KABARBURSA.COM - Bulan November 2024 menjadi bulan yang cukup berat bagi pasar saham Indonesia, yaitu terjadi penurunan signifikan yang terjadi. Indeks utama pasar saham Indonesia mengalami tekanan, turun 6,07 persen atau berada level 7.114,27 per 29 November 2024.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai penurunan pasar saham tersebut dipengaruhi oleh kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS).
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan meskipun pasar saham melemah, pihaknya tetap akan memantau dampak kebijakan Trump yang diperkirakan akan memengaruhi perekonomian Indonesia di tahun depan.
“Pasar saham domestik per akhir November 2024 melemah 6,07 persen month to date (MtD), mencapai level 7.114,27. Secara year to date (YtD), turun 2,18 persen,” kata Inarno dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK, Jumat, 13 Desember 2024.
Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar saham Indonesia turun 5,48 persen mtd, meskipun secara tahunan mengalami kenaikan 2,87 persen. Investor asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp16,81 triliun, meskipun secara tahunan mereka masih tercatat net buy senilai Rp21,6 triliun.
Di kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar juga mengungkapkan bahwa pelemahan pasar saham Indonesia dipengaruhi oleh kemenangan Trump.
“Investor cenderung menarik dananya dari pasar negara berkembang, yang menyebabkan pelemahan mayoritas pasar emerging market, baik di saham, obligasi, maupun nilai tukar,” ujar Mahendra.
Mahendra menambahkan bahwa kemenangan Trump dan Partai Republik meningkatkan ketegangan dalam perang dagang global, ditambah dengan ketidakstabilan geopolitik di beberapa kawasan, terutama Timur Tengah. Penguatan sektor tenaga kerja dan permintaan domestik AS juga turut memperburuk situasi.
Situasi ini mendorong bank sentral global untuk lebih berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneternya, sehingga ekspektasi terhadap terminal rate suku bunga pun meningkat.
“Di tengah ketegangan geopolitik yang masih tinggi dan potensi dampak rencana proteksionisme perdagangan yang akan dijalankan oleh pemerintahan Trump, OJK terus mencermati perkembangan terkini dan dampaknya terhadap sektor jasa keuangan domestik,” ujar Mahendra.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 6 poin atau turun 0,08 persen ke level 7,388 pada perdagangan Jumat, 13 Desember 2024.
Merujuk data perdagangan RTI Business, sebanyak 151 saham menguat, 85 saham melemah, dan 241 saham stagnan pada pembukaan hari ini.
Sementara mengutip data Stockbit, saham-saham yang berada di lima besar top gainer yakni TRUS (+24,52 persen), SSTM (+21,83 persen), SKBM (+20,53 persen), KLIN (+9,68 persen), dan NINE (+9,43 persen).
Sedangkan saham-saham yang mengalami koreksi paling dalam ialah SAPX (-11,88 persen), OLIV (-9,09 persen), TALF (-8,28 persen), MGLV (-8,16 persen), dan NEST (-6,05 persen).
Di sisi lain, Research Team, PT Reliance Sekuritas Tbk memproyeksikan pergerakan IHSG akan melanjutkan pelemahannya dengan support pada level 7,329 dan resistance pada level 7,459.
“Secara teknikal, candle terakhir IHSG berbentuk black spinning top didukung indikator stochastic dead cross pada area overbought. Ini mengartikan IHSG berpeluang besar melanjutkan penurunannya,” tulis Reliance dalam risetnya.
Di pasar AS, Wall Street melemah pada Jumat, 13 Desember 2024 WIB, setelah laporan inflasi Negeri Paman Sam itu menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan. Saham-saham teknologi, yang sebelumnya mencatat momentum positif, turut tertekan.
Dilansir dari Consumer News and Business Channel Internasional, Nasdaq Composite, indeks yang didominasi saham teknologi, turun 0,66 persen ke 19.902,84, kembali berada di bawah ambang batas 20.000. Indeks S&P 500 ikut melemah 0,54 persen ke 6.051,25, sedangkan Dow Jones Industrial Average terpangkas 234,44 poin atau 0,53 persen ke 43.914,12. Penurunan ini menjadi hari keenam berturut-turut bagi Dow Jones, yang berisi 30 saham unggulan.
Saham teknologi mengalami tekanan signifikan. Nvidia turun lebih dari 1 persen, sementara saham Adobe anjlok 13 persen setelah memproyeksikan prospek yang lebih lemah untuk 2025. Saham Meta Platforms, Alphabet, dan Amazon juga ditutup di zona merah.
Data indeks harga produsen (PPI) menunjukkan kenaikan 0,4 persen pada November, melampaui perkiraan ekonom yang disurvei Dow Jones, yaitu 0,2 persen. Lonjakan PPI mendorong imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir.
Keith Buchanan, manajer portofolio senior di Globalt Investments, mengatakan tren disinflasi memberikan harapan, meskipun progres melambat. “Kami masih di bawah angka 3 persen, tetapi perjalanan menuju target inflasi 2 persen dari The Fed tampak sulit,” ujarnya.
Data perdagangan Fed fund futures menunjukkan peluang hampir 95 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin. “Jika rencana mereka berbeda dari ekspektasi pasar, kita pasti sudah mengetahuinya sekarang,” tambah Buchanan.
Pada Rabu, 11 Desember 2024, Nasdaq sempat mencatat rekor penutupan tertinggi, melampaui 20.000 untuk pertama kalinya. Namun, lonjakan ini terhenti akibat tekanan inflasi dan prospek ekonomi yang tidak menentu. (*)