KABARBURSA.COM - Pasar Eropa diperkirakan akan dibuka negatif pada hari Selasa, dengan fokus utama minggu ini terarah pada kebijakan bank sentral.
Indeks FTSE 100 Inggris diprediksi akan turun 18 poin pada level 8.240, sementara DAX Jerman terkoreksi 22 poin menjadi 20.291. Indeks CAC Prancis diperkirakan merosot 12 poin ke posisi 7.342, dan FTSE MIB Italia diprediksi akan jatuh 129 poin, menuju 34.618, menurut data dari IG. Seperti diklansir cnbc di Jakarta, Selasa 16 Desember 2024.
Pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve AS dimulai pada hari Selasa, dengan keputusan suku bunga yang dijadwalkan pada 18 Desember menjadi perhatian utama pasar global.
Berdasarkan alat Fed Watch milik CME Group, para trader memperkirakan peluang 95 persen untuk pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin pada hari Rabu. Investor juga akan mengamati komentar Ketua Jerome Powell pada konferensi pers pasca-pertemuan untuk mencari petunjuk mengenai kebijakan masa depan.
Sementara itu, Bank of England akan menggelar pertemuan pada hari Kamis. Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan sangat kecil untuk pemangkasan suku bunga pada pertemuan terakhir tahun ini.
Di sisi lain, Kanselir Jerman Olaf Scholz kalah dalam pemungutan suara mosi tidak percaya di parlemen pada Senin, membuka jalan bagi pemilihan umum mendatang yang dijadwalkan pada 23 Februari. Scholz secara sengaja kalah dalam mosi tersebut untuk memfasilitasi pemilihan umum setelah runtuhnya pemerintahan koalisinya bulan lalu.
Di pasar Asia-Pasifik, perdagangan terlihat variatif pada hari Selasa, sementara saham berjangka AS sedikit melemah pada Senin malam.
Rilis data ekonomi di Eropa pada hari Selasa mencakup angka pengangguran di Inggris serta indeks iklim bisnis dan sentimen ekonomi Ifo Jerman. Tidak ada laporan laba perusahaan besar yang dijadwalkan.
Pasar Eropa diperkirakan akan dibuka dengan arah yang bervariasi pada hari Senin, karena para pelaku pasar bersiap menyambut pertemuan Federal Reserve yang menjadi sorotan utama minggu ini.
Indeks FTSE 100 Inggris diprediksi akan turun 4 poin, menjadi 8.292, sementara DAX Jerman diperkirakan naik 36 poin di angka 20.443. Di sisi lain, CAC Prancis diperkirakan akan turun 1 poin di level 7.401, dan FTSE MIB Italia diperkirakan naik 16 poin ke angka 34.876, menurut data dari IG. Seperti dilansir cnbc di Jakarta, Senin 16 Desember 2024.
Keputusan yang akan diumumkan oleh Fed pada 18 Desember menjadi pusat perhatian pasar global minggu ini. Alat CME Fedwatch memperkirakan peluang 96 persen untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh bank sentral. Para pedagang pun akan memantau pernyataan kebijakan terbaru serta konferensi pers Ketua Fed Jerome Powell untuk mencari petunjuk lebih lanjut mengenai arah suku bunga ke depan.
Di Eropa, investor akan mengalihkan perhatian mereka ke Berlin pada hari Senin, di mana mosi percaya akan dilakukan di parlemen. Kanselir Olaf Scholz diperkirakan akan meminta parlemen Jerman untuk menyatakan tidak percaya padanya, yang memungkinkan pemilihan dadakan pada Februari mendatang. Langkah ini diambil setelah koalisi pemerintahannya runtuh bulan lalu.
Rilis data ekonomi yang menonjol pada hari ini meliputi data indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur dan layanan kilat dari Prancis dan Jerman.
Federal Reserve diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 0,25 poin persentase pada Rabu mendatang. Namun, perhatian pelaku pasar akan tertuju pada pernyataan kebijakan terbaru dan konferensi pers Jerome Powell untuk mencari sinyal mengenai langkah berikutnya.
Hingga malam Minggu, harga di pasar berjangka dana Fed menunjukkan kemungkinan 95,3 persen pemangkasan suku bunga pada minggu ini, menurut alat CME FedWatch. Meskipun demikian, para pedagang juga memperkirakan bahwa Fed akan menghentikan siklus pemangkasan suku bunga pada Januari mendatang.
Ini bisa menjadi kabar baik bagi para investor yang masih merasa cemas terhadap arah inflasi yang tidak pasti. Logan Moulton, manajer portofolio di Intelligent Wealth Solutions, menilai inflasi lebih sulit dikendalikan dari yang diperkirakan sebelumnya oleh pejabat Fed, dan ia memperingatkan adanya risiko tekanan inflasi lebih lanjut seiring pemerintahan Trump yang baru.
“Menghadapi tahun 2025, saya kira Fed setidaknya harus berhenti sejenak,” ujar Moulton.(*)