Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Ditutup Amblas 130 Poin ke Level 6,977

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 19 December 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
IHSG Ditutup Amblas 130 Poin ke Level 6,977

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah hingga 130 poin atau turun 1,84 persen ke level 6,977 pada penutupan perdagangan, Kamis, 19 Desember 2024.

Merujuk data perdagangan RTI Business, pergerakan IHSG terbilang bervariasi pada hari ini dengan level tertinggi 7,110 dan terendah 6,951.

Tampak hanya 97 saham yang menguat, 521 saham di zona merah, dan 170 saham mengalami stagnan pada penutupan sore ini.

Sementara itu, mengutip perdagangan Stockbit, saham-saham yang bertengger di lima besar top gainer ialah SAFE (+34,07 persen), PGLI (+33,77 persen), ACRO (+25,71 persen), SAPX (+24,84 persen), dan KONI (+20,86 persen).

Sedangkan lima saham yang terkoreksi paling dalam yakni BEER (33,33 persen), KJEN (-20,95 persen), PSAB (-20,67 persen), LION (-18,30 persen), dan INAI (-16,54 persen).

Di sisi lain, seluruh sektor berada di zona merah pada penutupan hari ini. Sektor yang mengalami penurunan signifikan adalah basic ind (-3,63 persen), health (-2,63 persen), energi (-2,49 persen), dan cyclical (-2,41 persen).

Sebelumnya, IHSG juga dibuka melemah 82 poin atau turun -1,15 persen ke level 7,025 pada perdagangan di Jakarta, Kamis, 19 Desember 2024.

Merujuk data perdagangan RTI Business, 78 saham menguat, 190 saham melemah, dan 202 saham mengalami stagnan.

Research Team PT Reliance Sekuritas Tbk memproyeksikan IHSG bergerak mixed dengan kencenderungan melemah dengan support pada level 7,050 dan resistance pada level 7,170 didorong oleh statement yang lebih hawkish dari The Fed dan pelemahan pada rupiah.

“Secara teknikal, pelemahan IHSG mulai berada di area support pentingnya namun indicator stochastic dan MACD masih membentuk death cross sehingga belum ada konfirmasi rebound dari IHSG,” tulis Reliance dalam risetnya.

Wall Street Tersungkur

Diberitakan sebelumnya, pasar saham Wall Street juga ditutup lebih rendah pada hari Rabu, 18 Desember 2024 waktu setempat atau Kamis, 19 Desember 2024 dinihari WIB, dengan indeks Dow Jones anjlok lebih dari 1.100 poin. Melemahnya Wall Street terjadi setelah Federal Reserve AS memangkas suku bunga sesuai ekspektasi.

Indeks Dow Jones mencatatkan penurunan harian terbesar sejak Agustus serta kerugian harian kesepuluh berturut-turut. Ini adalah rangkaian kerugian terpanjang sejak tahun 1974. Nasdaq dan S&P 500 juga mengalami penurunan harian terbesar dalam beberapa bulan terakhir.

Setelah keputusan Fed, imbal hasil obligasi AS meningkat tajam, sedangkan dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya.

Mengutip Reuters, Ryan Detrick, kepala strategi pasar di Carson Group, menyebut bahwa reaksi awal pasar terhadap keputusan Fed cenderung emosional, tetapi sering kali lebih terkendali keesokan harinya. Menurutnya, ekonomi AS tetap kuat dan Fed tidak berencana menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, meski pemangkasan selanjutnya kemungkinan baru akan terjadi pada 2025.

Pada pertemuan terakhirnya tahun ini, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sesuai prediksi pasar. Namun, mereka juga menurunkan proyeksi jumlah pemangkasan suku bunga tahun depan, dari empat kali menjadi dua kali hingga akhir 2025.

Fed juga mengisyaratkan kemungkinan jeda dalam kebijakan moneter pada Januari mendatang. Keputusan ini sangat mengecewakan beberapa pelaku pasar yang berharap pernyataan Fed akan lebih akomodatif.

Powell Pangkas Suku Bunga The Fed

Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) pada hari Rabu, 18 Desember 2024 waktu setempat atau Kamis, 19 Desember 2024 dinihari WIB, memutuskan kembali memangkas suku bunga acuannya ke kisaran 4,25{9aa1bb259712806fa89468ca095aa3419cf9105023fc9dc50e5829db57ca82d5} – 4,50{9aa1bb259712806fa89468ca095aa3419cf9105023fc9dc50e5829db57ca82d5}. Namun, pemangkasan tersebut membawa sinyal baru bagi masa depan perekonomian Amerika Serikat.

Bank sentral mengindikasikan akan memperlambat laju pemotongan suku bunga di masa mendatang, seiring dengan stabilnya tingkat pengangguran dan lambatnya kemajuan dalam menurunkan inflasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan terbaru dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), disebutkan bahwa aktivitas ekonomi terus berkembang dengan “laju yang solid,” tingkat pengangguran “tetap rendah,” dan inflasi masih “sedikit meningkat.”

The Fed menyatakan akan terus mempertimbangkan data ekonomi yang masuk, prospek ke depan, serta keseimbangan risiko sebelum memutuskan penyesuaian tambahan pada target suku bunga. Pernyataan ini menunjukkan kemungkinan penghentian sementara pemotongan suku bunga pada pertemuan kebijakan berikutnya, yang dijadwalkan pada 28-29 Januari.

Menurut proyeksi terbaru, bank sentral hanya akan memangkas suku bunga dua kali lagi sebesar 0,25 persen per penurunan hingga akhir tahun 2025. Ini berarti laju pelonggaran moneter pada tahun depan akan lebih lambat dibandingkan perkiraan pada bulan September lalu.

Lonjakan inflasi, yang kini diproyeksikan mencapai 2,5 persen di awal tahun 2025 dari sebelumnya 2,1 persen, menjadi salah satu faktor yang mendorong kebijakan ini. Target inflasi The Fed sebesar 2 persen tampaknya tidak akan tercapai hingga tahun 2027.

Ketua The Fed Jerome Powell, dalam konferensi persnya menyebut keputusan pemotongan suku bunga terbaru sebagai langkah yang sulit. Ia menjelaskan bahwa proyeksi perlambatan laju pemotongan tahun depan mencerminkan lonjakan inflasi yang lebih tinggi pada tahun 2024.

Selain itu, tingkat suku bunga akhir atau “terminal rate” untuk tahun 2027 diprediksi akan sedikit lebih tinggi pada 3,1 persen, dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 2,9 persen. The Fed juga merevisi estimasi tingkat suku bunga netral jangka panjang menjadi 3 persen.

Ketidaksepakatan Pemangkasan

Pemangkasan suku bunga ini tidak disepakati oleh Presiden The Fed Cleveland Beth Hammack. Iya memilih untuk mempertahankan suku bunga pada level sebelumnya.

Reaksi pasar terhadap keputusan ini cukup beragam. Imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat, nilai tukar dolar menguat, dan harga saham mengalami penurunan tajam.

Sementara itu, menurut Whitney Watson dari Goldman Sachs Asset Management, langkah pemotongan suku bunga oleh The Fed kali ini mencerminkan resolusi untuk memperlambat pelonggaran kebijakan moneter di tahun depan. Watson memprediksi, The Fed akan menahan diri untuk tidak memotong suku bunga lagi pada bulan Januari, sebelum melanjutkan siklus pelonggarannya pada bulan Maret 2025.

Keputusan The Fed ini menjadi sinyal bagi pasar bahwa tantangan inflasi masih jauh dari usai. Bank sentral mengakui perlunya pendekatan yang hati-hati sambil memantau perkembangan ekonomi guna mencapai keseimbangan yang optimal antara pertumbuhan, lapangan kerja, dan stabilitas harga.(*)