Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Gejolak Geopolitik, Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Butuh Waspada Ekstra

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 12 December 2024 | Penulis: Dian Finka | Editor: Redaksi
Gejolak Geopolitik, Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Butuh Waspada Ekstra

KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti dinamika ekonomi global yang terus dipengaruhi oleh perkembangan politik dan keamanan internasional.

Dalam pernyataannya, ia menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan terhadap berbagai fenomena yang terjadi di berbagai belahan dunia, mulai dari negara-negara maju G7 hingga kawasan Timur Tengah dan Amerika Latin.

"Dinamika geopolitik antara negara-negara G7 Barat, RRT, dan Rusia, serta konflik di Timur Tengah hingga fenomena terbaru di Amerika Latin, menunjukkan bahwa dunia berada dalam kondisi yang memerlukan kewaspadaan ekstra," ujar Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN KITA di Gedung Kementerian Keuangan Jakarta, Rabu, 11 Desember 2024.

Ia menambahkan bahwa perkembangan geopolitik ini memperumit prediksi ekonomi global. Kebijakan moneter seperti Fed Fund Rate yang sebelumnya diharapkan mulai turun, kini kembali tertunda karena ketidakpastian akibat ketegangan global. Situasi ini berdampak pada berbagai sektor, mulai dari dinamika permintaan dan penawaran, hingga fluktuasi harga serta nilai tukar.

“Ketegangan politik global memengaruhi kestabilan nilai tukar dan harga komoditas, yang pada akhirnya memberikan tekanan pada perekonomian domestik di banyak negara, termasuk Indonesia,” kata Sri Mulyani.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tetap optimis menjaga stabilitas ekonomi nasional. "Penting bagi kita untuk terus memperkuat kebijakan fiskal dan ekonomi, sambil mengantisipasi dampak dari perkembangan global," pungkasnya.

Menurut Sri Mulyani, menjaga keseimbangan antara kebijakan fiskal dan moneter menjadi tantangan utama di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian. Hal ini termasuk dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan harga barang di dalam negeri.

Pernyataan Sri Mulyani sejalan dengan pandangan Presiden Prabowo Subianto, yang sebelumnya menyebut bahwa kondisi ekonomi global saat ini berada dalam situasi penuh dinamika akibat konflik geopolitik dan ketegangan internasional.

Dengan latar belakang ketidakpastian ini, Indonesia diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri melalui kebijakan yang adaptif dan berkelanjutan.

Risiko Perlu Dipantau

Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, memaparkan terkait faktor-faktor yang bakal berdampak terhadap ekonomi global pada kuartal keempat atau akhir 2024 mendatang.

Helmi mengatakan, ada beberapa risiko yang perlu dipantau, salah satunya adalah faktor ketegangan geopolitik yang bisa berdampak pada harga minyak mentah dunia.

“Ketegangan geopolitik bisa memicu volatilitas harga minyak. Citi berpandangan, sebenarnya secara fundamental pasar minyak mentah dunia dalam kondisi over supply di mana pertumbuhan suplai lebih tinggi dibanding pertumbuhan  demand,” katanya kepada media di Jakarta, Rabu 22 Mei 2024.

Helmi juga bilang, ketegangan geopolitik bisa meningkatkan posisi spekulatif. Hal ini, kata dia, berpotensi memicu volatilitas harga minyak dan meningkatkan ekspetasi inflasi secara global.

Selain ketegangan geopolitik, faktor eksternal lainnya yang bisa mempengaruhi ekonomi global adalah pemilihan umum (pemilu) di Amerika Serikat yang dilaksanakan pada November 2024.

Helmi membeberkan, pemilu di Negeri Paman Sam itu bisa memicu penguatan dolar atau kenaikan dolar indeks. Kondisi ini disebabkan oleh dua faktor.

Yang pertama, jelas Helmi, potensi ekskalasi perang tarif antara Amerika Serikat dan China bisa memicu respon dari China berupa perlemahan nilai tukar yuan.

“Di mana nilai tukar yuan ini adalah jangkar bagi menentukan negara-negara  emerging market. Lalu penyebab kedua adalah, apabila menjelang pemilu di Amerika Serikat, menguat wacana pengurangan pajak di Amerika Serikat,” pungkasnya.

Sebelumnya pada 13 Mei 2024 lalu, Kabar Bursa memberitakan terkait penurunan harga minyak. Analis dari Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menyatakan bahwa sentimen utama yang menyebabkan penurunan harga minyak adalah meredanya konflik di Timur Tengah dan fundamental pasar yang semakin menurun.

“Penurunan harga minyak yang cukup signifikan dapat diantisipasi karena konflik-konflik yang sebelumnya mempengaruhi pasokan minyak kini mereda. Hal ini diharapkan akan berdampak positif pada daya beli di masa mendatang, karena investor dapat memanfaatkan penurunan harga minyak ini untuk investasi,” jelas dia.

Fischer juga mencatat bahwa Macquarie, sebuah perusahaan riset investasi dan keuangan, memperkirakan harga minyak hingga paruh kedua tahun ini akan cenderung bearish. Pasokan minyak non-OPEC juga terus meningkat, sementara permintaan diproyeksikan meningkat sebagai akibat dari inflasi yang terus berlanjut.

Selain itu, pemangkasan prospek harga minyak oleh Energy Information Energy juga memberikan tekanan tambahan pada harga, dengan perkiraan harga Brent tahun 2024 dipangkas menjadi USD 87,79 per barel.

Dengan demikian, Fischer menyimpulkan bahwa situasi pasar saat ini menunjukkan kecenderungan penurunan harga minyak dalam beberapa waktu mendatang, dengan faktor-faktor geopolitik, fundamental pasar, dan perkiraan permintaan yang menjadi pemicu utama.(*)