelas.
Di tengah ketegangan pasar, muncul kabar sejumlah bank besar dan kelompok bisnis menggugat Federal Reserve atas tes stres tahunan yang mereka klaim melanggar hukum. Gugatan ini menjadi salah satu babak baru dalam hubungan kompleks antara regulator dan institusi keuangan di Wall Street.
Tampaknya, akhir tahun ini memberikan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban bagi investor. Semua mata kini tertuju pada pasar, berharap lonjakan menit terakhir untuk mengubah narasi suram ini.(*)