KABARBURSA.COM - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengumumkan rencana pembagian dividen sebesar Rp135 per lembar dengan total nilai mencapai antara Rp20,34 triliun hingga Rp20,46 triliun.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Jakarta, Senin, 16 Desember 2024, Agustya Hendy Bernadi, Corporate Secretary, menyampaikan, penetapan angka ini didasarkan pada laporan keuangan per 30 September 2024, yang mencatat laba bersih sebesar Rp45,06 triliun.
Dari total laba tersebut, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya mencapai Rp220,31 triliun, dengan total ekuitas sebesar Rp329,47 triliun.
BBRI telah menetapkan jadwal pembagian dividen interim sebagai berikut:
Langkah pembagian dividen interim ini mencerminkan optimisme BBRI terhadap prospek bisnisnya di masa depan. Dengan laba bersih yang kuat serta cadangan ekuitas yang besar, BBRI terus memperkuat posisinya sebagai bank terdepan di Indonesia.
Selain memberikan nilai tambah kepada pemegang saham, keputusan ini juga menjadi bukti kepercayaan diri perusahaan terhadap stabilitas keuangan dan potensi pertumbuhan di tahun-tahun mendatang.
Melalui aksi korporasi ini, BBRI tidak hanya memenuhi ekspektasi investor, tetapi juga memperkuat citranya sebagai institusi yang mampu menjaga keseimbangan antara profitabilitas dan kontribusi bagi pemegang saham.
BBRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp45,06 triliun pada kuartal III 2024, mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp43,99 triliun. Peningkatan ini mencerminkan pertumbuhan laba bersih sebesar 2,5 persen secara tahunan (yoy). Dengan hasil ini, laba bersih per saham tercatat setara dengan Rp300,43 per lembar saham.
BBRI mencatat pendapatan (revenue) sebesar Rp 148,8 triliun dalam periode 9M24, meningkat 12,8 persen dibandingkan periode 9M23 yang mencapai Rp131,9 triliun. EBITDA juga mengalami kenaikan sebesar 5,1 persen, mencerminkan efisiensi operasional perusahaan yang kuat.
Angka tersebut melampaui laba yang dicatatkan oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp42,7 triliun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp41,1 triliun, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mencatatkan laba sebesar Rp16,3 triliun.
Menurut riset yang dilakukan oleh RHB Sekuritas, saham BBRI kini diperdagangkan dengan valuasi yang sangat menarik, terutama jika dibandingkan dengan rata-rata valuasi PBV (Price to Book Value) lima tahun terakhir.
Pendekatan valuasi lain yang digunakan, yakni PER (Price Earnings Ratio), juga menunjukkan bahwa saham BBRI masih lebih murah, hampir mencapai -1 standar deviasi, sama halnya dengan BBCA. Sedangkan BBNI berada di -0,25 standar deviasi dan BMRI masih di angka rata-rata.
RHB juga mencatat bahwa meskipun saham bank besar di Indonesia sebelumnya mengalami kenaikan yang signifikan hingga mencapai +2 standar deviasi, menunjukkan adanya ekspektasi terhadap peningkatan Return on Equity (ROE), saat ini likuiditas masih menjadi tantangan utama.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menunjukkan performa positif dalam perdagangan hari ini, Senin, 16 Desember 2024, dengan kenaikan sebesar 1,92 persen atau bertambah 80 poin. Harga saham BBRI ditutup pada level Rp4.250 per saham, naik dibandingkan harga penutupan sebelumnya di Rp4.170.
Pada awal perdagangan, saham BBRI dibuka di Rp4.150 dan bergerak di kisaran harga Rp4.150 hingga Rp4.280. Level tertinggi hari ini mendekati batas atas harga harian atau Auto Rejection Atas (ARA) sebesar Rp5.200, sedangkan level terendahnya berada di Rp4.150.
Volume perdagangan saham BBRI mencapai 181,06 juta lot, dengan nilai transaksi mencapai Rp760,9 miliar. Rata-rata harga yang terbentuk hari ini tercatat di Rp4.203 per saham. Secara umum, aktivitas perdagangan saham BBRI hari ini berada di atas rata-rata volume harian yang mencapai 246,32 juta lot.
Kenaikan harga saham BBRI mencerminkan sentimen positif dari pelaku pasar terhadap fundamental perusahaan. Laporan kinerja keuangan BBRI yang kuat hingga kuartal III 2024, dengan laba bersih mencapai Rp45,06 triliun, memberikan dukungan signifikan terhadap pergerakan saham ini. Selain itu, margin keuntungan bersih (net margin) yang berada di level 30,3 persen menegaskan efisiensi operasional perusahaan. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.