Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Trump Effect, Kripto Indonesia Naik Pesat 43,87 Persen

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 14 December 2024 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Redaksi
Trump Effect, Kripto Indonesia Naik Pesat 43,87 Persen

KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah investor kripto di Indonesia meningkat sebesar 1,69 persen menjadi 21,63 juta investor pada Oktober 2024, dibandingkan 21,27 juta investor pada bulan sebelumnya. Peningkatan ini diyakini dipicu oleh terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47, yang dikenal sebagai pendukung sektor kripto.

"Pada periode yang sama, nilai transaksi kripto melonjak 43,87 persen dari Rp 33,67 triliun di September menjadi Rp48,44 triliun pada Oktober 2024. Hal ini sejalan dengan dinamika ekonomi global dan kemenangan Trump yang membuat sentimen investor kripto menjadi bullish," ujar Hasan Fawzi, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) di Jakarta, Jumat, 13 Desember 2024.

Sepanjang tahun 2024, nilai transaksi aset kripto domestik mengalami lonjakan signifikan. Hingga Oktober 2024, total transaksi mencapai Rp475,13 triliun, naik 352,85 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Hasan menambahkan, kemenangan Trump memberikan dampak besar terhadap pasar kripto. Trump dianggap lebih mendukung perkembangan mata uang digital dibandingkan rivalnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris.

"Kondisi bullish ini mencerminkan aktivitas pasar yang sangat aktif, didorong oleh optimisme terhadap kebijakan Trump yang pro-bisnis," jelas Hasan.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyoroti tren pasar saham yang bullish di AS pasca-kemenangan Trump. Ia menyebut pasar saham meningkat, namun diikuti kenaikan imbal hasil (yield) obligasi dan defisit anggaran.

"Kita lihat kebijakan Trump dianggap bullish dari sisi bisnis, sehingga pasar saham naik, tetapi defisit dan utang juga ikut naik, menyebabkan yield obligasi meningkat," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA Edisi Desember, Rabu, 11 Desember 2024.

Harga Bitcoin Diproyeksikan Naik

Bitcoin (BTC) diproyeksikan memiliki peluang besar menembus level baru seiring laporan Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat. Data terbaru mencatat indeks CPI November 2024 berada di angka 315,493, meningkat 2,7 persen dari posisi Oktober sebesar 2,6 persen.

CEO Indodax, Oscar Darmawan, menyebut data CPI yang sesuai ekspektasi menjadi angin segar bagi pasar keuangan, termasuk aset kripto. “Jika data ekonomi terus mendukung dan kebijakan moneter global tetap kondusif, Bitcoin berpotensi mencetak rekor tertinggi baru,” ujar Oscar dalam pernyataan resminya di Jakarta, Sabtu 14 Desember 2024.

Optimisme tersebut juga diperkuat oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed). Menurut Oscar, sinyal kebijakan moneter yang lebih akomodatif dapat menjadi katalis positif bagi pergerakan Bitcoin dan aset kripto lainnya di masa depan.

Oscar menambahkan, kenaikan harga Bitcoin belakangan ini turut mencerminkan meningkatnya minat dari investor institusional. “Investor institusional mulai mengakui peran Bitcoin dalam portofolio mereka, yang mengindikasikan pergeseran pandangan terhadap pasar keuangan tradisional,” ujarnya.

Pada 12 September 2024, harga Bitcoin berada di kisaran 100.000 dolar AS, naik sekitar 2,6 persen dalam 24 jam terakhir. Altcoin utama juga mencatatkan penguatan, seperti Ethereum yang melonjak 7,2 persen, XRP naik 4,7 persen, dan Solana menguat 5,2 persen.

Oscar menekankan pentingnya literasi kripto di masyarakat. Menurutnya, semakin banyak orang yang memahami manfaat Bitcoin dan teknologi blockchain, semakin besar potensi adopsi kripto secara luas. “Kesadaran publik yang lebih baik akan mendorong tingkat adopsi secara organik,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mencatat bahwa pemotongan suku bunga oleh The Fed dapat memberikan dorongan tambahan bagi pasar aset berisiko, termasuk Bitcoin. Dengan likuiditas pasar yang meningkat, Bitcoin dinilai memiliki ruang untuk melanjutkan tren penguatan.

Oscar juga menyinggung indikator Fear and Greed Index yang saat ini berada di level 76. “Sentimen greed (keserakahan) di pasar mengisyaratkan optimisme investor. Namun, kita perlu tetap waspada terhadap volatilitas, karena ketika kepercayaan pasar meningkat, beberapa pihak cenderung mengambil keuntungan melalui aksi jual,” imbuhnya.

Jika tren bullish ini berlanjut, Bitcoin diprediksi mampu menembus level psikologis di atas 104.000 dolar AS, melampaui rekor tertinggi yang tercatat pada pekan sebelumnya.

Meski begitu, Oscar menegaskan pentingnya regulasi yang mendukung ekosistem kripto. Ia percaya bahwa regulasi yang jelas dan proaktif dapat menciptakan lingkungan yang sehat bagi pertumbuhan aset digital, baik di Indonesia maupun di kancah global.

OJK Kaji Calon Emiten Kripto yang akan IPO

OJK mengungkap tengah mengkaji sejumlah calon emiten yang berencana melantai di bursa, salah satunya berasal dari industri kripto. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan proses penelaahan sedang berjalan.

“Saat ini kami sedang dalam proses penelaahan beberapa calon emiten, salah satunya bergerak di sektor kripto,” ujar Inarno dalam pernyataan tertulisnya, Sabtu, 14 Desember 2024.

Meski begitu, detail terkait nama perusahaan, jumlah aset, atau nilai penawaran umum (IPO) belum dapat diungkapkan. Informasi tersebut baru akan disampaikan setelah calon emiten mendapatkan izin publikasi untuk memulai proses penawaran awal (bookbuilding). (*)