KABARBURSA.COM - PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) telah memperoleh fasilitas term loan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada Jumat, 20 Desember 2024.
Denny Parhan, Sekretaris Perusahaan SAPX, dalam keterangan tertulisnya pada Selasa, 24 Desember 2024, menyatakan bahwa SAPX menerima fasilitas term loan sebesar Rp85 miliar dari BRI dengan suku bunga 11,25 persen per tahun.
Jangka waktu fasilitas kredit ini adalah maksimum 72 bulan sejak tanggal akad kredit, termasuk masa ketersediaan dana (Availability Period). Adapun jangka waktu per pencairan fasilitas kredit adalah maksimum 60 bulan sejak masing-masing pencairan.
Transaksi pinjaman ini merupakan transaksi material sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 17/2020 karena nilai transaksi melebihi 20 persen tetapi tidak lebih dari 50 persen dari ekuitas Perseroan. Namun, SAPX tidak diwajibkan menggunakan jasa penilai independen karena transaksi ini adalah perolehan pinjaman langsung dari bank, yang termasuk pemberian jaminan kepada bank.
Oleh karena itu, Perseroan hanya diwajibkan untuk mengumumkan keterbukaan informasi kepada masyarakat dan melaporkannya kepada OJK.
“Fasilitas ini akan digunakan untuk menambah modal kerja, baik untuk kebutuhan operasional (opex) maupun investasi (capex), serta keperluan umum lainnya yang berkaitan dengan aktivitas usaha Perseroan,” ungkap Denny.
Selama pinjaman belum dilunasi kepada BRI, SAPX diwajibkan memperoleh persetujuan tertulis dari BRI sebelum melakukan tindakan tertentu, seperti merger, akuisisi, penjualan aset perusahaan (kecuali kepada grup usaha yang ada saat ini), menjaminkan kekayaan Perseroan yang sudah dijaminkan kepada pihak lain, mengubah bentuk atau status hukum usaha, susunan kepengurusan, anggaran dasar, atau membubarkan perusahaan.
Fasilitas ini dijamin dengan agunan berupa arus kas (cashflow) perusahaan atas nama SAPX dengan nilai sebesar Rp85 miliar, serta tagihan/piutang usaha atas nama SAPX yang diikat dengan Fidusia Notariil berdasarkan Akta No. 61 tanggal 20 Desember 2024, yang dibuat di hadapan Notaris Malik Wahyu Kurniawan, S.H., M.Kn., dengan nilai sebesar Rp48 miliar. Selain itu, terdapat agunan tambahan berupa simpanan dalam rekening tabungan Britama dengan nomor rekening 042601595959568 atas nama SAPX, yang diikat dengan Gadai Notariil berdasarkan Akta No. 62 tanggal 20 Desember 2024.
Denny menambahkan bahwa transaksi ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap kondisi keuangan Perseroan, kecuali kewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman secara periodik.
SAPX telah melaporkan kinerja keuangan untuk kuartal ketiga tahun 2024 dengan laba bersih sebesar Rp967,3 juta. Pencapaian ini mencatat penurunan tajam sebesar 84,9 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, di mana laba bersih mencapai Rp6,4 miliar. Laba bersih per saham (EPS) pada periode ini tercatat sebesar Rp1,16 per lembar, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Pendapatan SAPX pada sembilan bulan pertama tahun 2024 mencapai Rp523,3 miliar, meningkat 16,6 persen dari Rp448,9 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Namun, pertumbuhan pendapatan ini tidak diikuti oleh peningkatan profitabilitas.
Laba kotor turun 9,5 persen menjadi Rp105,7 miliar, sementara EBITDA mengalami penurunan lebih tajam sebesar 27,3 persen menjadi Rp16,8 miliar. Dengan margin laba bersih hanya 0,2 persen, efisiensi operasional menjadi tantangan besar bagi perusahaan.
Di sisi neraca, SAPX mencatatkan total aset sebesar Rp326,3 miliar dengan kas senilai Rp56,9 miliar. Utang jangka pendek mencapai Rp140,6 miliar, sedangkan utang jangka panjang berada di angka Rp7,7 miliar.
Rasio Debt-to-Equity tercatat sebesar 0,83, menunjukkan tingkat leverage yang cukup tinggi dibandingkan ekuitas sebesar Rp178,0 miliar. Tidak ada dividen yang dibagikan pada periode ini, mencerminkan fokus perusahaan dalam menjaga likuiditas.
Beban bunga yang mencapai Rp4,7 miliar turut menekan laba bersih, meskipun EBITDA masih mampu menutup beban bunga dengan rasio EBITDA terhadap bunga sebesar 3,57 kali. Dalam kaitannya dengan valuasi, perusahaan mencatatkan Price-to-Earnings Ratio (PER) sebesar 3.075,34 kali, yang mengindikasikan kinerja saham relatif mahal dibandingkan laba yang dihasilkan. Price-to-Book Value (PBV) berada pada angka 16,71 kali, menunjukkan valuasi pasar yang tinggi terhadap ekuitas.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp2,975 triliun dan harga saham terakhir di angka Rp3.570, SAPX menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan kepercayaan investor di tengah tekanan profitabilitas.
Meski pertumbuhan pendapatan menjadi titik cerah, perusahaan harus segera mengatasi penurunan margin laba dengan efisiensi operasional yang lebih baik dan pengendalian biaya yang ketat.
Ke depan, langkah strategis diperlukan untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan sekaligus memperbaiki kinerja keuangan secara keseluruhan. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.