Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Minyak Dunia Meroket ke Level Tertinggi Tiga Pekan

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 14 December 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Harga Minyak Dunia Meroket ke Level Tertinggi Tiga Pekan

KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah melonjak sekitar 2 persen pada Jumat, 13 Desember 2024, menembus level tertinggi dalam tiga pekan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi sanksi baru terhadap Rusia dan Iran yang dapat memperketat pasokan global, serta potensi pemangkasan suku bunga di Eropa dan Amerika Serikat yang diperkirakan akan mendorong permintaan bahan bakar.

Minyak mentah Brent naik USD1,08 atau 1,5 persen ke USD74,49 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) AS menguat USD1,27 atau 1,8 persen ke USD71,29 per barel. Brent mencatat kenaikan mingguan 5 persen, sementara WTI membukukan kenaikan 6 persen, menjadikannya level tertinggi sejak awal November.

Analis Ritterbusch and Associates menyebutkan kenaikan harga minyak didukung oleh ekspektasi sanksi yang lebih ketat terhadap Rusia dan Iran, dukungan ekonomi dari China, ketegangan politik di Timur Tengah, serta proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed.

Uni Eropa telah menyepakati paket sanksi ke-15 terhadap Rusia, termasuk menargetkan armada kapal tanker bayangan negara tersebut. Langkah serupa juga tengah dipertimbangkan oleh Amerika Serikat. Di sisi lain, Inggris, Prancis, dan Jerman menyampaikan kesiapan mereka kepada PBB untuk menerapkan kembali sanksi internasional terhadap Iran guna mencegah pengembangan senjata nuklir.

Data terbaru menunjukkan impor minyak mentah China, negara pengimpor terbesar dunia, meningkat secara tahunan pada November untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh kilang yang meningkatkan pembelian minyak dari Arab Saudi yang menawarkan harga lebih kompetitif.

Badan Energi Internasional (IEA) meningkatkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global 2025 menjadi 1,1 juta barel per hari, naik dari estimasi sebelumnya sebesar 990 ribu barel. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan stimulus yang diambil oleh China. Namun, permintaan kredit di China tetap lemah, meskipun pemerintah berjanji meluncurkan lebih banyak stimulus ekonomi.

Sementara itu, IEA memprediksi surplus minyak pada 2025, dengan negara-negara non-OPEC+ seperti Argentina, Brasil, Kanada, Guyana, dan AS diperkirakan akan menambah pasokan sebesar 1,5 juta barel per hari. OPEC+ terus menjaga disiplin produksi, dengan Uni Emirat Arab merencanakan pengurangan pengiriman minyak pada awal tahun depan.

Harga minyak Iran ke China juga melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir akibat sanksi AS yang memperketat kapasitas pengiriman. Tekanan terhadap Iran diperkirakan akan meningkat di bawah pemerintahan Presiden AS terpilih Donald Trump, memengaruhi keseimbangan pasar minyak global.

Investor bertaruh pada pemangkasan suku bunga oleh The Fed pekan depan, dengan harapan pemangkasan lanjutan pada tahun mendatang. Di Eropa, empat pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa mendukung langkah serupa jika inflasi tetap berada pada target 2 persen. Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan mendukung permintaan minyak lebih tinggi.

Minyak Mentah RI Turun Dipicu Pelemahan Minyak Dunia

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada November 2024 di angka USD71,83 per barel. Angka ini turun sebesar USD1,70 per barel dibandingkan Oktober yang mencapai USD73,53 per barel. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 373.K/MG.03/DJM/2024 yang diterbitkan pada 10 Desember 2024.

Plt Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Chrisnawan Anditya, menjelaskan penurunan harga minyak global menjadi penyebab utama turunnya ICP. Kondisi tersebut, menurutnya, dapat berdampak signifikan pada perekonomian nasional.

“Perlambatan ekonomi di kawasan Eropa dan Tiongkok telah mengakibatkan penurunan permintaan minyak dunia, memicu efek domino yang cukup kompleks,” ungkap Chrisnawan dalam keterangan resmi yang diterbitkan pada Jumat, 13 Desember 2024.

Kondisi ini tidak hanya memengaruhi penerimaan negara dari sektor minyak, tetapi juga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan instabilitas di pasar energi global. Salah satu faktor utama yang turut mendorong pelemahan harga minyak internasional adalah perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah Lebanon.

Gencatan senjata yang efektif selama 60 hari sejak 26 November 2024 ini mengurangi kekhawatiran pasar akan gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah, penghasil minyak utama dunia.

Chrisnawan menegaskan ketenangan di Timur Tengah akibat perjanjian tersebut telah memberikan tekanan terhadap harga minyak global, seiring meredanya kekhawatiran pasar akan risiko gangguan distribusi dari kawasan tersebut.

Impor 1 Juta Barel Minyak

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya mengungkapkan Indonesia mengimpor minyak sebanyak 1 juta barel per hari. Hal ini terjadi di tengah kebutuhan minyak nasional yang mencapai 1,6 juta barel per hari. “Tantangan utama sektor energi di Indonesia adalah lifting minyak nasional yang saat ini baru mencapai 600.000 barel per hari,” kata Bahlil pada Kamis, 12 Desember 2024.

Ia menyoroti dampak situasi tersebut terhadap perekonomian, khususnya neraca perdagangan, devisa, dan neraca pembayaran. Bahlil pun menekankan hilirisasi menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, sebagaimana diharapkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

“Tidak mungkin pertumbuhan ekonomi dapat dicapai tanpa adanya pemicu. Pemicu tersebut adalah investasi, khususnya di sektor hilirisasi,” ujarnya.

Dalam upaya transisi energi, Bahlil mengatakan pemerintah terus mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti energi fosil. Salah satu langkahnya adalah program konversi motor berbahan bakar minyak menjadi motor listrik.

Program ini diyakini bisa mengurangi konsumsi bahan bakar minyak, mengingat jumlah kendaraan roda dua di Indonesia mencapai 120 juta unit. “Bayangkan berapa banyak minyak yang kita gunakan hanya untuk motor. Inilah yang akan kita ubah melalui konversi,” katanya.(*)