KABARBURSA.COM - PT Summarecon Agung Tbk dengan kode saham SMRA, mencatatkan penurunan penjualan yang turun hingga 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
SMRA mencatatkan hasil pra-penjualan sebesar Rp3,5 triliun hingga November 2024. Menurut analis BRI Danareksa yang disampaikan pada Rabu, 11 Desember 2024, hasil pra-penjualan ini masih berada dalam ekspektasi, apalagi jika mempertimbangkan hasil peluncuran proyek di Tangerang yang belum sepenuhnya dimasukkan dalam laporan November.
Apabila target pra-penjualan proyek Tangerang tercapai, dan ditambah dengan kontribusi dari proyek lain, angka total pra-penjualan untuk tahun 2024 diperkirakan mencapai Rp4,4 triliun. Angka ini sedikit melampaui target BRI Danareksa sebesar Rp4,33 triliun, atau setara 102 persen. Dengan pencapaian tersebut, kinerja pra-penjualan SMRA dinilai sejalan dengan ekspektasi analis.
Meskipun realisasi ini masih di bawah target manajemen, perusahaan tetap optimis mempertahankan target pra-penjualan tahun 2024 sesuai rencana semula. Hal ini menunjukkan keyakinan manajemen terhadap potensi pasar properti di tengah tantangan yang ada, terutama dari segmen-segmen proyek strategis seperti Tangerang.
BRI Danareksa mematok target harga saham SMRA pada level Rp800, dengan pandangan bahwa pencapaian pra-penjualan yang sesuai ekspektasi memberikan pijakan yang kuat untuk mendukung valuasi tersebut.
Ke depan, keberhasilan SMRA dalam mencapai target akhir tahun akan sangat bergantung pada eksekusi proyek yang tersisa, termasuk daya tarik peluncuran proyek baru seperti di Tangerang, serta sentimen pasar properti yang lebih luas.
Sementara itu, jika dilihat dari pergerakan sahamnya hari ini, 12 Desember 2024, terjadi kenaikan sebesar 5 poin atau 0,95 persen, menuju level Rp530 per saham, dibandingkan harga penutupan sebelumnya di Rp525. Saham ini menunjukkan aktivitas perdagangan yang cukup aktif, dengan volume mencapai 182 ribu lot dan nilai transaksi sebesar Rp9,6 miliar.
Pada sesi perdagangan hari ini, harga saham SMRA sempat mencapai level tertinggi di Rp535 sebelum akhirnya terkoreksi sedikit dan ditutup di Rp530. Sementara itu, level terendah yang tercatat berada di Rp520. Rata-rata harga perdagangan saham hari ini tercatat di Rp528, menunjukkan adanya stabilitas meskipun pasar bergerak dinamis.
Dengan batas atas (ARA) yang ditetapkan di Rp655 dan batas bawah (ARB) di Rp394, ruang pergerakan harga SMRA masih cukup besar, memberikan potensi peluang bagi para investor yang ingin memanfaatkan momentum kenaikan. Tren kenaikan ini juga bisa menjadi indikasi optimisme pelaku pasar terhadap prospek kinerja perusahaan, terutama setelah laporan pra-penjualan 11 bulan terakhir yang dianggap sejalan dengan ekspektasi analis.
Kinerja saham SMRA hari ini memberikan sinyal positif, mencerminkan respons pasar terhadap fundamental perusahaan dan potensi pertumbuhan yang menjanjikan. Investor perlu terus memantau perkembangan harga, terutama menjelang laporan penjualan akhir tahun yang akan menjadi katalis penting untuk pergerakan saham selanjutnya.
Summarecon Agung Tbk (SMRA) adalah perusahaan properti yang menghadirkan peluang menarik untuk dianalisis melalui pendekatan investasi yang berlandaskan prinsip-prinsip Warren Buffett. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemahaman mendalam terhadap fundamental perusahaan, valuasi yang wajar, serta potensi pertumbuhan jangka panjang.
Dari sisi valuasi, saham SMRA menunjukkan Price-to-Earnings (PE) Ratio sebesar 6,96 (annualized) dan 8,28 (TTM), yang sedikit lebih tinggi dari median IHSG di angka 7,25. Meskipun demikian, PEG Ratio sebesar 0,37 (TTM) dan 0,15 (3 tahun) mencerminkan bahwa saham ini undervalued jika dibandingkan dengan potensi pertumbuhan laba ke depannya.
Rasio Price-to-Book Value (PBV) sebesar 0,82 juga menunjukkan bahwa saham ini diperdagangkan di bawah nilai buku, memberikan margin of safety yang disukai Buffett.
Kesehatan finansial SMRA tercermin dalam solvabilitasnya yang cukup baik, meskipun terdapat ruang untuk perbaikan. Rasio utang terhadap ekuitas berada di angka 0,94, dengan rasio lancar sebesar 1,11. Meskipun perusahaan memiliki rasio Quick yang rendah (0,35), kemampuan perusahaan untuk melayani beban bunga terlihat memadai dengan Interest Coverage Ratio sebesar 3,10.
Dari sisi profitabilitas, SMRA mencatatkan margin laba bersih sebesar 9,64 persen dan Return on Equity (ROE) sebesar 9,85 persen. Kinerja ini mengindikasikan bahwa manajemen mampu menghasilkan laba yang solid dari modal yang digunakan, meskipun perlu ditingkatkan untuk mencapai tingkat profitabilitas yang lebih tinggi. Namun, arus kas operasi yang hanya mencapai Rp360 miliar (TTM) menyoroti perlunya pengelolaan yang lebih optimal untuk mendukung pertumbuhan di masa depan.
Dalam hal pertumbuhan, SMRA menghadapi tantangan. Pendapatan kuartal terakhir mengalami penurunan sebesar 11,72 persen secara year-on-year (YoY), dan laba bersih turun 17,85 persen.
Penurunan ini mencerminkan tekanan makroekonomi yang memengaruhi permintaan sektor properti. Namun, dengan EBITDA sebesar Rp3,464 miliar (TTM) dan rasio EV/EBITDA di angka 5,00, saham ini tetap menarik untuk investor jangka panjang yang mencari potensi pemulihan.
Dari perspektif Warren Buffett, keputusan investasi harus didasarkan pada bisnis yang dapat dipahami, memiliki keunggulan kompetitif, dan dijalankan oleh manajemen yang kompeten. SMRA, sebagai pemain utama di sektor properti dengan portofolio proyek yang luas, memiliki potensi memenuhi kriteria ini, meskipun tantangan dalam mengelola utang dan meningkatkan margin laba tetap ada.
Dengan valuasi saat ini, saham SMRA memberikan peluang investasi yang menarik bagi investor jangka panjang. Harga saham yang berada di kisaran Rp530, yang mendekati batas bawah 52-minggu di Rp480, menciptakan potensi kenaikan yang signifikan jika perusahaan mampu memperbaiki kinerjanya. Namun, keputusan akhir tetap harus mempertimbangkan risiko yang ada, termasuk tekanan pasar properti dan eksposur utang yang cukup besar.
Saham SMRA cocok untuk investor yang memiliki toleransi terhadap risiko menengah hingga tinggi dan percaya pada potensi pemulihan sektor properti di Indonesia. Dengan pendekatan jangka panjang, investor dapat mempertimbangkan untuk mengakumulasi saham ini, terutama di harga yang mendekati level terendah tahunannya.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.