KABARBURSA.COM - PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), emiten yang bergerak di sektor teknologi ini dianggap bisa mendatangkan cuan besar di 2025. .
Analis Stocknow.id Abdul Haq Al Faruqy, berpendapat EMTK memiliki portofolio bisnis yang luas. Hal ini yang membuat EMTK bisa menjadi pilihan menarik di tahun depan.
"Dengan memiliki portofolio bisnis yang luas, termasuk media, layanan kesehatan digital, dan investasi di berbagai startup teknologi, menjadikan diversifikasi yang kuat bagi EMTK," kata Abdul kepada Kabarbursa.com, di Jakarta, Selasa, 24 Desember 2024.
Abdul juga menyoroti anak usaha EMTK, yakni Surya Citra Media atau SCMA yang mencatatkan kinerja keuangan cemerlang. Ini juga bisa menjadi pertimbangan para investor untuk menentukan pilihan pada EMTK di tahun depan.
Di sisi lain, Abdul membeberkan laba bersih EMTK pada 9M2024. Dalam keterangannya, laba bersih EMTK mengalami kenaikan sebesar 379,8 persen Year on Year (YoY) atau menjadi sebeaar Rp702 miliar.
"Dengan proyeksi yang menarik, target harga saham EMTK di 2025 mencapai Rp800 per lembar," pungkas Abdul.
Adapun pada perdagangan Selasa, 24 Desember 2024, EMTK ditutup melemah 30 poin atau turun 5,50 persen ke level 515.
Merujuk data perdagangan Stockbit, Rabu, 25 Desember 2024, EMTK melaporkan sejumlah indikator kinerja keuangan utama untuk kuartal terbaru, menunjukkan posisi solvabilitas yang kuat namun tantangan pada margin operasional.
Pada aspek solvabilitas, emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia ini mencatatkan current ratio (quarter) sebesar 4,16 dan quick ratio (quarter) sebesar 3,81. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
Dari sisi profitabilitas, Return on Assets (ROA) tercatat sebesar 1,04 persen, dan Return on Equity (ROE) sebesar 1,33 persen , yang menunjukkan kontribusi keuntungan terhadap total aset dan ekuitas.
Perusahaan juga mencatat Gross Profit Margin sebesar 34,80 persen, menggambarkan efisiensi dalam pengelolaan biaya produksi. Namun, Operating Profit Margin menunjukkan angka negatif sebesar -0,20 persen, yang mengindikasikan tantangan dalam menghasilkan laba operasional.
Meski demikian, Net Profit Margin berhasil mencapai 8,65 persen, menandakan keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan keuntungan bersih setelah beban lain-lain.
Laporan ini menunjukkan bahwa EMTK tetap berada dalam posisi keuangan yang stabil meskipun menghadapi tekanan pada efisiensi operasional. Strategi perusahaan ke depan akan menjadi kunci untuk meningkatkan profitabilitas operasional sambil menjaga struktur modal yang sehat.
Sebelumnya diberitakan, Sutiana Ali, Direktur PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), telah melakukan pembelian saham perusahaan tersebut dalam rangka pelaksanaan Program MESOP Periode II (Grand Cycle II) pada 11 Desember 2024.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan pada Jumat, 13 Desember 2024, Titi Maria Rusli, Corporate Secretary EMTK, mengungkapkan bahwa Sutiana Ali membeli saham EMTK melalui pengalihan sebanyak 3.860.000 lembar saham dengan harga Rp436 per saham.
“Transaksi ini merupakan bagian dari Program MESOP, yang bertujuan untuk meningkatkan kepemilikan saham langsung,” ujar Titi.
Setelah transaksi tersebut, total kepemilikan saham Sutiana Ali di EMTK meningkat menjadi 11,8 juta lembar saham, yang setara dengan 0,019 persen dari total saham perusahaan. Sebelumnya, Sutiana Ali memiliki 8 juta lembar saham atau setara dengan 0,013 persen.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Agustini Rahayu mengatakan kemajuan teknologi justru menjadi enabler atau penggerak, yang mendukung inovasi di sektor ekonomi kreatif.
“Kekhawatiran bahwa teknologi akan menggantikan tenaga kerja itu tidak sepenuhnya benar. Selama tenaga kerja mampu beradaptasi dan menguasai teknologi, mereka tidak akan tergantikan,” kata Agustini dalam keterangannya pada Sabtu, 14 Desember 2024.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk memastikan kesiapan naker pada bidang ekonomi kreatif menghadapi perubahan teknologi. Menurutnya, hal ini merupakan faktor struktural untuk meningkatkan daya saing ekonomi kreatif.
“Capacity building harus terus dilakukan. Jika SDM berkembang, otomatis pengembangan produk juga akan terjadi,” katanya.
Selain itu, Agustini menyampaikan tantangan berikutnya adalah pada akses pasar. “Setelah produk berkembang, tugas kita adalah membuka akses pasar yang lebih luas. Saat ini, banyak produk ekonomi kreatif sudah masuk pasar ASEAN, tapi penetrasi ke pasar global lainnya masih menjadi pekerjaan rumah,” tambahnya.
Di sisi lain, pejabat di Kemenparekraf itu menjelaskan perbedaan mendasar antara ekonomi kreatif dan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Pelurusan definisi ini penting sebab agar memudahkan masyarakat memahami keduanya.
“Kalau UMKM itu tentang skala bisnis, sedangkan ekonomi kreatif lebih kepada penambahan nilai ekonomi,” ungkapnya.
Lebih jauh, Agustini memaparkan lima subsektor ekonomi kreatif yang tengah diproyeksikan pemerintah untuk berkembang lebih pesat.
“Tiga subsektor utama yang menyumbang besar ke PDB (produk domestik bruto) adalah fesyen, kuliner, dan kriya. Namun, ada dua subsektor lain yang kini sedang naik daun, yaitu film dan gim,” ujarnya.
Khusus untuk subsektor gim, Agustini mencatat pertumbuhan yang signifikan.
“Gim sedang berkembang pesat sebagai bagian dari ekonomi kreatif. Ini menjadi potensi besar untuk terus dikembangkan,” jelasnya.
Dengan dukungan teknologi, pengembangan SDM, dan akses pasar yang lebih luas, Agustini optimis sektor ekonomi kreatif Indonesia akan semakin berdaya saing di pasar global.
“Inovasi dan adaptasi adalah kunci untuk mendorong ekonomi kreatif menjadi salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia,” tutupnya.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.