Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham Bank Besar Masih Potensial Kasih Cuan di 2025

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 15 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Saham Bank Besar Masih Potensial Kasih Cuan di 2025

KABARBURSA.COM - Saham bank-bank besar di Indonesia, seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), diprediksi masih memiliki potensi keuntungan yang besar pada 2025 meskipun mengalami penurunan harga belakangan ini, dipengaruhi oleh aksi jual masif oleh pemodal asing.

Berdasarkan riset dari Verdhana, yang dikutip Minggu, 15 Desember 2024, saham-saham ini masih bisa mencatatkan potensi cuan hingga 51 persen pada tahun depan.

Meskipun tantangan ekonomi makro masih berat, Verdhana melihat prospek yang optimistis untuk sebagian besar bank di Indonesia dalam mencetak laba bersih yang lebih tinggi. Likuiditas memang masih ketat, dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) 10 bank besar yang mencapai 88 persen. Namun, tantangan dari bank-bank kecil diharapkan tidak akan terlalu signifikan, yang memungkinkan bank-bank besar untuk mempertahankan pertumbuhan kredit yang berkualitas.

Beberapa bank besar Indonesia, seperti Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Central Asia (BBCA), memperkirakan pertumbuhan kredit mereka pada 2025 akan lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pencapaian kinerja kredit yang sudah melampaui rata-rata industri per Oktober 2024.

Meskipun demikian, Verdhana memproyeksikan bahwa Net Interest Margin (NIM) bank-bank besar Indonesia diperkirakan akan tetap stabil pada tahun depan, yang dapat mendongkrak laba bersih mereka.

Ekspektasi stabilitas biaya kredit menjadi salah satu faktor pendukung dalam proyeksi ini.

Rekomendasi Saham dan Target Harga

Verdhana memberikan rekomendasi beli untuk beberapa saham bank besar di Indonesia dengan target harga yang menjanjikan keuntungan yang signifikan.

BBCA (Bank Central Asia)

Rekomendasi beli dengan target harga Rp13.200, yang menunjukkan potensi kenaikan harga sebesar 31 persen dari harga saham terakhir, yang tercatat di Rp10.050. Target harga tersebut mencerminkan harga buku atau Price to Book Value (PBV) 2025 sebesar 5,4 kali dan Price to Earnings Ratio (PER) 26,9 kali. Risiko penurunan harga BBCA terutama terkait dengan potensi pelambatan ekonomi, likuiditas yang lebih ketat, serta kenaikan biaya kredit dan operasional yang tinggi.

BMRI (Bank Mandiri)

Rekomendasi beli dengan target harga Rp8.450, yang mencerminkan potensi kenaikan 40 persen dari harga terakhir. Target harga BMRI tersebut mencerminkan PBV 2,5 kali dan PER 12,4 kali.

BBRI (Bank Rakyat Indonesia)

Rekomendasi beli dengan target harga Rp6.300, memberikan potensi cuan 51 persen dari harga terakhir. Target harga ini didasarkan pada PBV 2,9 kali dan PER 14,8 kali.

BBNI (Bank Negara Indonesia)

Rekomendasi beli dengan target harga Rp6.600, yang mencerminkan potensi kenaikan harga sebesar 39{9aa1bb259712806fa89468ca095aa3419cf9105023fc9dc50e5829db57ca82d5} dari harga saham terakhir. Target harga BBNI tersebut mencerminkan PBV 1,4 kali dan PER 10,7 kali.

Verdhana tetap melihat saham-saham bank besar Indonesia sebagai peluang investasi yang menarik dengan prospek positif untuk tahun 2025 meskipun dalam kondisi makro ekonomi yang penuh tantangan. Adapun risiko terkait pelambatan ekonomi dan perubahan likuiditas masih perlu diperhatikan oleh para investor sebelum mengambil keputusan.

OJK Optimis Kinerja Perbankan Positif di 4Q24

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menegaskan bahwa OJK terus memantau dan mengawasi kinerja perbankan melalui berbagai instrumen, salah satunya Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) yang dilakukan setiap triwulan.

Pada SBPO triwulan IV-2024, yang melibatkan 93 bank sebagai responden, Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) tercatat di angka 66, menunjukkan optimisme tinggi terhadap kinerja sektor perbankan.

Faktor utama yang mendorong optimisme ini adalah ekspektasi peningkatan kondisi ekonomi domestik, proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), dan kemungkinan penurunan suku bunga BI-Rate.

“PDB yang diperkirakan cukup baik didorong oleh konsumsi masyarakat yang meningkat selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru),” kata Dian, Senin, 25 November 2024.

Selain itu, belanja pemerintah dalam rangka Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada November 2024 dinilai memberikan dampak positif. Kampanye calon kepala daerah meningkatkan aktivitas ekonomi lokal, peredaran uang, serta lapangan kerja sementara.

Meskipun optimisme tinggi, sektor perbankan tetap menghadapi risiko terkendali. Indeks Persepsi Risiko (IPR) berada di level 55, menunjukkan risiko kredit dan pasar masih dalam batas yang dapat dikelola. Selain itu, stabilitas likuiditas juga diperkirakan terjaga, dengan penurunan biaya dana (cost of funds) yang diharapkan mendukung rentabilitas bank.

Sementara, Dana Pihak Ketiga (DPK) diprediksi tumbuh seiring perbaikan ekonomi, memperkuat penyaluran kredit. Kualitas kredit juga diharapkan meningkat, mendukung kinerja bank secara keseluruhan.

OJK optimistis kinerja perbankan pada triwulan IV-2024 akan tetap positif, ditopang pertumbuhan ekonomi yang stabil dan meningkatnya permintaan kredit masyarakat.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.