Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Spot Terus Tertekan, Kinerja BRMS Semakin Berat?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 23 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Harga Emas Spot Terus Tertekan, Kinerja BRMS Semakin Berat?

KABARBURSA.COM - Harga emas spot terus tertekan, mengalami penurunan signifikan hingga 2,1 persen. Saat ini, harga emas menyentuh level USD2.158,91 per ons troy pada perdagangan 18 Desember 2024.

Penurunan ini menandai level terendah sejak 18 November 2024 dan dipicu oleh keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25 persen sampai 4,5 persen. Meski langkah pemangkasan suku bunga ini sesuai ekspektasi pasar, sinyal dari The Fed yang mengindikasikan perlambatan dalam laju pemotongan suku bunga di masa depan, mempengaruhi sentimen secara signifikan.

Proyeksi The Fed saat ini menunjukkan dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin pada 2025. Isyarat kebijakan moneter yang lebih hati-hati ini menciptakan tekanan pada pasar emas, mengingat daya tarik logam mulia sebagai aset safe haven biasanya menurun ketika suku bunga tinggi memberikan alternatif imbal hasil yang kompetitif di pasar obligasi.

Menurut Hendriko Gani, Investments Analyst Stockbit, penurunan harga emas ini membawa dampak potensial bagi para pelaku industri, khususnya emiten produsen emas seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI).

Harga jual rata-rata (ASP) yang lebih rendah dari logam mulia ini diperkirakan akan memberikan tekanan pada margin laba mereka, terutama jika tren pelemahan berlanjut dalam jangka pendek hingga menengah. Laba bersih emiten berbasis emas seringkali sangat sensitif terhadap perubahan kecil dalam harga komoditas karena tingginya kontribusi emas terhadap pendapatan utama mereka.

Situasi ini menjadi sinyal bagi investor untuk memantau perkembangan harga emas global dan kebijakan moneter The Fed yang akan datang. Perubahan kebijakan atau pernyataan dovish dari bank sentral dapat menjadi katalis positif bagi harga emas, sementara sinyal lebih hawkish berpotensi memperpanjang tren pelemahan ini.

Di tengah situasi ini, manajemen risiko serta strategi diversifikasi menjadi kunci bagi para emiten produsen emas untuk tetap menjaga stabilitas kinerja mereka.

Bagaimana dengan Kelanjutan Tambang Emas BRMS?

Jika kondisi emas terus tertekan seperti ini, bagaimana nasib kelanjutan tambang emas BRMS? Diketahui, BRMS tengah mencari  utang untuk dapat mengelola tambang emas di Poboya, Palu. Diketahui, perusahaan pertambangan emas yang berada di bawah Grup Bakrie ini membutuhkan dana sekitar USD200 hingga USD300 untuk mengelola pertambangan itu. Rencananya, proyek tambang bawah tanah di Poboya, Palu, ini dimulai pada awal 2025.

Tidak hanya untuk di Poboya, rupanya utang yang terkumpul nanti akan dipakai pula untuk kegiatan eksplorasi dan penambangan di Gorontalo Minerals, wilayah lain yang menjadi bagian dari portofolio BRMS. Jumlahnya di kisaran USD50 sampai USD100.

Dalam keterbukaan informasi yang dipublikasikan Senin, 9 Desember 2024, Agoes mengonfirmasi bahwa rencana penggalangan pinjaman ini sudah dalam radar perusahaan. Sementara, Direktur sekaligus Chief Investor Relations Officer BRMS Herwin Hidayat, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu hasil final kajian cadangan mineral yang disusun oleh konsultan berbasis di Perth, Australia.

Kajian tersebut diharapkan selesai sebelum akhir 2024 dan memberikan gambaran lebih rinci tentang kandungan emas dari tambang bawah tanah di Poboya.

Optimisme terhadap proyek ini didukung oleh kinerja keuangan BRMS yang mencatat lonjakan signifikan pada kuartal III/2024.

Laba bersih perusahaan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai USD15,65 juta atau setara dengan Rp248,06 miliar, meningkat 49,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan BRMS bahkan meroket 231,27 persen secara tahunan menjadi USD108,47 juta atau sekitar Rp1,71 triliun. Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh peningkatan produksi emas yang mencapai 45.366 troy ounce hingga kuartal III/2024, hampir dua kali lipat dibandingkan produksi sepanjang 2023 yang sebesar 23.270 troy ounce.

Selain itu, harga jual rata-rata emas BRMS juga mengalami kenaikan signifikan, mencapai USD2.347 per troy ounce pada kuartal III/2024, jauh lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata pada 2023 sebesar USD1.930 per troy ounce.

Namun, saat ini kinerja saham BRMS sedang boncos. Hingga pukul 14.06 WIB, Senin, 23 Desember 2024, harga saham BRMS melemah  sebesar 0,57 persen ke level Rp350. Penurunan ini mencerminkan sentimen pasar yang negatif, di tengah dinamika pergerakan harga sepanjang hari.

BRMS sempat dibuka di level Rp358 dan menyentuh level tertinggi pada harga yang sama, namun akhirnya turun hingga menyentuh titik terendah di Rp346 sebelum ditutup lebih rendah dibandingkan harga sebelumnya di Rp352.

Volume perdagangan saham BRMS tercatat sebanyak 3,648 juta lot dengan nilai transaksi mencapai Rp128,3 miliar. Dengan rata-rata harga transaksi berada di Rp352, terlihat adanya dominasi tekanan jual di tengah aksi investor yang mencoba mencari level harga baru yang lebih sesuai.

Batas auto rejection atas (ARA) di level Rp440 dan auto rejection bawah (ARB) di level Rp264 memberikan ruang gerak cukup besar bagi saham ini untuk mengalami volatilitas signifikan dalam perdagangan mendatang.

Penurunan ini juga terjadi di tengah pelemahan harga emas global, yang menyentuh level terendah dalam sebulan terakhir. Sebagai salah satu emiten berbasis emas, pergerakan harga BRMS cenderung terpengaruh oleh volatilitas pasar komoditas ini.

Tren penurunan harga emas akibat isyarat kebijakan moneter yang lebih ketat dari The Fed ini tentunya dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap prospek pendapatan dan margin laba BRMS, meskipun perusahaan memiliki diversifikasi pada portofolio tambang lainnya.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.