KABARBURSA.COM - PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR) mengumumkan melakukan transaksi akuisisi saham mayoritas PT Hexa Putra Mekanikal (HPM) dengan pembelian sebanyak 27.027 lembar saham, yang setara dengan 99 persen dari total saham yang ditempatkan dan disetor oleh HPM.
"Transaksi yang dilakukan oleh FUTR melalui pembelian saham HPM dari PT Hexa Prima Energy (HPE) ini, dengan nilai nominal Rp100.000 per saham, berjumlah total sebesar Rp8,61 miliar atau Rp8.617.207.599," ujar Albert Susantyo Darmali, Direktur Lini Imaji Kreasi Ekosistem dalam keterbukaan informasi, Selasa, 24 Desember 2024.
Lebih lanjut, transaksi ini merupakan transaksi afiliasi. Dalam hal ini, HPE dan FUTR dianggap sebagai entitas yang berada dalam kendali yang sama sehingga menjadikan transaksi ini sebagai bagian dari hubungan afiliasi antara kedua pihak.
Sebelum transaksi, struktur permodalan HPM mencatatkan HPE sebagai pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan sebesar 99 persen dan Piki Tresna Hidayat sebagai pemegang saham minoritas dengan 1 persen. Setelah transaksi ini, FUTR menjadi pemegang saham pengendali HPM dengan kepemilikan 99 persen saham.
Akuisisi ini menunjukkan komitmen Lini Imaji Kreasi Ekosistem untuk memperkuat posisinya di sektor yang relevan dengan bisnis yang dijalankan oleh HPM. Dengan pengendalian mayoritas atas HPM, FUTR berpotensi meningkatkan kapasitas operasional dan memperluas jangkauan pasar dalam industri terkait.
"Dengan nilai transaksi yang mencapai Rp8,61 miliar, transaksi ini berkontribusi sekitar 4,84 persen terhadap nilai ekuitas FUTR," imbuh Albert.
Sebelumnya, FUTR melaporkan kinerja keuangan yang mengecewakan di kuartal ketiga tahun 2024. Perusahaan ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp680,1 juta, sebuah penurunan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp9,9 miliar. Penurunan laba bersih ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh FUTR dalam mempertahankan kinerjanya di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.
Laporan keuangan FUTR untuk kuartal ketiga 2024 menunjukkan penurunan signifikan di berbagai indikator utama. Pendapatan (revenue) perusahaan tercatat sebesar Rp63,5 miliar, turun 39 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (yoy). Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (qoq), pendapatan juga mengalami penurunan tajam sebesar 82,9 persen.
Selain itu, laba kotor (gross profit) FUTR tercatat hanya sebesar Rp8,6 miliar, mengalami penurunan tajam sebesar 62,1 persen secara tahunan (yoy). Hal ini sejalan dengan penurunan EBITDA yang tercatat sebesar Rp11,7 miliar, yang juga turun 50,6 persen dibandingkan dengan tahun lalu. EBITDA margin FUTR pun tertekan, mencatatkan angka 18,4 persen di kuartal ketiga 2024, jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada level laba bersih, FUTR mengalami penurunan yang lebih parah, dengan laba bersih tercatat hanya Rp680,1 juta, berbanding terbalik dengan angka laba bersih Rp9,9 miliar yang dicatatkan di tahun sebelumnya. Hal ini membawa laba bersih per saham (EPS) perusahaan menjadi Rp0,11, sebuah penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan angka sebelumnya.
Dari sisi posisi neraca, FUTR memiliki total aset sebesar Rp184,7 miliar, dengan ekuitas yang tercatat sebesar Rp178,6 miliar. Meski demikian, perusahaan ini memiliki utang jangka pendek sebesar Rp5,1 miliar dan utang jangka panjang Rp1,1 miliar. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt/Equity) perusahaan cukup rendah, yaitu 0,03, menunjukkan struktur pembiayaan yang relatif konservatif.
Perusahaan juga mencatatkan EBITDA sebesar Rp11,7 miliar, dengan beban bunga sebesar Rp347,7 juta, yang menghasilkan rasio EBITDA terhadap beban bunga yang cukup tinggi, yakni 33,58 kali. Meskipun FUTR menghadapi penurunan laba bersih, rasio-rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban bunga dengan relatif nyaman.
Dengan kondisi ini, FUTR menghadapi sejumlah tantangan dalam menjaga kinerja keuangannya di sisa tahun 2024. Penurunan pendapatan yang signifikan dan penurunan laba bersih yang sangat tajam menunjukkan perlunya strategi bisnis yang lebih adaptif dalam menghadapi persaingan dan dinamika pasar yang berubah dengan cepat.
Namun, dengan ekuitas yang relatif tinggi dan posisi utang yang terjaga, perusahaan masih memiliki landasan yang cukup kuat untuk memperbaiki kinerja operasional dan finansialnya. Salah satu langkah penting yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan margin laba dan meningkatkan efisiensi biaya untuk dapat meraih kembali pertumbuhan yang lebih stabil.
Harga saham FUTR pada kuartal ketiga 2024 tercatat pada angka Rp75, dengan kapitalisasi pasar (market cap) mencapai Rp479,3 miliar. Valuasi perusahaan terlihat cukup tinggi dengan Price to Earnings Ratio (PER) mencapai 681,82x, sebuah indikasi bahwa pasar mungkin mengantisipasi pemulihan kinerja di masa depan. Namun, angka PER yang tinggi ini juga menunjukkan adanya risiko yang cukup besar jika perusahaan gagal memenuhi ekspektasi pasar.
Dengan nilai buku per saham (BVPS) sebesar Rp27,95 dan Price to Book Value (PBV) sebesar 2,68x, saham FUTR dinilai lebih mahal jika dibandingkan dengan nilai bukunya, yang menunjukkan adanya premium yang dibayar oleh investor. Meski demikian, perusahaan tetap memiliki peluang untuk mengelola beban dan meningkatkan efisiensi operasional agar dapat kembali mencatatkan pertumbuhan yang lebih stabil di masa depan. (*)