KABARBURSA.COM - PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk. (PRAY) telah menyelesaikan pembayaran setoran modal kepada anak usahanya, PT Fortuna Maju Medika (FMM), pada 10 Desember 2024.
Direktur PRAY Leona Agustine mengungkapkan bahwa pembayaran setoran modal tersebut dilakukan terkait dengan pengeluaran saham sebanyak 18.000 lembar, yang memiliki nilai total Rp18.000.000.000. Saham tersebut diambil dan disetor penuh oleh PRAY. Seperti dalam pernyataan tertulisnya pada Selasa 10 Desember 2024.
Dengan demikian, total penyertaan modal PRAY di FMM kini mencapai Rp35,49 miliar, yang setara dengan 99,998 persen kepemilikan atau 35.499 saham dari total modal yang ditempatkan dan disetor di FMM.
Peningkatan modal ini bertujuan untuk memperkuat struktur keuangan FMM, yang diharapkan dapat mendorong pengembangan usaha dan memberikan dampak positif bagi PRAY sebagai pemegang saham utama, jelasnya.
Sebagai informasi, PRAY memegang 99,99 persen saham FMM, dan Direksi serta Komisaris FMM juga menjabat di posisi yang sama di PRAY. Hal ini menjadikan transaksi tersebut sebagai transaksi afiliasi, sesuai dengan ketentuan dalam POJK No. 42/2020.
Leona menambahkan bahwa transaksi ini tidak tergolong transaksi material, sesuai dengan ketentuan dalam POJK No. 17/POJK.04/2020.
PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY) atau yang lebih dikenal sebagai Primaya Hospital Group, mengarahkan langkahnya ke ekspansi dengan rencana penambahan rumah sakit sepanjang tahun 2024. Targetnya, Primaya akan menambah dua rumah sakit baru. Untuk memuluskan rencana ambisius ini, perseroan telah mengalokasikan belanja modal (capex) senilai Rp 1,1 triliun.
Chief Executive Officer Primaya Hospital Leona A. Karnali mengungkapkan bahwa penggunaan capex ini diperkirakan akan meningkat sekitar 50 persen menjadi sekitar Rp 1,1 triliun dalam tahun ini. Capex tersebut akan digunakan untuk pengembangan rumah sakit yang sudah ada dan juga untuk ekspansi agar layanan Primaya menjadi lebih canggih. “Sampai akhir kuartal I-2024, realisasi capex mencapai 8 persen, yang sejalan dengan tren realisasi tahun-tahun sebelumnya. Kami optimis target tahunan capex dapat tercapai, dengan beberapa proyek yang sudah dimulai,” ungkap Leona, Selasa 7 Mei 2024.
PRAY kini telah mengoperasikan 16 rumah sakit yang terbagi dalam 4 klaster wilayah. Dua di antaranya berada di Jakarta, tujuh di Bekasi, empat di Tangerang, dan dua di Makassar.
Leona melihat prospek bisnis rumah sakit tetap positif sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik dan kebutuhan layanan kesehatan di Indonesia. Namun, PRAY juga memperhatikan kemampuan daya beli masyarakat dan peningkatan klaim kesehatan yang berdampak pada pengetatan klaim jaminan kesehatan.
“Kami juga terus memperkuat fundamental Primaya Hospital Group dalam hal sumber daya manusia dan sistem teknologi sejalan dengan rencana Kementerian Kesehatan untuk implementasi Satu Sehat,” ungkapnya.
Dengan ekspansi yang dilakukan, PRAY memproyeksikan pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 20-25 persen dengan target margin EBITDA sebesar 25 – 30 persen dari total pendapatan bersih. Pada tahun 2023, EBITDA PRAY tumbuh 77 persen dari margin EBITDA sebesar 18 persen di tahun 2022, menjadi 26 persen di tahun 2023.
“Strategi kami tidak hanya fokus pada pertumbuhan pendapatan, tetapi juga pada pertumbuhan yang efisien tanpa mengurangi kualitas layanan, dengan terus mengembangkan rumah sakit yang sudah ada dan membuka rumah sakit baru,” tutupnya.
Saham-saham sektor kesehatan mengalami penguatan 0,42 persen atau 5,95 poin ke level 1.431,08 pada penutupan perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Rabu, 26 Juni 2024. Sektor ini menyentuh level terendah di 1.419,4 dan level tertinggi di 1.438,64 sepanjang perdagangan harian.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDXHealth mencatatkan volume perdagangan mencapai 280.159,163 lembar saham, sedangkan nilainya menyentuh Rp119.773.480.420. Sementara frekuensinya sebanyak 38.719 serta memiliki kapitalisasi pasar sebesar 278.812.
Apalagi, sektor kesehatan masuk dalam 5 sektor yang menjadi fokus Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 dengan total Rp186,4 triliun. Hasilnya, terjadi peningkatan 8,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp187,5 triliun.
Adapun hal tersebut diprediksi memberi pengaruh positif terhadap kinerja emiten rumah sakit. Praska Putrantyo, CEO Edvisor Profina Visindo, mengatakan, emiten-emiten rumah sakit masih mampu mencetak kinerja positif atau membaik sepanjang 2023 lalu, lewat peningkatan pertumbuhan pendapatan dan laba. “Untuk tahun ini, emiten-emiten di sektor jasa kesehatan tersebut diperkirakan masih mampu bertumbuh positif, namun tidak sebesar akselerasi tahun lalu,” kata Praska.
Adapun sentimen yang diprediksi bisa mendorong kinerja emiten rumah sakit yakni adanya permintaan kebutuhan rawat inap beserta keperluan lainnya, seperti poliklinik, laboratorium, hingga pemeriksaan medis. “Di samping itu, kemampuan emiten menjaga margin juga dapat mendorong perbaikan laba,” tuturnya.