Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BRMS Cari Utang untuk Kelola Emas Poboya Palu

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 11 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
BRMS Cari Utang untuk Kelola Emas Poboya Palu

KABARBURSA.COM - PT Bumi Resources Minerals Tbk atau BRMS sedang mencari utang untuk dapat mengelola tambang emas di Poboya, Palu. Diketahui, perusahaan pertambangan emas yang berada di bawah Grup Bakrie ini membutuhkan dana sekitar USD200 hingga USD300 untuk mengelola pertambangan itu. Rencananya, proyek tambang bawah tanah di Poboya, Palu, ini dimulai pada awal 2025.

Tidak hanya untuk di Poboya, rupanya utang yang terkumpul nanti akan dipakai pula untuk kegiatan eksplorasi dan penambangan di Gorontalo Minerals, wilayah lain yang menjadi bagian dari portofolio BRMS. Jumlahnya di kisaran USD50 sampai USD100.

Meskipun manajemen BRMS, termasuk Presiden Direktur Agoes Projosasmito, belum memberikan banyak komentar terkait rincian pinjaman tersebut, indikasi ini mencerminkan keseriusan perusahaan dalam mengakselerasi operasional tambang bawah tanahnya.

Dalam keterbukaan informasi yang dipublikasikan Senin, 9 Desember 2024, Agoes mengonfirmasi bahwa rencana penggalangan pinjaman ini sudah dalam radar perusahaan. Sementara, Direktur sekaligus Chief Investor Relations Officer BRMS Herwin Hidayat, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu hasil final kajian cadangan mineral yang disusun oleh konsultan berbasis di Perth, Australia.

Kajian tersebut diharapkan selesai sebelum akhir 2024 dan memberikan gambaran lebih rinci tentang kandungan emas dari tambang bawah tanah di Poboya.

Optimisme terhadap proyek ini didukung oleh kinerja keuangan BRMS yang mencatat lonjakan signifikan pada kuartal III/2024.

Laba bersih perusahaan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai USD15,65 juta atau setara dengan Rp248,06 miliar, meningkat 49,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan BRMS bahkan meroket 231,27 persen secara tahunan menjadi USD108,47 juta atau sekitar Rp1,71 triliun. Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh peningkatan produksi emas yang mencapai 45.366 troy ounce hingga kuartal III/2024, hampir dua kali lipat dibandingkan produksi sepanjang 2023 yang sebesar 23.270 troy ounce.

Selain itu, harga jual rata-rata emas BRMS juga mengalami kenaikan signifikan, mencapai USD2.347 per troy ounce pada kuartal III/2024, jauh lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata pada 2023 sebesar USD1.930 per troy ounce.

Kesuksesan ini tidak hanya mencerminkan keberhasilan BRMS dalam meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga menggambarkan permintaan pasar yang kuat terhadap komoditas emas. Dengan rencana pengembangan tambang bawah tanah di Poboya, BRMS berpotensi meningkatkan volume produksi emasnya secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang, terutama jika hasil kajian terbaru mengonfirmasi kandungan emas yang lebih tinggi di tambang bawah tanah dibandingkan dengan tambang terbuka.

BRMS juga telah menunjukkan keseriusan dalam mempersiapkan aspek teknis dan pendanaan untuk mendukung proyek-proyek strategisnya. Meskipun detail tentang sumber pendanaan dan belanja modal belum diungkapkan secara rinci, upaya penggalangan pinjaman ini menjadi langkah penting dalam memastikan kelancaran operasional di masa depan.

Dengan momentum pertumbuhan yang solid dan dukungan dari investor serta mitra strategis, BRMS siap mengokohkan posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri pertambangan emas di Indonesia.

Hasil Fantastis Tambang Poboya

BRMS melalui anak usahanya, PT Citra Palu Minerals (CPM), telah mengumumkan kabar menggembirakan terkait hasil eksplorasi tambang emas di Poboya, Palu.

Berdasarkan laporan yang disusun oleh AMC Consultant dari Perth, Australia, cadangan mineral emas di lokasi tambang River Reef dan Hill Reef menunjukkan kandungan emas yang tinggi, sesuai standar Joint Ore Reserves Committee (JORC). Informasi ini menjadi langkah penting dalam pengembangan operasional perusahaan, sekaligus memberikan indikasi positif terhadap peningkatan produksi emas di masa depan.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa total kandungan emas di lokasi itu mencapai 3,54 juta ounce dengan kadar rata-rata emas sebesar 3,2 gram per ton (g/t). Mayoritas cadangan ini, yakni sekitar 85persen, berasal dari tambang bawah tanah di River Reef dengan kadar emas rata-rata mencapai 4,9 g/t.

Selain itu, tambang terbuka di River Reef dan Hill Reef juga menyumbang total cadangan sebesar 540 ribu ounce emas dengan kadar rata-rata 1,1 g/t. Cadangan ini diestimasi dengan menggunakan harga logam USD1.900 per ounce untuk emas dan USD425 per ounce untuk perak, dengan tingkat pemulihan metalurgi masing-masing 93 persen untuk pengolahan Carbon-In-Leach (CIL) dan 65 persen untuk pengolahan heap leach.

Untuk memastikan keberlanjutan operasional, CPM telah menunjuk PT Macmahon Indonesia (MMI) sebagai kontraktor tambang di proyek Poboya. MMI adalah anak usaha Macmahon Holdings Limited, sebuah perusahaan dengan pengalaman luas di bidang penambangan terbuka dan bawah tanah yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Australia. Bersama MMI, CPM berkomitmen untuk memaksimalkan pengelolaan cadangan mineralnya demi mendorong peningkatan produksi emas.

Selain itu, CPM juga merekrut sejumlah mining engineer berpengalaman, termasuk Robert Gelson dari Australia, serta dua ahli lokal, Tutus Djama dan Budi Halim. Ketiganya memiliki rekam jejak yang mengesankan di perusahaan tambang internasional seperti Rio Tinto, Newcrest Mining, dan Barrick Gold. Kehadiran mereka diharapkan memberikan nilai tambah signifikan dalam pengelolaan tambang bawah tanah.

Agoes Projosasmito mengungkapkan optimismenya terhadap prospek masa depan perusahaan.

“Kandungan emas yang lebih tinggi dari cadangan mineral bawah tanah kami memberikan indikasi yang baik terhadap kenaikan kinerja produksi perusahaan di masa mendatang. Kami berharap untuk dapat segera melakukan penambangan atas cadangan mineral bawah tanah di Palu,” ujarnya.

Pengembangan tambang emas Poboya tidak hanya menjanjikan potensi ekonomi yang besar bagi BRMS, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen emas utama di dunia.

Dengan strategi yang matang, dukungan tenaga ahli, dan kolaborasi dengan mitra profesional, BRMS optimistis dapat mengoptimalkan sumber daya ini untuk memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional.(*)