Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Bursa Asia Menguat Tipis di Tengah Perdagangan Libur

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 26 December 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Bursa Asia Menguat Tipis di Tengah Perdagangan Libur

KABARBURSA.COM - Bursa saham Asia menguat tipis pada Kamis, 26 Desember 2024, meski perdagangan cenderung sepi akibat libur panjang. Tidak ada data besar atau kabar mengejutkan yang mengubah arah pasar, sementara dolar AS terus bertengger di level tertingginya dalam dua tahun terakhir.

Dengan mendekati akhir tahun, volume perdagangan mulai menipis. Dilansir dari Reuters di Jakarta, Kamis, Fokus utama investor masih tertuju pada kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Di sisi lain, pasar Hong Kong, Australia, dan Selandia Baru libur pada hari ini.

Setelah Ketua Fed Jerome Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga yang lebih sedikit pada 2025 dalam pertemuan kebijakan terakhirnya, pasar kini memperkirakan hanya akan ada pemangkasan sekitar 35 basis poin. Sentimen ini mendorong kenaikan imbal hasil obligasi AS dan memperkuat dolar, yang pada gilirannya menjadi beban bagi harga komoditas dan emas.

Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun AS stabil di angka 4,5967 persen, setelah sebelumnya naik di atas 4,6 persen untuk pertama kalinya sejak 30 Mei. Sepanjang bulan ini, imbal hasil tersebut telah meningkat sekitar 40 basis poin. Obligasi 2 tahun juga mencatat penguatan, berada di level 4,3407 persen.

Kepala ekonom AS di PGIM Fixed Income, Tom Porcelli, mengatakan The Fed kemungkinan besar akan melewatkan pemangkasan suku bunga dalam pertemuan FOMC Januari 2025. Ia menambahkan, bank sentral akan menunggu lebih banyak data sebelum memutuskan melanjutkan atau mungkin menghentikan siklus pemangkasan suku bunga.

"Dengan langkah Fed yang lebih hawkish dan fokus berkelanjutan pada mandat ganda mereka, pasar akan memberikan perhatian lebih besar pada data ekonomi di tahun baru," ujar Porcelli.

Dolar Kuat, Mata Uang Lain Tertekan

Di pasar mata uang, dolar AS mendominasi, mendekati level tertingginya dalam dua tahun di angka 108,15 terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Bulan ini, dolar telah mencatat kenaikan lebih dari 2 persen.

Dolar Australia dan Selandia Baru menjadi mata uang yang paling terpukul pada Kamis hari ini. Aussie melemah 0,45 persen menjadi USD0,6241 (sekitar Rp9.720), sementara kiwi merosot 0,51 persen ke USD0,5650 (sekitar Rp8.800). Euro juga terkoreksi 0,18 persen ke USD1,0398 (sekitar Rp16.200), sementara yen Jepang terperosok ke level terendah lima bulan, berada di angka 157,45 per dolar.

Jepang dan Rekor Anggaran

Sementara itu, Jepang bersiap menyusun anggaran sebesar USD735 miliar (sekitar Rp11.592 triliun) untuk tahun fiskal yang dimulai pada April mendatang. Anggaran ini menjadi yang terbesar dalam sejarah Jepang, didorong oleh peningkatan biaya jaminan sosial dan pelayanan utang. Langkah ini semakin menambah beban utang negara yang sudah menjadi yang terberat di dunia industri.

Pasar Asia tampaknya memilih untuk bergerak perlahan hingga akhir tahun, sambil menunggu lebih banyak sinyal dari Fed dan pergerakan ekonomi global lainnya. Di sisi lain, dominasi dolar terus menjadi elemen kunci yang memengaruhi berbagai aspek pasar, dari komoditas hingga valuta asing.

Akhir Tahun Ceria di Pasar Global

Menutup pekan terakhir 2024, indeks saham global bergerak mantap, dengan banyak pasar di Asia, Amerika, dan Eropa mencatatkan kenaikan yang signifikan sepanjang tahun. Di tengah berbagai tekanan geopolitik dan ekonomi, pasar modal global tetap berjaya, menunjukkan daya tahan luar biasa.

Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang mencatat kenaikan tipis 0,04 persen, dan tampaknya akan mengakhiri pekan ini dengan kenaikan hampir 2 persen. Indeks Nikkei Jepang naik 0,38 persen, mencetak kenaikan tahunan lebih dari 17 persen. Sementara itu, di China, indeks blue-chip CSI300 dan Shanghai Composite masing-masing turun 0,26 persen dan 0,22 persen pada perdagangan hari ini. Namun, keduanya tetap mencatatkan kenaikan tahunan di atas 10 persen, berkat langkah dukungan ekonomi dari otoritas China untuk memperkuat perekonomian yang lesu.

Saham-saham Wall Street sekali lagi menjadi magnet modal global. Kegilaan terhadap kecerdasan buatan dan pertumbuhan ekonomi yang tangguh menarik lebih banyak investasi ke aset-aset AS, mendorong indeks S&P 500 dan Nasdaq ke ketinggian baru. Saham AS secara keseluruhan akan menutup tahun ini dengan kenaikan tahunan lebih dari 17 persen untuk tahun kedua berturut-turut.

“Sekilas, pasar tampaknya memancarkan euforia luar biasa sepanjang 2024,” kata Vishnu Varathan, kepala penelitian makro untuk Asia di Mizuho Bank. “Namun, menariknya, optimisme di AS tidak menginjak-injak semangat pasar di tempat lain.”

Aset Kripto dan Komoditas Ikut Bersorak

Bitcoin diperdagangkan naik 0,5 persen pada USD98.967 (sekitar Rp1,54 miliar), meskipun sempat terkoreksi dari rekor tertinggi di atas USD100.000. Di sisi lain, Rusia mulai menggunakan Bitcoin dan mata uang digital lainnya untuk pembayaran internasional, langkah yang memungkinkan setelah perubahan legislatif guna menghadapi sanksi Barat.

Komoditas juga ikut bersinar. Minyak Brent naik 0,18 persen menjadi USD73,71 per barel (sekitar Rp1,16 juta), sementara minyak mentah AS naik 0,21 persen menjadi USD70,25 per barel (sekitar Rp1,11 juta). Harga emas spot menguat 0,5 persen ke USD2.626,36 per ons (sekitar Rp40,8 juta), menunjukkan daya tariknya sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.(*)