KABARBURSA.COM - Sebagian besar pasar saham Asia turun pada Senin, 16 Desember 2024, menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) yang akan diumumkan minggu ini. Di sisi lain, saham-saham China juga merosot setelah data penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan menambah kekhawatiran baru mengenai ekonomi terbesar kedua di dunia.
The Fed AS diperkirakan akan menurunkan suku bunga utama sebesar 25 basis poin pada Rabu, 18 Desember 2024. Namun, pasar tampak berhati-hati terhadap proyeksi suku bunga jangka panjang, mengingat inflasi yang masih menjadi perhatian utama bagi bank sentral AS.
Futures indeks saham AS bergerak datar pada perdagangan Asia, dengan Wall Street juga berada dalam mode menunggu. Investor cenderung berhati-hati menjelang pertemuan Fed, meskipun indeks saham AS telah mendekati level tertinggi sepanjang masa.
Seperti dilansir Reuters, saham China mengalami tekanan setelah data yang dirilis menunjukkan adanya kelemahan dalam penjualan ritel. Indeks Shanghai Composite China sempat menghapus kenaikan awalnya, dan akhirnya turun 0,1 persen. Sementara itu, indeks Shanghai Shenzhen CSI 300 juga mencatatkan penurunan 0,4 persen, dan indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,8 persen.
Produksi industri China tumbuh sesuai ekspektasi pada bulan November, didorong oleh langkah-langkah stimulus terbaru dari Beijing yang mendukung aktivitas bisnis. Namun, penjualan ritel China jauh di bawah perkiraan, yang mencerminkan kelemahan yang terus berlanjut dalam belanja konsumen. Data ini menambah kecemasan mengenai ketidakmerataan pemulihan ekonomi China, dengan sektor industri menunjukkan pertumbuhan sementara sektor konsumsi masih tertekan.
Data penjualan ritel yang mengecewakan semakin meredam sentimen pasar Asia, menegaskan kekhawatiran akan pemulihan ekonomi China yang lambat dan tidak merata. Kekhawatiran ini semakin diperburuk oleh ketidakpastian global dan menambah kehati-hatian menjelang pertemuan Fed minggu ini.
Di Jepang, saham-saham mengalami sedikit perubahan. Indeks Nikkei 225 hampir tidak bergerak, sementara TOPIX sedikit turun menjelang pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) yang dijadwalkan minggu ini. BOJ diperkirakan akan mempertahankan suku bunga saat ini, karena pejabat bank sentral mencari lebih banyak waktu untuk mengevaluasi risiko global dan prospek pertumbuhan upah pada tahun 2024. Ini bertentangan dengan ekspektasi sebelumnya yang memperkirakan adanya kenaikan suku bunga.
Dua indeks pada Wall Street yakni Nasdaq Composite ditutup pada level tertinggi sepanjang masa, sementara S&P 500 juga mengalami kenaikan pada perdagangan Senin, 16 Desember 2024.
Seperti dikutip dari Reuters, Nasdaq Composite mencatatkan lonjakan signifikan, naik 247,17 poin atau 1,24 persen, mencapai 20.173,89. S&P 500 naik 22,99 poin atau 0,38 persen, menjadi 6.074,08. Di sisi lain, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 110,58 poin atau 0,25 persen, menjadi 43.717,48.
Sementara S&P 500 mengakhiri tren kenaikan tiga minggu berturut-turut pada minggu lalu, Nasdaq mencatatkan kenaikan empat minggu berturut-turut. Dow, di sisi lain, mengalami penurunan selama delapan sesi berturut-turut, yang merupakan streak penurunan harian terpanjang sejak Juni 2018.
Penguatan pasar ini terjadi di tengah penilaian investor terhadap data ekonomi terbaru dan harapan terhadap keputusan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan pada akhir pekan ini.
Investor terutama memperhatikan arah suku bunga, dengan pasar hampir sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir pertemuan kebijakan dua hari The Fed yang dimulai pada Selasa, 17 Desember 2024. Alat FedWatch dari CME menunjukkan peluang 95,4 persen untuk pemangkasan tersebut.
“Mungkin pasar sedikit oversold minggu lalu, dan dengan kemungkinan hampir 100 persen bahwa Fed akan melakukan pemangkasan pada hari Rabu, satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah seperti apa retorika yang akan digunakan, apa saja catatan yang akan diberikan kepada investor mengenai panduan ke depan,” kata Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research di New York.
“Kemungkinan besar ini akan menjadi pemangkasan yang hawkish, artinya mereka akan memangkas suku bunga tetapi Fed akan berbicara tentang ketergantungan mereka pada data dan sebagai hasilnya, kemungkinan akan ada pemangkasan yang lebih sedikit tahun depan dibandingkan yang diperkirakan orang,” imbuh Stovall.
Di sektor ekonomi, data terbaru dari S&P Global menunjukkan bahwa indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur flash turun menjadi 48,3 pada bulan ini, lebih rendah dari perkiraan 49,8 dan angka sebelumnya 49,7 pada bulan November.
Indikator produksi pabrik juga mencapai level terendah sejak Mei 2020, mencerminkan prospek yang lebih suram terkait tarif yang lebih tinggi yang diperkirakan akan meningkatkan biaya bahan baku impor pada tahun depan. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.