Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Melihat Dampak Realisasi Kenaikan Pungutan Ekspor CPO Terhadap Saham AALI

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 23 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Melihat Dampak Realisasi Kenaikan Pungutan Ekspor CPO Terhadap Saham AALI

KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia tengah merencanakan kenaikan pungutan ekspor CPO (Crude Palm Oil) dan produk turunannya mulai tahun depan, sebagai upaya untuk mendanai program B40. Program ini adalah sebuah inisiatif yang akan mengintegrasikan biofuel dalam proporsi yang lebih besar ke dalam bahan bakar.

Rencana tersebut mencakup kenaikan tarif pungutan ekspor CPO dari 7,5 persen menjadi 10 persen, sementara pungutan untuk produk turunannya akan dikenakan tarif paling rendah 4,5 persen, yang sebelumnya berkisar antara 0-3 persen.

Mengutip analisis Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren, yang dipublikasikan di Jakarta, Senin, 23 Desember 2024, kenaikan pungutan ekspor ini memiliki dampak langsung terhadap daya saing CPO, yang kemungkinan akan terpengaruh di pasar internasional. Dengan adanya peningkatan pungutan, harga CPO Indonesia berisiko menjadi lebih mahal dibandingkan dengan produk minyak nabati lainnya, yang pada gilirannya dapat menurunkan permintaan global terhadap komoditas ini. Penurunan permintaan ekspor bisa menjadi tantangan bagi produsen CPO yang bergantung pada pasar global untuk pendapatan mereka.

Namun, ada pula dampak tidak langsung dari kebijakan ini yang perlu diperhatikan. Kenaikan pungutan ekspor berpotensi meningkatkan aliran dana untuk subsidi biodiesel dalam program B40. Subsidi ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan biodiesel dalam campuran bahan bakar, yang pada akhirnya dapat memberikan dukungan terhadap harga CPO domestik.

Proyek ambisius ini dapat membantu pemerintah dalam mencapai target pemanfaatan energi terbarukan sekaligus menjaga harga CPO agar tidak jatuh terlalu tajam akibat menurunnya permintaan dari pasar ekspor.

Dengan adanya kebijakan baru ini, sektor perkebunan sawit akan dihadapkan pada dinamika yang cukup menantang. Di satu sisi, tingginya pungutan ekspor dapat menekan permintaan global, namun di sisi lain, subsidi yang teralokasi dengan baik untuk biodiesel dapat memberi dukungan yang dibutuhkan bagi stabilitas harga CPO. Para pelaku pasar, terutama yang terlibat dalam perdagangan CPO dan pengolahan biodiesel, harus memantau dengan cermat implementasi kebijakan ini, terutama karena dampaknya terhadap harga dan permintaan di pasar global.

Lantas, bagaimana dengan saham AALI?

PT Astra Agro Lestari (AALI) tentu akan sangat terdampak dari keputusan kenaikan pungutan tarif ekspor ini. AALI merupakan perusahaan kelapa sawit yang memiliki perkebunan dan pabrik di Kalimantan Selatan. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan PT Astra International Tbk yang mulai beroperasi secara komersial pada 1995.

AALI melantai di BEI melalui Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1997. Selain perkebunan kelapa sawit, AALI juga mengoperasikan kilang minyak kelapa sawit dan pabrik pencampuran pupuk di antara unit-unit kelapa sawit lainnya.

Jika melihat pergerakan saham AALI hari ini, harga saham perusahaan mengalami fluktuasi, dengan membuka di angka Rp5.850 dan mencapai level tertinggi di Rp5.900 serta terendah di Rp5.825. Meskipun berada dalam rentang pergerakan yang sempit, harga saham masih menunjukkan potensi stabilitas. Dengan kapitalisasi pasar yang mencapai Rp11,21 triliun, perusahaan ini memiliki posisi yang cukup kuat di pasar.

P/E ratio sebesar 10,61 menunjukkan bahwa saham perusahaan diperdagangkan dengan valuasi yang relatif lebih rendah, mencerminkan potensi pertumbuhan yang masih bisa dicapai, atau bahkan mengindikasikan perusahaan ini dipandang tidak terlalu mahal dibandingkan dengan laba yang dihasilkan. Selain itu, dividen yield sebesar 4,27 persen menunjukkan bahwa perusahaan memberikan return yang menarik kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, menjadikannya menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif.

Namun, jika melihat perbandingan dengan level harga tertinggi dalam setahun yang mencapai 7.200,00 dan terendah 5.250,00, dapat dilihat bahwa harga saat ini berada lebih dekat pada bagian bawah dari kisaran tersebut. Hal ini menandakan adanya potensi kenaikan, jika kondisi pasar mendukung dan faktor-faktor fundamental perusahaan tetap kuat.

Secara keseluruhan, meskipun saham ini berada pada posisi harga yang lebih rendah dibandingkan dengan puncak tahunan, valuasi yang menarik dan dividen yang relatif tinggi menjadikannya pilihan yang layak untuk diperhatikan dalam investasi jangka menengah.

Inovasi Digitalisasi 

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) terus mengembangkan inovasi digitalisasi guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas di seluruh operasional perusahaan.

Chief Technical Officer PT Astra Agro Lestari Tbk, Widayanto, menyampaikan bahwa saat ini perusahaan mengoperasikan 32 pabrik, termasuk 14 unit Kernel Crushing Plant (KCP), dua refinery, satu unit CPKO, dua pabrik mixing plan, serta dua pabrik pupuk yang mendukung operasional di berbagai wilayah.

Salah satu inovasi utama perusahaan adalah sistem boarding yang memastikan kelancaran proses di pabrik. Sistem ini mengintegrasikan berbagai elemen operasional, termasuk manajemen feed stock dan sumber daya manusia, sehingga produksi berjalan lebih optimal.

Sistem boarding ini memungkinkan pengelolaan tandan buah segar (TBS) eksternal dengan lebih efisien. Para pemasok dapat mengetahui waktu yang tepat untuk mengirimkan TBS ke pabrik, mengurangi waktu tunggu dan meningkatkan efisiensi transportasi. Selain itu, sistem ini juga mengoptimalkan penggunaan sumber daya pabrik, baik dalam hal waktu operasional maupun alokasi tenaga kerja.

Widayanto juga menambahkan bahwa perusahaan telah mengembangkan Mill Excellent Indicator (MELLI), sebuah sistem yang memantau enam titik kontrol kritis dalam operasional pabrik. Sistem ini memonitor stabilitas operasional pabrik secara real-time dan memastikan bahwa setiap pabrik beroperasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Inovasi lain yang diperkenalkan adalah ALMIRA, sebuah sistem yang menggabungkan perencanaan pemeliharaan mingguan dan harian, memastikan pabrik beroperasi maksimal tanpa gangguan. Dengan sistem ini, frekuensi kerusakan dapat diminimalkan dan ketersediaan pabrik meningkat.

Secara keseluruhan, inisiatif-inisiatif ini telah memberikan dampak positif terhadap efisiensi dan produktivitas pabrik.(*)