KABARBURSA.COM - PT Green Power Group Tbk (LABA) berencana melakukan right issue atau penawaran saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Strategi ini merupakan bagian dari langkah jangka pendek untuk mendongkrak pertumbuhan perusahaan yang bergerak di sektor energi terbarukan.
Direktur Utama LABA William Ong, dalam paparan publik yang dilakukan secara daring, Selasa, 24 Desember 2024, mengungkapkan bahwa rights issue tersebut dijadwalkan akan dilaksanakan antara Januari hingga Juni 2025, dengan perkiraan nilai emisi yang mencapai antara Rp100 miliar hingga Rp150 miliar.
Meski rencana rights issue tersebut masih dalam tahap diskusi, William mengaku Perseroan sudah berkomunikasi dengan berbagai sekuritas untuk mempersiapkan aksi korporasi ini. Pembahasan juga sedang dilakukan mengenai jumlah saham yang akan diterbitkan dalam proses tersebut.
Rencana besar ini bertujuan untuk memperkuat struktur keuangan perusahaan, yang akan mendukung berbagai inisiatif strategis dan bisnis LABA ke depan.
Tak hanya itu, LABA juga tengah menyesuaikan lingkup usahanya dan berencana untuk melakukan diversifikasi dengan menambah kegiatan usaha baru, di samping mendirikan tiga anak perusahaan yang diharapkan dapat memperluas cakupan operasional perusahaan.
Proses peninjauan lahan baru untuk ekspansi juga tengah dilakukan, meskipun untuk saat ini informasi lebih lanjut mengenai rencana tersebut belum dapat diekspos ke publik.
Selain fokus pada ekspansi bisnis domestik, LABA juga berupaya untuk memperkuat posisinya di pasar internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Perseroan baru-baru ini menandatangani memorandum of understanding (MoU) dengan Presiden Da Regio Administrativa Especial De Oecusse Ambeno (RAEOA), sebuah lembaga pemerintahan di Timor Leste.
Melalui kolaborasi ini, LABA akan turut berperan dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PV) berkapasitas 5 megawatt (MW) dan sistem penyimpanan energi berbasis baterai (BESS) di Oecusse, Timor Leste. Proyek ini akan mencakup segala aspek, mulai dari kepemilikan, desain, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas pembangkit listrik tersebut.
Sebagai langkah konkret, LABA dan RAEOA akan mendirikan perusahaan patungan yang bermitra dengan perusahaan lokal untuk mengelola pembangkit listrik PV 5 MW pada tahap awal.
LABA juga sudah menyepakati harga energi per kilowatt-hour (kWh) yang dihasilkan oleh fasilitas pembangkit tersebut, dengan harapan bahwa kolaborasi ini dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan sektor energi terbarukan di wilayah tersebut.
Dengan berbagai strategi yang sedang disiapkan, PT Green Power Group Tbk berkomitmen untuk terus memperkuat posisi bisnisnya, baik melalui aksi korporasi seperti rights issue maupun ekspansi internasional melalui kerjasama pembangunan pembangkit listrik terbarukan.
Rencana-rencana ini tidak hanya akan mendukung pertumbuhan LABA, tetapi juga berkontribusi terhadap pengembangan sektor energi bersih yang semakin penting di Indonesia dan Asia Tenggara.
Pergerakan saham PT Green Power Group Tbk (LABA) pada sesi perdagangan hari ini menunjukkan kecenderungan yang negatif dengan penurunan yang cukup signifikan. Saham LABA terpantau melemah sebesar 14,86 persen, yang berakibat pada penurunan harga sebesar Rp52, dengan posisi penutupan berada di angka Rp298 per saham.
Setelah dibuka pada level Rp350, saham LABA sempat bergerak naik menuju level tertinggi di Rp374, tetapi kemudian berbalik arah dan berakhir jauh lebih rendah dari harga pembukaan.
Pergerakan saham LABA hari ini terlihat penuh gejolak, mencatatkan volume transaksi yang cukup tinggi dengan lebih dari 460 ribu lot saham diperdagangkan, menghasilkan nilai transaksi mencapai Rp14,1 miliar.
Di sisi beli, total volume pembelian tercatat mencapai Rp3,1 miliar, sementara volume penjualan mencapai Rp1,9 miliar. Fluktuasi harga yang signifikan ini memperlihatkan bahwa minat terhadap saham LABA cukup tinggi, meskipun aksi jual lebih dominan di akhir sesi perdagangan, menyebabkan harga saham turun tajam.
Harga terendah yang tercatat hari ini adalah Rp264, yang menunjukkan adanya tekanan jual yang kuat. Saham LABA sempat mendekati level batas bawah Auto Reject Bawah (ARB), tetapi mampu bertahan di atas level tersebut. Penurunan ini menambah kecemasan investor, meskipun volume perdagangan yang tercatat cukup besar.
Pergerakan hari ini mencerminkan potensi volatilitas yang cukup tinggi pada saham LABA, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor eksternal maupun faktor perusahaan itu sendiri.
Meskipun saham LABA mengalami penurunan yang signifikan hari ini, investor mungkin perlu melihat lebih jauh fundamental perusahaan dan potensi strateginya di masa depan, karena saat ini masih banyak ketidakpastian yang melingkupi pasar.
Perkembangan korporasi LABA, termasuk rencana rights issue dan ekspansi internasional yang telah diumumkan, tetap menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham ke depannya.
Secara keseluruhan, meskipun mengalami penurunan yang tajam dalam perdagangan hari ini, saham LABA tetap menunjukkan likuiditas yang tinggi. Hal ini membuka peluang bagi investor untuk memantau pergerakannya lebih lanjut, terutama terkait dengan langkah-langkah perusahaan ke depan yang dapat berpotensi mendorong nilai saham kembali positif.
Namun, investor juga perlu berhati-hati terhadap volatilitas yang ada, mengingat adanya tekanan jual yang kuat dalam beberapa hari terakhir.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.