Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Minyak Dunia Stabil di Tengah Harapan Pemotongan Suku Bunga The Fed

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 December 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Harga Minyak Dunia Stabil di Tengah Harapan Pemotongan Suku Bunga The Fed

KABARBURSA.COM- Harga minyak dunia hampir tidak berubah pada perdagangan Sabtu, 21 Desember 2024 dini hari WIB, setelah pasar mempertimbangkan permintaan dari China dan ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed.

Dilansir dari Reuters di Jakarta, Minyak mentah Brent ditutup naik tipis 6 sen atau 0,08 persen di USD72,94 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 8 sen atau 0,12 persen menjadi USD69,46 per barel. Meskipun stabil pada perdagangan hari itu, kedua patokan harga minyak mencatat penurunan mingguan sekitar 2,5 persen.

Dolar AS melemah dari posisi tertingginya dalam dua tahun setelah data inflasi AS menunjukkan perlambatan, meskipun mata uang ini masih berada dalam jalur kenaikan mingguan ketiga berturut-turut.

Pelemahan dolar ini membuat minyak lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain, sementara pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve berpotensi meningkatkan permintaan minyak.

“Ketakutan bahwa The Fed akan menghentikan dukungan bagi pasar melalui kebijakan suku bunganya kini mulai mereda,” kata mitra di Again Capital, New York, John Kilduff.

Menurutnya, kekhawatiran ganda mengenai prospek permintaan, terutama perihal China, dan hilangnya dukungan moneter dari The Fed sempat memukul pasar minyak.

Sementara itu, proyeksi dari China menambah tekanan. Sinopec, perusahaan penyulingan milik negara, dalam laporan prospek energinya menyebutkan impor minyak mentah China diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2025. Konsumsi minyak di negara tersebut diperkirakan memuncak pada 2027 karena permintaan diesel dan bensin yang melemah.

OPEC+ dihadapkan pada tantangan menjaga disiplin pasokan untuk mengatasi fluktuasi harga dan ketidakpastian pasar. “OPEC+ membutuhkan pengendalian pasokan untuk menstabilkan harga di tengah revisi berulang terhadap prospek permintaan,” kata Emril Jamil, peneliti senior di LSEG.

Kelompok produsen minyak ini baru saja memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024. Ini menjadikannya revisi kelima berturut-turut. JPMorgan memproyeksikan pasar minyak akan beralih dari kondisi seimbang pada 2024 ke surplus sebesar 1,2 juta barel per hari pada 2025, seiring peningkatan pasokan dari negara non-OPEC+ sebesar 1,8 juta barel per hari dan produksi OPEC yang tetap stabil.

Dinamika Geopolitik dan Pasar Minyak

Faktor geopolitik juga turut memengaruhi pasar minyak. Presiden AS terpilih Donald Trump menyatakan Uni Eropa mungkin menghadapi tarif jika tidak mengurangi defisit perdagangan dengan AS melalui peningkatan pembelian minyak dan gas.

Selain itu, negara-negara G7 sedang mempertimbangkan langkah untuk memperketat batas harga minyak Rusia, seperti pelarangan total atau penurunan ambang batas harga.

Rusia sendiri telah mengakali batas harga USD60 per barel yang diberlakukan pada 2022 dengan menggunakan armada “bayangan” kapal-kapalnya. Baru-baru ini kapal milik Rusia itu menjadi target sanksi tambahan dari Uni Eropa dan Inggris. Langkah ini bertujuan untuk memperketat pengawasan terhadap ekspor minyak Rusia.

Di pasar keuangan, data dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) menunjukkan manajer investasi meningkatkan posisi net long untuk kontrak berjangka minyak mentah AS pada pekan yang berakhir 17 Desember. Langkah ini mencerminkan optimisme bahwa pemotongan suku bunga dan pelemahan dolar akan mendukung harga minyak di masa mendatang.

Dengan berbagai faktor yang memengaruhi pasar minyak, mulai dari kebijakan moneter, permintaan China, hingga dinamika geopolitik, harga minyak terus bergerak di tengah ketidakpastian yang tinggi. Para pelaku pasar kini menantikan langkah selanjutnya dari OPEC+ dan pemerintah negara-negara besar untuk menentukan arah pasar minyak global.

Sempat Melemah

Harga minyak mentah global sempat melemah pada perdagangan Jumat, 19 Desember 2024 WIB. Bayang-bayang kehati-hatian kebijakan moneter Federal Reserve atau Bank Sentral AS menjadi penyebab utamanya.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun sebesar 51 sen atau 0,7 persen menjadi USD72,88 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, yang menjadi acuan Amerika Serikat, mencatat penurunan lebih tajam sebesar 67 sen atau 1 persen, berakhir pada USD69,91 per barel.

Kontrak WTI Februari, yang diperdagangkan lebih aktif, juga ditutup melemah 64 sen menjadi USD69,38 per barel.

Perubahan kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve Amerika Serikat menjadi salah satu penyebab utama tekanan pada harga minyak. Meskipun bank sentral ini memotong suku bunga sebesar 0,25 persen pada hari Rabu, 18 Desember 2024, Ketua Jerome Powell menyatakan inflasi yang tetap tinggi menjadi alasan untuk bersikap lebih berhati-hati dalam memberikan pelonggaran moneter di masa depan.

Sikap ini membangkitkan kekhawatiran investor bahwa kondisi likuiditas yang lebih ketat dapat menekan aktivitas ekonomi global, sehingga mengurangi permintaan minyak mentah pada 2025.(*)