Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rupiah Menguat 25 Poin usai BI Rate Batal Turun

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 23 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Rupiah Menguat 25 Poin usai BI Rate Batal Turun

KABARBURSA.COM - Kurs rupiah berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat, mencatatkan level Rp16.196 per dolar AS, pada penutupan Senin, 23 Desember 2024. Penguatan rupiah menunjukkan kenaikan tipis sebesar 25 poin atau 0,15 persen dibandingkan dengan akhir pekan sebelumnya yang berada di level Rp16.221 per dolar AS.

Penguatan ini didorong oleh sentimen positif terkait dengan data inflasi PCE (Personal Consumption Expenditures) Amerika Serikat bulan November 2024 yang menunjukkan adanya perlambatan.

Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, pasar bereaksi positif terhadap data inflasi PCE yang menunjukkan kenaikan moderat sebesar 0,1 persen pada bulan November, lebih rendah dari angka 0,2 persen pada bulan Oktober.

Secara tahunan, indeks PCE tercatat naik 2,4 perse, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan pasar yang sebesar 2,5 persen. Meski demikian, inflasi inti yang tidak mencakup harga makanan dan energi tetap terjaga di level 2,8 persen, jauh di atas target inflasi Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) yang sebesar 2 persen.

Meskipun inflasi inti masih berada di atas target, pelaku pasar melihat ada sedikit kelegaan karena perlambatan ini memberi petunjuk bahwa Federal Reserve mungkin akan mengurangi kecepatan pemangkasan suku bunga yang sebelumnya telah dilakukan.

Sentimen ini semakin diperkuat oleh persepsi pasar bahwa Federal Reserve kemungkinan besar akan melakukan pemangkasan suku bunga pertama di tahun 2025 pada bulan Juni, dengan beberapa pengurangan lagi yang diperkirakan berlangsung sepanjang tahun. Spekulasi ini membuat pasar lebih optimis terkait dengan prospek jangka pendek.

Selain sentimen global yang didorong oleh data inflasi AS, penguatan rupiah juga disebabkan oleh keyakinan terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. Kementerian Keuangan Indonesia memastikan bahwa meskipun ada kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025, target pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap akan tercapai pada level 5,2 persen sebagaimana yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Pemerintah juga menyiapkan stimulus tambahan, berupa bantuan pangan, yang bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendukung konsumsi domestik guna mengimbangi dampak kebijakan pajak baru.

Kombinasi antara perkembangan data inflasi AS yang moderat, serta langkah-langkah kebijakan domestik yang mendukung stabilitas ekonomi, memberikan pengaruh positif terhadap kurs rupiah hari ini. Pasar cenderung lebih optimis, mengantisipasi bahwa kebijakan fiskal dan moneter yang stabil akan menjaga prospek perekonomian Indonesia di tahun mendatang.

Data Inflasi PCE AS Berpengaruh

Sementara itu, penguatan rupiah sudah tampak sejak penutupan sesi pertama, pukul 12.00 WIB. Nilai tukar rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS, bergerak di level Rp16.164 per dolar AS, menguat sebesar 57 poin atau 0,35 persen dibandingkan dengan posisi akhir pekan sebelumnya yang berada di Rp16.221 per dolar AS.

Kenaikan ini didorong oleh keluarnya data inflasi PCE Amerika Serikat untuk periode November 2024 yang lebih rendah dari perkiraan pasar, memberikan sentimen positif terhadap mata uang lokal.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong, menjelaskan bahwa indikator inflasi yang diumumkan pada Jumat malam kemarin jauh lebih baik daripada yang diperkirakan banyak pelaku pasar. Data tersebut menunjukan bahwa kenaikan harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, tercatat hanya 0,1 persen pada bulan November, dan 2,8 persen secara tahunan.

Peningkatan bulanan ini merupakan yang terendah sejak bulan Mei, yang memberikan indikasi bahwa tekanan inflasi mulai mereda. Secara keseluruhan, data ini memberikan angin segar bagi pasar, mengurangi kekhawatiran akan inflasi yang berkepanjangan.

Data inflasi yang lebih rendah dari ekspektasi ini memberikan peluang bagi Federal Reserve untuk memperlambat agresivitas kebijakan moneternya pada 2025. Gubernur Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee, telah mengindikasikan bahwa meskipun ada sedikit peningkatan proyeksi suku bunga acuan untuk tahun 2025, terdapat peluang bagi penurunan suku bunga yang signifikan dalam 12 hingga 18 bulan mendatang.

Menurut Goolsbee, inflasi berada pada jalur yang benar untuk turun menuju target 2 persen, yang akan memberi ruang bagi Fed untuk mengambil langkah kebijakan yang lebih dovish dalam waktu dekat.

Pemulihan kurs rupiah diperkirakan dapat berlanjut seiring dengan penguatan sentimen pasar global. Data inflasi yang terkendali di AS memberi sinyal bahwa kebijakan moneter akan lebih longgar dalam waktu dekat, membuka kemungkinan bagi Indonesia untuk menikmati stabilitas makroekonomi yang lebih baik.

Pada saat yang sama, meski inflasi Indonesia diperkirakan sedikit terpengaruh oleh kebijakan fiskal domestik, terutama terkait dengan peningkatan pajak pada tahun 2025, prospek ekonomi tetap positif.

Pemerintah memastikan adanya paket stimulus tambahan guna menjaga daya beli masyarakat, yang akan mendukung perekonomian dan memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat lebih lanjut.(*)