Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Selama Sepekan Menurun 4,65 Persen ke Level 6,983

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 December 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
IHSG Selama Sepekan Menurun 4,65 Persen ke Level 6,983

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pekan ini atau periode 16 - 20 Desember 2024 mengalami penurunan sebesar 4,65 persen menjadi berada pada level 6.983,865 dari 7.324,789 pada pekan lalu.

Sekretaris Perusahaan BEI, Aulia Noviana Utami Putri, mengatakan selama satu pekan ini, rata-rata nilai transaksi harian Bursa mengalami perubahan sebesar 39,36 persen menjadi Rp12,25 triliun dari Rp20,19 triliun pada pekan sebelumnya.

"Rata-rata volume transaksi harian Bursa sepekan mengalami perubahan sebesar 17,71 persen menjadi 19,19 miliar lembar saham dari 23,32 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya," ujar dia dalam keterangan resmi di Jakarta dikutip Sabtu, 21 Desember 2023.

Aulia menambahkan jika Investor asing pada Jumat, 20 Desember 2024, mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp417,99 miliar dan investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp15,84 triliun sepanjang tahun 2024.

Di sisi lain, pada pekan ini terdapat pencatatan perdana obligasi dan saham di BEI yakni Obligasi Berkelanjutan I Petrosea Tahap I Tahun 2024 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Petrosea Tahap I Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT Petrosea Tbk pada Senin, 16 Desember 2024.

"Total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2024 adalah 140 emisi dari senilai Rp139,16 triliun," jelas Aulia.

Dengan pencatatan tersebut, lanjut dia, maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 600 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp483,16 triliun dan USD86,0163 juta, yang diterbitkan oleh 133 emiten.

Adapun Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI berjumlah 190 seri dengan nilai nominal Rp6.114,41 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, di BEI telah tercatat sebanyak 8 emisi EBA dengan nilai Rp2,70 triliun.

Wall Street Bangkit di Akhir Pekan saat Inflasi Mereda

Sementara itu di Amerika Serikat, Wall Street melonjak pada akhir pekan setelah dua sesi yang lesu karena didorong oleh laporan inflasi yang lebih rendah serta pernyataan pejabat Federal Reserve atau The Fed yang meredakan kekhawatiran tentang jalur suku bunga di masa depan.

Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, 21 Desember 2024, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 498,82 poin atau 1,18 persen, menjadi 42.841,06. Kemudian S&P 500 bertambah 63,82 poin atau 1,09 persen menjadi 5.930,90, dan Nasdaq Composite meningkat 199,83 poin atau 1,03 persen ke 19.572,60. Dow dan S&P mencatat kenaikan harian terbesar sejak 6 November.

Meski demikian, ketiga indeks utama ini tetap mencatat penurunan mingguan. S&P 500 turun 1,99 persen, Nasdaq melemah 1,78 persen, dan Dow Jones terpangkas 2,25 persen. Hal ini menandai penurunan mingguan ketiga berturut-turut untuk Dow. Nasdaq, yang sebelumnya menikmati empat pekan berturut-turut kenaikan, juga berbalik arah dengan penurunan mingguan terbesarnya dalam enam minggu terakhir.

Laporan inflasi yang dirilis Jumat, 20 Desember 2024, menunjukkan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) hanya naik 2,4 persen pada November secara tahunan, sedikit di bawah perkiraan ekonom sebesar 2,5 persen. Data ini juga menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen meningkat, menandakan ketahanan ekonomi Amerika Serikat.

Setelah data ini dirilis, pedagang meningkatkan ekspektasi mereka terhadap pemotongan suku bunga Fed pada 2025 dengan prediksi pemotongan pertama terjadi pada Maret dan yang kedua pada Oktober. Sebelumnya, peluang pemotongan kedua baru diperkirakan mencapai 50 persen pada Desember 2025.

Kepala strategi pasar di Carson Group, Ryan Detrick, menyebut reaksi awal pasar terhadap keputusan Fed cenderung emosional, tetapi sering kali lebih terkendali keesokan harinya.

Menurutnya, ekonomi AS tetap kuat dan Fed tidak berencana menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, meski pemangkasan selanjutnya kemungkinan baru akan terjadi pada 2025.

Rabu lalu, Fed mengumumkan pemotongan suku bunga ketiganya untuk tahun ini. Namun, dalam proyeksi ekonomi yang dirilis bersamaan, bank sentral itu hanya memperkirakan dua pemotongan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin untuk 2025, turun dari empat pemotongan yang diprediksi pada September. Hal ini menunjukkan ekonomi yang tetap kuat meski inflasi masih bertahan.

Pengumuman tersebut memicu aksi jual tajam pada Rabu sore, yang kemudian berlanjut pada Kamis. Meski terjadi reli pada Jumat, aksi jual di awal pekan membuat pasar saham AS mencatat penurunan mingguan.

Pernyataan dari pejabat Fed turut memberikan dukungan pada pasar. Beberapa dari mereka mengakui telah mulai mempertimbangkan ketidakpastian kebijakan fiskal, seperti tarif.

“Jelas apa yang sedang terjadi – data PCE yang lebih baik ditambah komentar dovish dari Fed telah mengimbangi reaksi pasar yang berlebihan terhadap keputusan pemotongan suku bunga yang lebih hawkish dari yang diharapkan,” kata CEO Infrastructure Capital Advisors di New York, Jay Hatfield.(*).