KABARBURSA.COM – Indeks-indeks utama di Wall Street melemah pada Jumat, 13 Desember 2024 WIB, setelah laporan inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan. Saham-saham teknologi, yang sebelumnya mencatat momentum positif, turut tertekan.
Dilansir dari Consumer News and Business Channel Internasional, Nasdaq Composite, indeks yang didominasi saham teknologi, turun 0,66 persen ke 19.902,84, kembali berada di bawah ambang batas 20.000. Indeks S&P 500 ikut melemah 0,54 persen ke 6.051,25, sedangkan Dow Jones Industrial Average terpangkas 234,44 poin atau 0,53 persen ke 43.914,12. Penurunan ini menjadi hari keenam berturut-turut bagi Dow Jones, yang berisi 30 saham unggulan.
Saham teknologi mengalami tekanan signifikan. Nvidia turun lebih dari 1 persen, sementara saham Adobe anjlok 13 persen setelah memproyeksikan prospek yang lebih lemah untuk 2025. Saham Meta Platforms, Alphabet, dan Amazon juga ditutup di zona merah.
Data indeks harga produsen (PPI) menunjukkan kenaikan 0,4 persen pada November, melampaui perkiraan ekonom yang disurvei Dow Jones, yaitu 0,2 persen. Lonjakan PPI mendorong imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir.
Sebelumnya, data indeks harga konsumen (CPI) untuk bulan yang sama sesuai ekspektasi. Meski demikian, angka ini memperkuat keyakinan bahwa Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunga pada rapat kebijakan pekan depan.
Keith Buchanan, manajer portofolio senior di Globalt Investments, mengatakan tren disinflasi memberikan harapan, meskipun progres melambat. “Kami masih di bawah angka 3 persen, tetapi perjalanan menuju target inflasi 2 persen dari The Fed tampak sulit,” ujarnya.
Data perdagangan Fed fund futures menunjukkan peluang hampir 95 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin. “Jika rencana mereka berbeda dari ekspektasi pasar, kita pasti sudah mengetahuinya sekarang,” tambah Buchanan.
Pada Rabu, 11 Desember 2024, Nasdaq sempat mencatat rekor penutupan tertinggi, melampaui 20.000 untuk pertama kalinya. Namun, lonjakan ini terhenti akibat tekanan inflasi dan prospek ekonomi yang tidak menentu.
Pada perdagangan Rabu, 11 Desember 2024 WIB, Wall Street juga melemah, seiring pelaku pasar bersikap hati-hati menjelang rilis data inflasi terbaru dari Amerika Serikat yang dijadwalkan minggu ini.
Mengutip Consumer News and Business Channel Internasional, indeks S&P 500 turun 0,3 persen ke level 6.034,91, diikuti Nasdaq Composite yang melemah 0,25 persen ke 19.687,24. Kedua indeks utama tersebut mencatatkan penurunan dua hari berturut-turut.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average mengalami pelemahan lebih panjang, mencatat penurunan empat hari berturut-turut dengan koreksi 154,10 poin atau 0,35 persen, ditutup di level 44.247,83.
Saham Oracle melemah tajam hingga 6,7 persen usai laporan kinerja kuartal kedua fiskal perusahaan ini gagal memenuhi ekspektasi Wall Street. Meski begitu, saham perusahaan perangkat lunak ini masih mencatat kenaikan tajam sepanjang tahun, yakni sebesar 68 persen.
Sementara itu, Alphabet menjadi sorotan positif dalam perdagangan Selasa, 10 Desember 2024, setelah mengumumkan terobosan besar dalam komputasi kuantum melalui peluncuran chip terbaru. Saham induk Google ini melonjak 5,6 persen, sekaligus mencatatkan kenaikan tahunan lebih dari 32 persen.
Di sisi lain, saham Nvidia mengalami tekanan setelah regulator China meluncurkan investigasi terkait potensi pelanggaran undang-undang anti-monopoli. Saham Nvidia yang sebelumnya melemah lebih dari 2 persen pada Senin, kembali terkoreksi pada Selasa, turut membebani indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite.
Adapun Meta Platforms, yang sempat mencatat kerugian pada perdagangan awal pekan, berhasil bangkit dengan kenaikan sebesar 1 persen.
Pasar kini menantikan laporan indeks harga konsumen (CPI) Amerika Serikat yang akan dirilis pada Rabu, 13 Desember 2024. Data ini dipandang sebagai kunci dalam menentukan langkah Federal Reserve terkait suku bunga dalam pertemuan 17-18 Desember mendatang.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan inflasi utama AS naik sebesar 0,3 persen pada November, dengan kenaikan tahunan mencapai 2,7 persen. “Investor berharap reli akhir tahun dapat kembali meluas setelah melewati tekanan musiman,” ujar kepala strategi investasi CFRA Research, Sam Stovall.
Di tengah volatilitas pasar, laporan inflasi ini akan menjadi perhatian utama dalam memprediksi arah kebijakan moneter dan pergerakan pasar selanjutnya.
Wall Street sebelumnya sudah mengalami penurunan pada indeks utama di awal pekan, Selasa, 10 Desember 2024, dinihari WIB. Penurunan tersebut disebabkan adanya tekanan saham Nvidia yang menyebabkan sektor teknologi anjlok. Hal ini terjadi di tengah perhatian investor yang tertuju pada laporan inflasi penting yang akan dirilis pada akhir pekan ini.
Saham Nvidia mengalami tekanan setelah regulator pasar China meluncurkan investigasi terkait dugaan pelanggaran undang-undang antimonopoli, yang berdampak negatif pada sektor teknologi informasi. Tidak hanya Nvidia, saham Advanced Micro Devices (AMD) juga melemah setelah BofA Global Research menurunkan peringkatnya. Hal ini turut membebani Indeks Semikonduktor Philadelphia.(*)