KABARBURSA.COM - Sejumlah direksi dan komisaris PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) melakukan pembelian besar-besaran atas saham perseroan. Total sebanyak 2.744.573 lembar saham atau setara dengan 2,74 juta saham, telah dibeli dalam transaksi yang berlangsung pada 9-10 Desember 2024.
Berdasarkan keterbukaan informasi, pembelian saham dilakukan dengan harga tetap, yaitu Rp5.960 per saham. Dengan skema harga tersebut, para petinggi perusahaan ini menggelontorkan dana hingga Rp16,35 miliar.
Berikut adalah rincian transaksi yang dilakukan oleh para direksi dan komisaris tersebut:
1. Susanti (Direktur): Pada 9 Desember 2024, ia membeli 22.700 saham dengan total nilai transaksi sebesar Rp135,29 juta.
2. Priyadi (Direktur): Pada 10 Desember 2024, Priyadi membeli 207.108 lembar saham senilai Rp1,23 miliar.
3. Julius Aslan (CEO): Pada 10 Desember 2024, ia mengakuisisi 2,5 juta lembar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp14,93 miliar.
4. Primus Dorimulu (Komisaris): Pada 9 Desember 2024, ia membeli 8.500 saham senilai Rp50,66 juta.
Transaksi pembelian saham ini dilakukan melalui pelaksanaan hak membeli saham dalam rangka penawaran umum oleh pemegang saham yang difasilitasi oleh Alamtri Resources Indonesia.
Corporate Secretary Adaro Andalan, Ray Aryaputra, menjelaskan bahwa aksi ini merupakan bagian dari upaya investasi para petinggi perusahaan.
“Transaksi ini dilakukan untuk tujuan investasi,” ujarnya.
Langkah para petinggi perusahaan ini seolah mengikuti jejak besar Garibaldi Thohir, yang lebih dikenal dengan sapaan Boy Thohir.S ebagai pengendali utama, Boy Thohir juga melakukan pembelian besar-besaran sebanyak 450,36 juta saham pada 9 Desember 2024.
Dengan harga yang sama, Rp5.960 per saham, nilai transaksi Boy mencapai Rp2,68 triliun. Setelah transaksi ini, Boy Thohir memegang 450,36 juta saham perseroan atau setara 5,78 persen dari total kepemilikan saham.
Selain itu, Adaro Strategic Investments, salah satu entitas pengendali Adaro Andalan, juga membeli 3,2 miliar saham senilai Rp19,07 triliun.
Pascatransaksi tersebut, kepemilikan saham Adaro Strategic meningkat menjadi 41,1 persen dari total saham perseroan.
Langkah strategis ini menunjukkan optimisme yang kuat dari para pemegang saham utama terhadap prospek bisnis Adaro Andalan di masa mendatang.
Sejak IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham AADI (PT Adaro Andalan Indonesia Tbk), memang selalu menarik perhatian. Tidak hanya investor, Boy Thohir pun menaruh minat tinggi pada saham ini.
Apa yang dilakukan oleh Garibaldi Thohir atau yang lebih dikenal dengan Boy Thohir, mencuri perhatian. Dalam transaksinya, Boy berhasil membeli sekitar 450,36 juta saham AADI senilai total Rp2,68 triliun.
Hasil dari transaksi ini adalah Boy kini memegang kendali atas 5,78 persen saham AADI. Artinya, saat ini ia memungkinkan untuk terlibat lebih jauh dalam manajemen perusahaan tersebut bersama PT Adaro Strategic Investment (ASI).
Dalam keterbukaan informasi yang dipublikasi pada Jumat, 13 Desember 2024, diketahui, ASI juga ikut melakukan pembelian yang sangat besar, yaitu mencapai 3,2 miliar saham AADI atau setara dengan Rp19,07 triliun. Dengan pembelian ini, maka ASI menjadi pemegang saham utama AADI dengan proporsi 41,10 persen saham.
Selain para pemegang saham utama, jajaran direksi dan komisaris AADI juga tidak ketinggalan dalam memanfaatkan kesempatan ini untuk menambah kepemilikan saham mereka. Direktur Utama AADI Julius Aslan, membeli sebanyak 2,5 juta saham, sementara Direktur AADI lainnya, Priyadi, menambah 207.108 saham. Komisaris AADI, Primus Dorimulu, juga turut serta dengan membeli 8.500 saham.
PUPS yang dilaksanakan AADI merupakan lanjutan dari langkah sebelumnya, yaitu penawaran umum perdana saham (IPO). Melalui PUPS ini, ADRO menawarkan seluruh saham yang dimilikinya, yang semula mencapai sekitar 7 miliar saham, kepada para pemegang sahamnya yang tercatat per 29 November 2024.
Dengan harga penawaran Rp5.960 per saham, proses ini menjadi bagian dari upaya ADRO untuk memisahkan pilar bisnis batubara termalnya dari sektor-sektor lain yang berfokus pada keberlanjutan, termasuk dalam industri mineral dan energi hijau.
Melihat besarnya nilai transaksi dan perubahan besar dalam struktur kepemilikan saham ini, PUPS AADI memegang peranan penting dalam langkah strategis bagi masa depan perusahaan.
Selain itu, aksi ini menunjukkan upaya perusahaan dalam menciptakan sinergi yang lebih efektif antara sektor-sektor bisnis yang berbeda, yang pada akhirnya dapat mendukung tumbuhnya perusahaan dalam jangka panjang, di tengah dinamika ekonomi dan industri yang semakin berkembang.
IPO AADI ini memberikan peluang menarik tidak hanya bagi investor jangka pendek yang fokus pada fluktuasi harga saham, tetapi juga bagi mereka yang ingin melihat nilai lebih melalui analisis fundamental dalam jangka panjang.
Salah satu faktor utama yang menjadi daya tarik bagi investor adalah potensi dividen yield yang sangat menarik, diperkirakan mencapai sekitar 17 persen, sebuah angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan perusahaan tambang batu bara lainnya di Indonesia.
Dilihat dari sisi valuasi, meskipun proyeksi laba bersih AADI diperkirakan akan mengalami penurunan pada tahun 2025 akibat hilangnya keuntungan sekali pakai dari penjualan anak usaha, perusahaan diperkirakan masih memiliki potensi besar untuk meningkatkan nilainya.
AADI, yang saat ini tercatat dengan valuasi IPO yang relatif rendah—hanya sekitar 2,9 kali Price-to-Earnings (P/E) berdasarkan proyeksi laba 2025—memiliki ruang untuk re-rating atau pemulihan nilai perusahaan. Dengan berbagai asumsi konservatif dan wajar, harga saham AADI berpotensi meningkat hingga 9.650 rupiah per saham, yang berarti kenaikan sebesar 74 persdn dari harga IPO.
Selain itu, bila perusahaan dapat mencapai level P/E yang lebih tinggi, seperti rata-rata historis yang dimiliki oleh perusahaan induknya, Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), atau bahkan mendekati valuasi PT Bukit Asam Tbk (PTBA), maka harga saham AADI bisa melonjak hingga Rp13.525 per saham—sebuah kenaikan signifikan sebesar 144 persen dari harga saat IPO.
Yang lebih menarik, meskipun profit perusahaan diperkirakan tidak akan tumbuh signifikan, dividen yield yang bisa diperoleh investor sangat menggiurkan. Dengan asumsi perusahaan mempertahankan rasio pembagian dividen (Dividend Payout Ratio atau DPR) sekitar 50 persen, yang merupakan rata-rata DPR ADRO dalam tiga tahun terakhir, AADI dapat membagikan dividen sekitar Rp966 per saham pada tahun buku 2025. Dengan harga IPO Rp5.550, ini menghasilkan dividen yield hampir mencapai 17 persen, angka yang sangat tinggi di sektor batu bara.
Meskipun manajemen perusahaan telah menyatakan dalam prospektus bahwa mereka berencana membagikan dividen dengan DPR sebesar 45 persen, proyeksi DPR 50 persen dinilai tidak terlalu agresif mengingat perusahaan belum memiliki rencana belanja modal yang besar dalam waktu dekat.
Oleh karena itu, AADI tetap memiliki ruang yang cukup besar untuk meningkatkan pembayaran dividen sambil tetap mempertahankan ketahanan finansial untuk melakukan ekspansi jika diperlukan, termasuk pengembangan dua tambang batu bara mereka, Pari Coal dan Ratah Coal.
Potensi untuk AADI beralih menjadi salah satu pemain utama dengan dividen yield yang sangat menarik adalah berdasarkan pada sejumlah faktor, termasuk prospek stabilitas harga batu bara yang diperkirakan tidak akan mengalami penurunan signifikan dalam waktu dekat.
Selain itu, volume penjualan batu bara yang diperkirakan akan tumbuh modestly, meskipun sedikit turun pada 2024, memberikan stabilitas bagi prospek pendapatan AADI di masa depan.
Secara keseluruhan, meskipun sebagian besar perhatian pasar terfokus pada perdagangan jangka pendek pasca-IPO, banyak yang beranggapan bahwa AADI memiliki potensi jangka panjang yang kuat, terutama untuk investor yang ingin menikmati dividen stabil dari sektor batu bara yang relatif tidak terlalu terpengaruh oleh ketidakpastian global. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.