Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pesona Keuangan BRIS Muluskan Rencana Bullion Bank?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 26 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Pesona Keuangan BRIS Muluskan Rencana Bullion Bank?

KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI menunjukkan performa gemilang sepanjang tahun 2024. Performa apik ini bisa dijadikan modal untuk memuluskan rencana bullion bank.

Dalam laporan keuangan yang dikutip Kamis, 26 Desember 2024, BRIS berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 21,55 persen  secara tahunan (yoy) hingga November 2024. Keberhasilan ini didorong oleh pengelolaan net imbal (NI) yang stabil, meski menghadapi tekanan kenaikan tingkat bagi hasil kepada pemilik dana. Keunggulan kinerja pembiayaan juga menjadi daya dorong utama yang menjadikan BSI sebagai salah satu pemain utama dalam perbankan syariah di Indonesia.

Di tengah rata-rata pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah nasional yang mencapai 11,24 persen (yoy), BSI melaju dengan pertumbuhan lebih tinggi. Piutang pembiayaan bank syariah terbesar di Tanah Air ini meningkat 7,39 persen (yoy) menjadi Rp156,47 triliun. Pembiayaan berbasis bagi hasil melonjak drastis hingga 31,83 persen (yoy) menjadi Rp114,22 triliun, sedangkan pembiayaan sewa tercatat meningkat signifikan hingga 51,83 persen (yoy) menjadi Rp3,09 triliun.

Pendapatan dari penyaluran dana tercatat mencapai Rp23,79 triliun atau naik 13,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, peningkatan ini diimbangi dengan kenaikan biaya bagi hasil kepada pemilik dana sebesar 33,56 persen(yoy) menjadi Rp7,17 triliun.

Meski begitu, net imbal atau pendapatan bersih setelah distribusi tetap tumbuh sebesar 6,37 persen (yoy) menjadi Rp16,61 triliun. Pendapatan komisi juga memberikan kontribusi signifikan, naik 32,34 persen (yoy) menjadi Rp2,06 triliun, sementara biaya provisi berhasil ditekan hingga 23,85 persen (yoy) menjadi Rp1,95 triliun.

BSI juga agresif dalam menghimpun dana dari masyarakat. Hingga November 2024, total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun mencapai Rp303,10 triliun atau tumbuh 13,29 persen (yoy). Pertumbuhan tersebut didukung oleh kenaikan semua instrumen DPK, mulai dari giro yang naik 14,59 persen  (yoy) menjadi Rp54,16 triliun, tabungan yang meningkat 12,74 persen (yoy) menjadi Rp133,11 triliun, hingga deposito yang tumbuh 13,33 persen (yoy) menjadi Rp115,82 triliun. Rasio dana murah atau CASA juga tetap terjaga pada level 61,79 perseb, menunjukkan efisiensi struktur pendanaan bank ini.

Total aset BSI tercatat mencapai Rp375,56 triliun, meningkat 17,19 persen (yoy), dengan liabilitas sebesar Rp331,07 triliun dan ekuitas Rp44,48 triliun, masing-masing tumbuh 17,23 persen dan 16,89 persen secara tahunan. Selain itu, rasio profitabilitas seperti return on asset (ROA) meningkat ke level 1,65 persen, sedangkan return on equity (ROE) naik ke posisi 13,94 persen.

Sebagai hasil merger tiga bank syariah besar di Indonesia, yaitu BNI Syariah, Mandiri Syariah, dan BRI Syariah, BSI telah membuktikan diri sebagai bank syariah dengan strategi yang solid dan pengelolaan yang efektif. Dengan kinerja ini, BSI tidak hanya mencatatkan keuntungan, tetapi juga memberikan kontribusi besar dalam pengembangan sektor perbankan syariah nasional.

Bullion Bank

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) tengah bersiap mengambil peran strategis dalam mengembangkan bullion bank di tahun 2025. Langkah ini menjadi semakin realistis setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan Peraturan OJK No. 17 tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bullion. Peraturan ini membuka peluang besar bagi perbankan untuk mengembangkan bisnis berbasis emas yang lebih terstruktur dan terpercaya.

Bullion bank adalah lembaga keuangan yang menawarkan layanan terkait emas dan logam mulia lainnya. Bullion bank tidak hanya menjadi tempat untuk membeli atau menjual emas, tetapi juga menyediakan layanan seperti penyimpanan, perdagangan, peminjaman, hingga penyediaan kontrak derivatif berbasis logam mulia.

Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo, menjelaskan bahwa peraturan terbaru ini menciptakan ruang bagi BSI untuk memperluas ekosistem bisnis emas yang telah dibangun selama tiga tahun terakhir.

Hingga kini, BSI telah menunjukkan kinerja mengesankan melalui produk-produk seperti cicil emas dan gadai emas. Dengan modal pengalaman tersebut, Banjaran optimis BSI dapat menjadi pionir dalam kegiatan bullion yang sesuai prinsip syariah.

Salah satu keunggulan yang ditawarkan oleh bullion service BSI adalah kepastian adanya underlying gold dalam setiap transaksi, sesuatu yang menurut Banjaran kerap menjadi kelemahan platform perdagangan emas digital.

Sementara itu, Direktur Utama BSI Hery Gunardi, mengonfirmasi bahwa BSI sedang mengajukan izin untuk memulai operasional bullion bank pada tahun depan. Ia optimis bahwa dengan dukungan peraturan dan komitmen internal, BSI dapat menjadi salah satu pemain utama dalam industri bullion.

Dukungan dari pemerintah juga tidak kalah signifikan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengusulkan agar Pegadaian, melalui PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan BSI, mengambil peran aktif sebagai pengelola bullion bank.

Dengan berbagai faktor pendukung yang ada, bisnis bullion bank tampak memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Selain memberikan manfaat ekonomi bagi pelaku usaha dan masyarakat, inisiatif ini juga diharapkan mampu memperkuat ekosistem keuangan syariah di Indonesia, menjadikannya pilar penting dalam mendukung stabilitas dan inklusivitas ekonomi nasional.(*)