KABARBURSA.COM - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengembangkan sebuah skema yang melibatkan kerja sama dengan aplikasi ojek online soal kepemilikan rumah. BTN tengah merancang sebuah mekanisme, di mana pendapatan harian pengemudi akan dipotong oleh aplikator dan secara otomatis dialokasikan ke tabungan khusus untuk pembelian rumah.
BTN saat ini tengah mengambil langkah strategis untuk meningkatkan akses pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi pekerja di sektor informal.
Dengan target ambisius untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan dari 9,7 persen menjadi 20 persen pada tahun 2025, BTN tengah merancang berbagai skema inovatif untuk menjangkau kelompok pekerja yang tidak memiliki penghasilan tetap, seperti kurir, pengemudi ojek online (ojol), dan pelaku usaha mikro.
Langkah ini bertujuan untuk memberikan solusi konkret atas tantangan kepemilikan rumah yang selama ini menjadi hambatan bagi pekerja sektor informal.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen BTN untuk mendorong inklusi keuangan di bidang perumahan, khususnya bagi kelompok masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses ke layanan perbankan konvensional.
Dalam peringatan HUT ke-48 KPR BTN, di Jakarta, Minggu, 15 Desember 2024, Nixon menyoroti pentingnya inovasi untuk memungkinkan pekerja sektor informal menabung secara konsisten sebagai modal awal untuk mendapatkan akses KPR. Salah satu pendekatan yang menjadi prioritas BTN adalah menjalin kemitraan dengan asosiasi profesi dan platform digital.
Salah satu skema yang tengah dikembangkan melibatkan kerja sama dengan aplikasi ojek online. BTN merancang mekanisme di mana pendapatan harian pengemudi yang mengikuti program ini akan dipotong oleh aplikator dan secara otomatis dialokasikan ke tabungan khusus untuk pembelian rumah.
Pendekatan ini memungkinkan BTN mengukur kemampuan keuangan pekerja sektor informal melalui pola menabung mereka, bukan berdasarkan gaji tetap yang memang tidak dimiliki oleh kelompok ini. Setelah tabungan mencapai ambang tertentu, BTN akan melanjutkan proses akad kredit untuk pembelian rumah.
Selain itu, BTN juga berencana mengadopsi pendekatan serupa untuk pekerja di asosiasi profesi tertentu, seperti tukang cukur yang tergabung dalam Asosiasi Tukang Cukur Asgar.
Pola pemotongan pendapatan harian yang langsung masuk ke tabungan memberikan fleksibilitas kepada pelaku sektor informal dalam membangun kemampuan keuangan tanpa harus melalui persyaratan ketat yang biasanya diberlakukan pada sektor formal.
Program ini diharapkan menjadi katalisator yang mampu mengubah dinamika kepemilikan rumah di kalangan pekerja sektor informal. Dengan adanya tabungan yang terakumulasi secara konsisten, BTN tidak hanya memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki rumah, tetapi juga mendorong budaya menabung sebagai bagian dari inklusi keuangan.
Melalui langkah-langkah ini, BTN tidak hanya memberikan solusi inovatif bagi tantangan kepemilikan rumah, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan pekerja informal di Indonesia.
Target ambisius untuk meningkatkan porsi sektor informal dalam pembiayaan KPR menjadi 20 persen pada 2025 menunjukkan bahwa BTN tidak hanya berfokus pada profitabilitas, tetapi juga pada misi sosial yang lebih besar.
Strategi ini mempertegas peran BTN sebagai pemimpin dalam pembiayaan perumahan sekaligus motor penggerak pemerataan akses ke hunian layak di seluruh lapisan masyarakat.
Sementara itu, BTN berhasil mencatat kinerja positif hingga kuartal III-2024 dengan penyaluran kredit mencapai Rp356,1 triliun, tumbuh 11,9 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini melampaui rata-rata industri perbankan nasional yang berada di angka 10,9 persen.
Nixon LP Napitupulu mengakui bahwa tahun 2024 penuh tantangan, termasuk stagnasi konsumsi rumah tangga dan penurunan daya beli masyarakat. Namun, BTN berhasil menjaga pertumbuhan kredit sesuai target di kisaran 10-11 persen untuk tahun ini.
Nixon menegaskan bahwa fungsi intermediasi BTN tetap optimal, menunjukkan komitmen bank dalam mendorong perekonomian dan menyediakan akses pinjaman bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah.
Pertumbuhan kredit BTN didorong oleh tingginya permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), khususnya KPR Subsidi. Indonesia masih menghadapi kebutuhan perumahan yang besar, dengan 24,6 juta rumah tidak layak huni dan backlog kepemilikan rumah mencapai 9,9 juta unit.
Hingga September 2024, BTN menyalurkan KPR Subsidi sebesar Rp172,7 triliun, meningkat 9,5 persen dibanding tahun lalu. Menariknya, 75 persen debitur KPR Subsidi BTN adalah generasi milenial berusia 21 hingga 35 tahun, menunjukkan bahwa kalangan muda masih memandang rumah sebagai kebutuhan utama.
Selain itu, BTN melihat prospek cerah di sektor KPR Non Subsidi, dengan permintaan tinggi dari segmen Emerging Affluent yang mencari KPR dengan nilai di atas Rp750 juta. Hingga Oktober 2024, BTN mengoperasikan sembilan Sales Center, termasuk di kawasan menengah ke atas di Jakarta seperti Pantai Indah Kapuk, Pondok Indah, dan Cibubur.
Nasabah di Sales Center memiliki saldo tabungan rata-rata tiga kali lipat lebih besar dibanding nasabah Non Subsidi biasa, dan lebih dari 20{9aa1bb259712806fa89468ca095aa3419cf9105023fc9dc50e5829db57ca82d5} penyaluran KPR Non Subsidi BTN berasal dari Sales Center. BTN berencana menambah jumlah Sales Center menjadi 15 kantor hingga akhir 2025.
Di segmen kredit bermargin tinggi, BTN mencatat pertumbuhan 20,1 persen menjadi Rp15,9 triliun pada September 2024. Kredit Usaha Rakyat (KUR) mengalami lonjakan 68,1 persen, sementara Kredit Ringan (KRING) dan Kredit Agunan Rumah (KAR) juga tumbuh signifikan. Seiring peningkatan penyaluran kredit, BTN tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam mengelola risiko.(*)