KABARBURSA.COM - Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, Arianto Muditomo, menyebut pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BP Danantara sebagai langkah strategis untuk mengurangi tekanan keuangan negara.
Sebagai badan pengelola investasi, BP Danantara berpotensi menjadi platform untuk menarik modal asing dan domestik ke proyek strategis nasional tanpa terlalu bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Jika dikelola dengan profesional, Danantara mampu menciptakan peluang investasi baru yang stabil, sekaligus mengurangi beban fiskal langsung pemerintah," ujar Arianto saat dihubungi KabarBursa.com, Jumat, 13 Desember 2024.
Namun, Arianto juga mengingatkan adanya risiko yang perlu diantisipasi sejak awal. Salah satunya adalah potensi biaya awal yang tinggi dalam pembentukan badan ini, serta kemungkinan beban fiskal di masa depan jika tata kelola dan kinerja investasinya tidak berjalan sesuai rencana.
"Diperlukan transparansi, akuntabilitas, dan manajemen risiko yang kuat sejak tahap awal pendirian Danantara. Hal ini penting untuk memastikan keberhasilan badan ini sebagai katalis ekonomi yang efektif," katanya.
Menurut Arianto, keberadaan BP Danantara berpotensi menjadi solusi untuk memobilisasi aset strategis negara, terutama dalam sektor prioritas seperti infrastruktur dan energi.
Namun, sinergi antara pemerintah dan sektor swasta tetap menjadi kunci dalam memastikan keberlanjutan dan efektivitas badan ini.
Arianto melihat masa depan Danantara tidak hanya berfungsi sebagai motor penggerak investasi strategis, tetapi juga sebagai instrumen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
Melalui strategi investasi yang difokuskan pada sektor prioritas seperti infrastruktur, energi, dan teknologi, Arianto optimistis badan ini mampu memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional.
“BPI Danantara dapat menjadi motor penggerak investasi strategis yang tidak hanya menarik modal asing tetapi juga mempercepat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang vital,” ujar Arianto saat dihubungi KabarBursa.com, Jumat, 13 Desember 2024.
Ia menjelaskan, optimalisasi pengelolaan aset negara melalui BP Danantara berpotensi menciptakan efek berganda yang luas. Dampaknya mencakup penciptaan lapangan kerja baru, pengembangan teknologi dalam negeri, hingga peningkatan efisiensi pemanfaatan aset negara.
Dalam jangka panjang, keberhasilan pengelolaan badan ini diperkirakan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“Jika dikelola dengan tata kelola yang baik dan transparan, portofolio investasi yang dikelola BP Danantara dapat memberikan daya ungkit ekonomi yang besar. Ini peluang strategis untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” jelas Arianto.
Arianto pun menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan sektor swasta untuk memaksimalkan potensi investasi yang dimiliki BPI Danantara. Menurutnya, keberhasilan badan ini akan menjadi tolok ukur efektivitas pengelolaan dana dan aset negara di masa mendatang.
“Dengan tata kelola yang kuat, fokus pada sektor prioritas, serta dukungan regulasi dan fiskal yang memadai, BPI Danantara memiliki peluang besar menjadi game changer dalam perekonomian Indonesia,” katanya.
Arianto sebelumnya menyebut struktur Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara alias BP Danantara sebagai langkah strategis untuk meningkatkan pengelolaan aset BUMN. Menurutnya, pendekatan profesional dan independen yang diterapkan badan ini dapat menjadi dasar baru untuk transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan aset negara.
Struktur Danantara yang terpisah dari operasional BUMN, kata Arianto, memungkinkan BP Danantara untuk fokus pada pengelolaan aset strategis secara optimal.
“Danantara dapat bertindak sebagai katalis dalam meningkatkan nilai aset negara melalui investasi yang lebih terarah dan menghasilkan imbal hasil maksimal,” ujar Arianto dalam sebuah diskusi ekonomi, Rabu, 11 Desember 2024.
Ia juga menyoroti pola pengelolaan aset BUMN selama ini dinilai kurang efektif. Dengan pemisahan fungsi, Danantara diharapkan mampu mengambil langkah yang lebih strategis dan fleksibel, tanpa terhambat oleh operasional harian. Namun, Arianto menekankan keberhasilan badan ini sangat bergantung pada tata kelola yang baik.
“Governance adalah kunci. Untuk menarik kepercayaan investor, Danantara harus memastikan semua proses berjalan transparan, mulai dari perencanaan hingga implementasi strategi investasi,” katanya.
Danantara yang akan mengelola aset dari tujuh BUMN, diproyeksikan mampu memperkuat sektor strategis sekaligus mendorong sinergi antara pemerintah dan swasta.
Jika dikelola secara profesional, Arianto optimis pendekatan ini dapat menjadi solusi jangka panjang dalam memaksimalkan potensi ekonomi Indonesia. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya mengantisipasi tantangan seperti resistensi birokrasi dan risiko pasar.
“Tantangan seperti resistensi birokrasi dan risiko pasar harus diantisipasi sejak awal. Kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan sangat penting untuk memastikan inisiatif ini memberikan hasil optimal,” kata Arianto.(*)