Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

CPIN dalam Tekanan Biaya dan Kerugian Forex: Saham Recomended Asalkan ....

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 13 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
CPIN dalam Tekanan Biaya dan Kerugian Forex: Saham Recomended Asalkan ....

KABARBURSA.COM - PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mencatat pertumbuhan pendapatan yang solid pada periode sembilan bulan pertama 2024 (9M24), meskipun mengalami tekanan efisiensi operasional dan kerugian valuta asing (forex).

Pendapatan perusahaan tercatat meningkat sebesar 5,50 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp49,72 triliun. Sayangnya, laba bersih turun sebesar 10,78 persen YoY menjadi Rp2,39 triliun dengan margin laba bersih menurun dari 5,68 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 4,8 persen pada sembilan bulan pertama di tahun 2024.

Penurunan efisiensi ini juga tercermin dari margin laba kotor yang merosot dari sedalam 14,67 persen pada 9M23 menjadi 14,03 perseb di 9M24.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan tekanan laba CPIN adalah lonjakan kerugian forex sebesar 773 persen YoY menjadi Rp72 miliar. Selain itu, beban keuangan meningkat 2,26 persen YoY menjadi Rp550,38 miliar, dan pendapatan operasional lainnya hampir terpangkas separuh menjadi Rp99,53 miliar, turun 45,38 persen YoY.

Beban pokok penjualan yang naik 2,82 persen YoY menjadi Rp42,74 triliun juga memberikan kontribusi pada penurunan margin. Di antara komponen utama beban ini, biaya bahan baku hanya meningkat sebesar 1,61 persen YoY menjadi Rp34,93 triliun, namun biaya overhead pabrik dan deplesi melonjak hampir dua digit sebesar 9,78 persen YoY, mencapai Rp5,66 triliun.

Di sisi positif, likuiditas perusahaan menunjukkan perbaikan yang signifikan. Kas dan setara kas CPIN melonjak 41,79 persen sejak awal tahun (YTD) menjadi Rp3,3 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh arus kas operasi yang positif sebesar Rp2,07 triliun, meskipun arus kas investasi mengalami defisit Rp703,34 miliar dan arus kas pembiayaan negatif sebesar Rp280,6 miliar.

Perusahaan juga berhasil mengurangi liabilitas jangka pendeknya sebesar 9,09 persen YTD, meskipun pembayaran pinjaman bank jangka pendek hampir dua kali lipat, meningkat 83,33 persen YoY menjadi Rp5,23 triliun. Dengan peningkatan likuiditas ini, rasio lancar CPIN membaik menjadi 2,06 kali, lebih tinggi dibandingkan 1,97 kali pada 9M23.

Secara keseluruhan, meskipun CPIN menghadapi tantangan dari sisi efisiensi dan kenaikan beban operasional, kekuatan neraca dan perbaikan likuiditas menjadi titik terang. Kas yang lebih tinggi dan penurunan liabilitas jangka pendek mencerminkan manajemen keuangan yang baik di tengah kondisi operasi yang menantang.

Upaya perusahaan untuk menjaga likuiditas dan memitigasi tekanan leverage menunjukkan prospek yang menjanjikan, meskipun diperlukan strategi lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Fundamental Saham CPIN

Dalam menganalisis performa keuangan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), pendekatan Warren Buffett, yang sangat berfokus pada kualitas bisnis dan valuasi yang masuk akal, memberikan wawasan yang relevan untuk mengevaluasi kondisi dan prospek perusahaan ini.

Warren Buffett terkenal dengan pendekatan "value investing"-nya, yang lebih memerhatikan nilai intrinsik perusahaan daripada hanya menganalisis harga saham jangka pendek. Beberapa aspek kunci yang dapat diambil dari analisis data ini mencakup kinerja keuangan perusahaan, solvabilitas, dan valuasi saham.

Dalam hal kinerja, CPIN menunjukkan pencapaian pendapatan yang positif meskipun ada tekanan terhadap laba. Pendapatan perusahaan pada sembilan bulan pertama 2024 (9M24) tercatat meningkat 5,50 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp49,72 triliun, menunjukkan bahwa perusahaan tetap berhasil menumbuhkan top-line-nya dalam periode yang menantang. Namun, laba bersih mengalami penurunan sebesar 10,78 persen YoY, yang disebabkan oleh lonjakan kerugian valuta asing yang sangat besar dan beban keuangan yang meningkat.

Ini adalah elemen yang menarik untuk dicermati oleh seorang investor jangka panjang seperti Buffett, karena beliau cenderung menghindari perusahaan dengan volatilitas pendapatan yang berlebihan dan ketergantungan besar pada faktor eksternal yang sulit dikendalikan.

Buffett juga sangat memperhatikan struktur biaya operasional dan profitabilitas yang berkelanjutan. Walaupun pendapatan meningkat, tekanan pada margin kotor dan margin laba bersih menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi tantangan efisiensi.

Margin laba bersih CPIN turun dari 5,68 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 4,8 persen pada 9M24, sementara margin laba kotor juga menunjukkan penurunan. Salah satu penyebab utama penurunan efisiensi ini adalah peningkatan biaya overhead pabrik dan deplesi yang signifikan, yang melonjak hampir 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, adanya lonjakan biaya bahan baku yang relatif kecil (hanya 1,61 persen YoY) menunjukkan bahwa tantangan lebih besar terletak pada pengelolaan biaya produksi daripada fluktuasi harga bahan baku itu sendiri.

Likuiditas Terjaga Baik

Di sisi positif, CPIN berhasil menjaga likuiditas dengan baik, yang merupakan aspek penting bagi Buffett dalam menilai kesehatan keuangan perusahaan. Kas dan setara kas perusahaan meningkat 41,79 persen sejak awal tahun menjadi Rp3,3 triliun. Kondisi ini menandakan bahwa perusahaan mampu menghasilkan arus kas operasi yang positif meskipun ada tekanan dari arus kas investasi dan pembiayaan yang negatif.

Ini adalah indikator bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas finansial untuk menghadapi ketidakpastian pasar dan melakukan investasi strategis di masa depan tanpa harus mengandalkan pembiayaan eksternal yang berisiko.

Jika dilihat dari segi solvabilitas, CPIN menunjukkan posisi yang cukup aman dengan debt to equity ratio yang rendah di angka 0,32, serta long-term debt yang hanya mencakup sebagian kecil dari total ekuitas perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak terbebani dengan utang jangka panjang yang berlebihan, sebuah karakteristik yang dihargai oleh investor dengan pendekatan jangka panjang seperti Buffett.

Dengan demikian, CPIN berpotensi lebih stabil dalam menghadapi ketidakpastian makroekonomi yang dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi.

Namun, faktor yang lebih perlu diperhatikan oleh seorang investor jangka panjang adalah kemampuan CPIN dalam mengelola efisiensi operasional dan ketergantungannya pada faktor eksternal, terutama fluktuasi mata uang yang mempengaruhi kerugian forex yang sangat besar. Buffett biasanya lebih memilih perusahaan yang memiliki model bisnis yang lebih defensif, dengan risiko yang terdiversifikasi dan kontrol yang lebih besar atas biaya dan margin.

Dari sisi valuasi, CPIN berada pada posisi yang menarik dalam hal rasio valuasi. Dengan PE ratio trailing twelve months (TTM) sebesar 39,99, saham CPIN cenderung diperdagangkan dengan valuasi yang relatif tinggi. Ini menunjukkan bahwa saham mungkin telah dihargai secara lebih spekulatif dibandingkan dengan kinerja keuangannya. Dalam konteks ini, dengan pertumbuhan pendapatan yang solid tetapi laba yang tertekan, pendekatan Warren Buffett akan memerlukan pertimbangan mendalam tentang apakah perusahaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi operasional dan memperbaiki margin di masa depan.

Lebih lanjut, analisis rasio harga terhadap aliran kas bebas (Free Cashflow) yang berada di 39,78 dan rasio PEG negatif menandakan bahwa berdasarkan nilai fundamental, saham ini saat ini mungkin kurang menarik dibandingkan dengan potensi kenaikan laba yang stabil di masa depan.

Dengan valuasi yang relatif tinggi dan pertumbuhan yang lambat, CPIN mungkin menjadi perhatian bagi Buffett hanya jika perusahaan dapat menunjukkan komitmen yang lebih kuat terhadap efisiensi operasional dan strategi mitigasi risiko yang lebih baik dalam menghadapi volatilitas eksternal seperti fluktuasi mata uang dan biaya bahan baku.

Secara keseluruhan, meskipun CPIN menunjukkan kekuatan dalam hal likuiditas dan solvabilitas yang solid, tantangan yang dihadapi dalam hal margin laba dan efisiensi operasional akan menjadi faktor penting untuk analisis lebih lanjut dalam jangka panjang.

Jika perusahaan berhasil memperbaiki margin dan mengurangi ketergantungan pada fluktuasi eksternal, maka CPIN bisa menjadi kesempatan yang baik dalam jangka panjang, tetapi untuk saat ini, saham ini tampaknya lebih mahal daripada nilai intrinsiknya jika dibandingkan dengan kinerja fundamentalnya saat ini.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.