KABARBURSA.COM - Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga. Mereka menegaskan komitmennya untuk lebih hati-hati dalam menilai apakah kenaikan upah dapat bertahan lama dan mendukung inflasi agar tetap berada di sekitar target 2 persen.
Seperti yang diperkirakan sebelumnya, dewan kebijakan BOJ memilih untuk tidak mengubah suku bunga kebijakan jangka pendek, yang tetap berada di level 0,25 persen, dengan hasil suara 8-1. Satu-satunya anggota yang menentang keputusan tersebut adalah Naoki Tamura. Seperti dinukil reuters di Jakarta, Kamis 19 Desember 2024.
Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, dijadwalkan menggelar konferensi pers pada pukul 15:30 waktu setempat (0630 GMT) untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terkait keputusan tersebut.
Selain itu, BOJ juga mengungkapkan hasil tinjauan mengenai manfaat dan biaya dari berbagai kebijakan pelonggaran moneter nonkonvensional yang telah diterapkan dalam upayanya mengatasi deflasi selama 25 tahun terakhir. Langkah ini juga dianggap sebagai simbolis dari niat BOJ untuk mengakhiri kebijakan stimulus besar-besaran yang telah diterapkan. Tinjauan tersebut dimulai sejak Ueda memimpin pada April tahun lalu.
Bank of Japan (BOJ) menyatakan bahwa kenaikan upah minimum di Jepang berpotensi mendorong inflasi, terutama melalui lonjakan harga jasa. Kondisi ini mencerminkan optimisme terhadap kemungkinan inflasi yang stabil menuju target 2 persen.
Kenaikan upah yang konsisten dan meluas menjadi syarat penting yang ditetapkan BOJ untuk menaikkan suku bunga dari level mendekati nol saat ini. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin 4 November 2024.
Rata-rata upah minimum akan naik mencapai rekor 5,1 persen dalam tahun fiskal hingga akhir Maret 2025, dengan kenaikan yang signifikan di wilayah-wilayah dengan tingkat upah yang masih rendah, ujar BOJ dalam laporan lengkap prospek triwulanan.
Jika upah minimum terus meningkat, harga terutama di sektor jasa kemungkinan besar akan terdongkrak, ungkap BOJ, dikutip dari The Business Times, Senin, 4 November 2024.
Perkiraan BOJ menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum sebesar 1 persen akan memicu kenaikan harga jasa, diukur melalui indeks harga konsumen, sebesar 0,07 poin persentase, demikian tercantum dalam laporan tersebut.
Analisis terhadap deflator produk domestik bruto (PDB) Jepang, yang melacak perubahan harga barang dan jasa, juga menunjukkan pergeseran pendorong utama inflasi dari laba unit ke biaya tenaga kerja per unit sejak 2024, tambahnya.
Data ini menunjukkan bahwa inflasi Jepang lebih didorong oleh kenaikan biaya tenaga kerja ketimbang oleh kenaikan harga bahan baku.
BOJ mengakhiri kebijakan suku bunga negatif pada Maret dan menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,25 persen pada Juli, sejalan dengan kemajuan Jepang menuju pencapaian target inflasi 2 persen secara berkelanjutan.
Gubernur BOJ Kazuo Ueda menyatakan bahwa kenaikan inflasi harus ditopang oleh permintaan domestik yang kuat dan pertumbuhan upah yang kokoh agar bank sentral dapat terus menaikkan suku bunga.
Kekacauan politik di Jepang semakin menjadi sorotan setelah koalisi yang berkuasa kehilangan mayoritas dalam pemilihan umum mendadak yang diadakan akhir pekan lalu. Ketidakpastian politik ini dapat berdampak langsung pada kebijakan moneter negara, khususnya terhadap rencana Bank of Japan (BOJ) untuk menaikkan suku bunga.
Berdasarkan pandangan Takahide Kiuchi, mantan anggota dewan BOJ, ketidakpastian politik dapat memicu penundaan kenaikan suku bunga hingga Januari 2025, meskipun ada beberapa faktor yang dapat mempercepat keputusan ini.
Selama tahun 2024, yen Jepang mengalami volatilitas yang cukup signifikan. Yen sempat mencapai titik terendah dalam 38 tahun, yaitu pada nilai tukar 161,96 yen per dolar AS pada Juli lalu, sebelum berbalik arah setelah BOJ memutuskan untuk menaikkan suku bunga menjadi 0,25 persen pada akhir bulan yang sama.
Mengutip US News, Minggu, 3 November 2024, meskipun BOJ telah melakukan beberapa intervensi untuk mendukung mata uang domestik, nilai tukar yen tetap berada di bawah tekanan. Pada akhir Oktober 2024, yen berada di level 152,63 yen per dolar, menunjukkan penurunan sebesar 0,4 persen dalam satu hari setelah komentar dari Gubernur BOJ Kazuo Ueda, yang menegaskan tidak adanya perubahan kebijakan.
Kiuchi menjelaskan bahwa jika yen terus melemah terhadap dolar AS dan nilai tukar dolar-yen melonjak di atas 155, pemerintah Jepang mungkin akan terpaksa kembali melakukan intervensi di pasar valuta asing.(*)